Prolog
Jaka, seorang Prajurit TNI dari Angkatan Darat nampak duduk termenung sambil melihat senapan SS3 yang ada di tangannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Beliau ini sudah sepuluh tahun lebih mengabdi di Angkatan Darat dan sudah berpangkat Letnan Satu setelah berbagai usaha keras yang dia lakukan. Dia telah bertugas di Myanmar, Lebanon, Papua dan yang paling baru-baru ini adalah Hongkong. Untuk seorang prajurit reguler, Jaka adalah seorang prajurit yang tangguh, kreatif dan berwibawa, dia selalu memimpin prajurit-prajurit nya di garis depan dan memastikan mereka semua pulang dengan selamat.
Jaka sendiri sekarang sudah berumur 35 Tahun dan jujur saja, dia masih belum memiliki pasangan dalam hidupnya, terakhir kali dia pacaran saat SMA dulu, dia malah ditikung oleh teman sendiri, sungguh apes. Alasan lain dia belum menikah adalah, dia memiliki pedoman untuk membahagiakan orang tuanya terlebih dahulu sebelum akhirnya menikah atau setidaknya mencari teman sehidup semati.
Dia sekarang ini sedang berada di salah satu APC Anoa varian Komando yang memiliki perangkat komunikasi yang lebih canggih, dia masih memimpin Peleton lamanya saat dia bertugas di Myanmar, mereka benar-benar solid, tentu ada banyak anggota yang harus diganti karena anggota lama mereka banyak yang gugur juga dalam medan laga.
Saat ini Jaka harus dihadapkan dengan misi yang sangat... Unik, menurutnya. Peleton pimpinannya, Peleton Hasanuddin, dan tiga peleton Angkatan Darat lainnya ditugaskan untuk memasuki semacam portal antar dimensi yang kata para atasan dapat membawa suatu obyek ke dunia lain. Jujur saja, Jaka ingin bertanya apa yang salah di pikiran mereka, namun Jaka memutuskan untuk diam dan berdiskusi dengan para Letnan lainnya.
Saat Jaka terus termenung, Tiba-tiba bahunya disentuh, Jaka melihat kesamping dan ada seorang pria berkulit hitam memberi senyuman pada nya, dia adalah Sersan Mayor Joshua Arfail, tangan kanannya di Peleton ini.
"Ada apa, Josh?" Tanya Jaka dengan relatif tenang.
"Aku hanya ingin melaporkan kalau Kolonel ingin anda berada di tempat briefing, katanya ada suatu elemen baru yang akan bergabung dengan kita dalam... Misi ini." Ujar Joshua dengan ketenangan yang sama seperti Jaka.
Jaka dan Joshua sudah bekerja bersama sejak Kampanye militer di Myanmar beberapa tahun silam dan sudah menjadi sahabat dekat sejak itu, beberapa kali mereka sempat dipisahkan dan dipindahtugaskan, namun sekarang mereka akhirnya dapat kembali bertempur bersama selayaknya saudara.
"Baiklah, Josh, pastikan anak-anak ayam ini tidak membunuh diri mereka sendiri." Ucap Jaka sambil berdiri dan berjalan keluar dari APC Anoa.
"Siap laksanakan, Letnan." Ucap Serma Joshua.
Saat Jaka keluar, dia melihat pemandangan sekitar yang berupa markas militer di tengah-tengah pulau antah berantah di wilayah Indonesia, banyak pembangunan yang masih dilakukan karena Markas militer ini relatif baru dibangun sekitar tiga minggu lalu? Atau mungkin beberapa minggu sebelum itu, Jaka tidak tahu banyak karena dia dan pasukannya baru tiba sekitar lima hari lalu.
Dia berjalan terus kearah tenda komando, sambil melihat beberapa tank Harimau dan satu MBT-27 Maung Bodas yang bergerak menuju Motor Pool setelah dibongkar dari Kapal Pengangkut prajurit. Jaka juga melihat beberapa truk yang membawa bagian-bagian badan dari F-15IEX milik AURI dan Rafale, nampaknya sangking rahasianya misi militer ini, pesawat tempur saja harus sampai dibongkar untuk meminimalisir hal ini bocor ke musuh, seperti Cina contohnya.
(MBT-27 Maung Bodas)
Setelah beberapa menit terus berjalan, akhirnya Jaka tiba di Tenda Komando dan dia memasuki tenda tersebut setelah memberi anggukan kecil ke sang penjaga. Saat di dalam, Jaka seolah-olah melihat kerumunan lebah sedang melaksanakan berbagai tugas mereka, perwira berlari kesana kemari dan telepon terus berdering, untung saja Jaka tidak menerima tawaran menjadi perwira di belakang meja....
Jaka berjalan ke meja yang dikelilingi beberapa orang, lalu dia melihat seorang pria tua, kemungkinan berada di umur pertengahan empat puluhan nya kini tengah menunjuk beberapa titik di peta yang ada di meja tersebut, dia adalah Kolonel Daffa dari Divisi Infanteri Mekanis Kelima.
"Kolonel! Anda memanggil saya?" Tanya Jaka.
"Jaka, kemari." Tanpa pikir panjang Jaka langsung bergabung dengan mereka yang ada di meja komando, meja itu menunjukkan sebuah peta yang terlihat... Unik?
"Baiklah, dikarenakan Letnan Jaka sudah berada disini, mari kita lanjutkan pertemuan ini, Jaka, kau bisa minta salinan pembicaraan kami tadi pada Letnan Ahmad yang di samping mu." Ujar Kolonel Daffa.
"Siap, Pak."
"Baiklah, jadi... Setelah Peleton Hasanuddin, Peleton Bravo, Peleton Kalijaga dan Peleton Alpha memasuki Gerbang dimensi ini, kalian harus sesegera mungkin melakukan kontak dengan pasukan Kopassus yang menyiapkan FOB kita di tempat kedatangan, setelah melakukan kontak, bantu mereka dalam membuat perimeter perlindungan dan patroli di radius yang sudah ditentukan, APC dan Tank kemungkinan akan ikut masuk dalam tiga hari setelah kalian memasuki Gerbang dimensi ini, untuk sesaat kalian akan sendiri." Ujar Kolonel Daffa sambil menunjuk beberapa titik di peta nya.
Peta yang dimaksud adalah coretan kasar dan beberapa referensi foto yang diambil menggunakan drone, foto yang diambil drone menunjukkan kalau dimensi lain ini mempunyai hutan yang sangat luas dan asri, seolah-olah tangan manusia belum menyentuhnya. Jaka lalu melihat di peta terdapat sebuah lingkaran berwarna biru dengan nama 'FOB Garuda', dengan tulisan Grup Pertama Kopassus yang membuat Jaka menaikkan alis matanya.
"Kolonel Daffa, izin bertanya. Grup Pertama Kopassus sudah berada di sebrang Portal?" Tanya Jaka penasaran.
"Benar, mereka adalah pasukan Kopassus yang kalian harus lakukan kontak setelah menyebrang, mereka dipimpin langsung oleh Kolonel Danil. Kalian mungkin penasaran, kenapa kita sanggup mengirim tiga ribu lebih prajurit Kopassus ke sebrang portal, sedangkan untuk mengirim prajurit reguler harus dilakukan secara berkala." Ucap Daffa.
"Apakah alasannya karena takut ketahuan mata-mata Cina jikalau kita mengirim banyak prajurit dalam sekali kirim?" Tanya seorang Letnan pemimpin Peleton Kalijaga.
"Benar, itu salah satu dari sekian alasannya, alasan lainnya adalah... Pemerintah kita, baru saja menghubungi Amerika Serikat dan memberitahu mereka mengenai eksistensi Portal ini... Kalian tahu apa yang akan terjadi berikutnya bukan?" Tanya Daffa dengan kalem.
"Mereka akan mengirim USMC?" Tanya Jaka balik dengan ragu..
"Benar, itu saja kabar yang aku dengar, belum ada informasi selanjutnya karena pembicaraan antara dua kepala negara itu sangatlah rahasia, bisa saja tiba-tiba besok sudah datang Delta Forces." Ucap Kolonel Daffa dengan letih.
Semua orang yang ada di meja komando memiliki opini mereka masing-masing mengenai Amerika yang tahu eksistensi portal dimensi. Ada yang senang karena pasti usaha mereka akan didukung Negara Terkuat di dunia dan ada yang skeptis mengenai tujuan ikut campur nya Amerika Serikat ke dalam masalah ini. Jaka berada di pihak yang senang akan kedatangan pasukan Amerika untuk membantu ekspedisi militer ini, karena jujur saja, banyak orang yang ragu kalau Indonesia dapat melakukan semua ini sendirian.
"Baiklah, itu saja yang ingin saya bahas, saya harap kalian semua memasang sikap terbaik kalian setelah berada di dunia lain nanti, berpikirlah secara terbuka dan saat melakukan kontak pertama dengan lokal, sebisa mungkin jangan membuat musuh dengan mereka, briefing lebih lanjut akan diberikan Kolonel Danil yang berada di sebrang, kalian akan berangkat besok pukul 0530. Bubar." Semua perwira yang akan dikirim ke sebrang Portal Dimensi pun bubar sesuai perintah dari atasan mereka.
"Jaka, bagaimana menurutmu mengenai semua ini?" Tanya Ahmad sambil mengeluarkan sebungkus rokok.
"Aku pikir mereka baru saja kebanyakan menghisap candu, tapi ternyata Portal Dimensi yang mereka maksud itu adalah hal yang benar-benar nyata... Tapi apa benar kalau Portal ini membawa kita ke Dunia mirip fantasi?" Tanya Jaka keheranan.
"Hahaha, makanya, lain kali jangan terlambat dalam Briefing, untung saja Kolonel Daffa tidak marah dan menyuruhmu untuk push-up... Tapi untuk menanggapi pertanyaan mu itu, benar, dunia di sebrang portal itu sangat mirip dengan dunia Fantasi seperti anime Isekai, tapi menurutku lebih mirip ke Lord Of the Ring." Celetuk Ahmad sambil menawarkan sebatang rokok ke Jaka.
Jaka menerimanya dan menyalakan rokok tersebut, mereka berdua pun berhenti dan memandang ke arah pelabuhan yang baru dibangun dengan tergesa-gesa, untung saja dulu pulau ini memang memiliki Pelabuhan, tinggal di upgrade sedikit saja hingga dapat mengakomodasi kapal pendarat prajurit. Beberapa kapal Angkatan Laut Indonesia juga nampak hadir, mayoritas adalah Frigat namun ada satu Kapal Penghancur lisensi dari Arleigh Burke milik Amerika Serikat.
"Pemandangan yang menakjubkan, eh." Komen Ahmad sambil menghisap rokoknya.
"Fuaahh... Aku setuju, akan lebih mantap jikalau KRI Mataram ada disini." Komen Jaka sambil menghela nafas, membuang semua asap rokok yang dia hisap tadi.
"Hahaha, kapal itu sedang sibuk melakukan tugas kemanusiaan, tidak mungkin dia akan ditugaskan kemari, ke pulau... Apa sih nama pulau ini?" Tanya Ahmad keheranan.
"Jikalau aku tidak salah dengar, nama pulau ini adalah Pulau Nila, berada di timur Kepulauan Maluku. Dulu tahun 1968 pulau ini ditinggalkan oleh semua penduduknya karena letusan gunung berapi, namun nampaknya dari letusan itu malah seolah-olah merobek gunung tersebut dan akhirnya, Orang-orang peneliti menemukan Portal Antar Dimensi ini." Jawab Jaka panjang lebar.
"Hah... Karena kau bilang Nila, aku jadi mau makan Ikan Nila Bakar." Gerutu Ahmad.
Jaka menepuk pundaknya Ahmad. "Berdoa saja jikalau FOB Garuda selesai, akan ada entitas Padang random yang membuka Rumah makan Padang di dunia lain."
Mereka berdua tertawa bersama mendengar perkataan konyol dari Jaka dan lanjut merokok terus sambil bertukar informasi apa saja yang Jaka lewatkan tadi. Ternyata, Portal ini sudah diketahui oleh Pemerintah Indonesia sejak lama, mungkin beberapa dekade lalu, namun tidak tahu harus berbuat apa dan memutuskan untuk merahasiakan tempat portal ini berada, lalu saat masa Administrasi Presiden Rina Tervo, barulah ekspedisi ke sebrang portal dimulai.
Pembangunan FOB Garuda di sebrang Portal juga baru dibangun dengan cukup sederhana, yaitu menggunakan kayu dari hutan dari dunia sebrang dengan bantuan alat berat juga seperti eskavator. Alasannya masih sama, semua operasi ini masihlah rahasia sampai suatu saat Presiden Rina akan membuka rahasia pulau ini ke Publik, makanya mereka sebisa mungkin bergerak dengan perlahan-lahan dan menghindari waktu dimana Satelit yang tidak dikendalikan militer atau pemerintahan Indonesia melintas di Orbit.
Sejauh ini, Grup Pertama Kopassus belum menghadapi mahluk-mahluk lokal dan dapat melanjutkan tugas mereka dengan relatif mudah, yaitu reconnaissance. Tapi menurut laporan dari Batalyon 11 dan Batalyon 12, mereka melakukan kontak senjata dengan beberapa hewan lokal yang cukup agresif, mereka juga mengirim foto dari hewan lokal di sana yang mirip babi Hutan, namun punya tanduk berwarna hitam serta lebih mirip kristal, sebesar Sapi remaja dan laporan dari salah satu anggota Kopassus mengatakan kalau mereka dapat menembakkan semacam petir atau aliran listrik dari tanduk mereka.
"Babi Hutan ini cukup menarik." Komen Jaka sambil melihat foto mayat dari Babi hutan dari sebrang portal tersebut.
"Ya, para Kopassus memberi nama kepada para babi-babi ini, yaitu Scrofa Wendigo. Lihatlah, ini pimpinan atau Alpha dari Scrofa." Ucap Ahmad sambil menunjuk seekor Scrofa dengan tubuh besar, kurang lebih tingginya 2.8 meter dan panjangnya 4.9 meter lebih.
"Dipanggang enak tuh kayaknya." Komen Jaka dengan tertarik.
"Kalian saja, aku lebih tertarik dengan hewan-hewan yang lain daripada Babi ini." Ucap Ahmad dengan malas sambil mengganti halaman dari buku catatannya.
Hewan lokal berikutnya yang mereka lihat dan baca adalah hewan yang menyerupai gagak namun seukuran Kerbau dewasa, kawanan gagak ini pernah menyerang FOB Garuda saat masih dibangun dan berhasil melukai cukup banyak prajurit Kopassus, namun untungnya saja MANPADS Grom yang masih terus digunakan Kopassus dapat menembak jatuh para burung-burung Gagak raksasa ini. Mereka menamai gagak-gagak raksasa ini dengan nama Magnus Corvus.
"Besar banget gila... Aku cukup terkejut tidak ada korban jiwa dalam penyerangan ini." Ucap Jaka sambil terperangah.
"Benar bukan? Benar-benar keajaiban para Kopassus dan anggota Zeni yang terkena serangan tidak meninggal dunia, tapi kita harus benar-benar waspada dalam eksplorasi kita nanti." Ucap Ahmad dengan sangat serius.
"Tentu saja, waspada sudah ditanamkan di otak kita.. Tapi gimana ya, cuman Empat peleton yang dikirim untuk menjadi bala bantuan? Kendaraan kita saja aku kurang yakin dapat menahan serangan dari Corvus ini apalagi dari Babi Hutan ini, apa menurutmu mereka sedikit meremehkan situasi ini?" Tanya Jaka sambil merengut, sangat aneh rasanya saat Indonesia bisa saja mengirim lebih banyak pasukan.
"FOB Garuda masih relatif kecil kawan, tidak mungkin FOB setengah jadi itu dapat menampung lebih dari 5.000 prajurit, aku saja terkejut para Kopassus Grup Pertama dapat tinggal di sana mengingat kekuatan penuh mereka berada di Dunia itu." Ucap Ahmad dengan serius.
"Hah... Terserah para atasan deh, kalau ada yang mati tinggal salahkan mereka saja." Ucap Jaka dengan pasrah.
"Setuju."
"Oh iya, Ahmad, aku boleh meminjam catatan mu ini kan? Aku ingin mengetahui apa saja yang akan kita hadapi kedepannya." Ucap Jaka sambil memegang buku catatan milik Ahmad.
"Tentu saja bro, aku punya salinannya dari Letnan lainnya. Sampai jumpa besok subuh." Dengan itu, Ahmad membuang rokoknya lalu pergi meninggalkan Jaka sendirian yang masih memandang Skuadron Kapal perang Indonesia yang tengah berlabuh di lepas pantai.
'Dunia baru... Huh? Semoga tempat ini sepadan dengan Hype nya.' Pikir Jaka sambil memegang erat buku catatan milik Ahmad.
..
...
....
Markas Nav Jagat, Pulau Nila, Republik Indonesia.
10 September, 2035.
0500
Letnan Jaka membenarkan posisi baret hijau yang dia pakai dan memasang headphone untuk komunikasi antar kendaraan dan peleton lainnya. Dia mengetuk mic dari headphone tersebut beberapa kali sebelum akhirnya berbicara.
"Tes Tes Tes, suara ku terdengar?" Tanya Jaka.
"Sejelas kicauan burung Jalak Putih, pak bos." Ucap Sersan Kepala Adi Wijoyo dari kendaraan tiga yang berupa IFV Kancil.
"Seperti yang dikatakan Adi, Letnan, sangat jelas." Ucap Sersan Mayor Joshua dari kendaraan dua yang berupa Rantis Komodo 4x4 yang masih diproduksi massal dan memiliki zirah pertahanan yang lebih baik.
"*bzzzttt* Sial, maaf pak, saya baru memperbaiki punya saya." Ucap Kopral Elvita dari kendaraan empat yang berupa truk pengangkut prajurit Isuzu Elf generasi kesembilan yang digunakan untuk membawa sisa-sisa prajurit di peleton Hasanuddin.
"Tidak apa-apa, baiklah, apakah semuanya sudah hadir?"
"Siap, sudah!"
"Perlengkapan?"
"Siap, sudah!"
"Bagus, disini Peleton Hasanuddin kepada Pos Komando, kami siap. Ganti." Ucap Jaka sebelum akhirnya menyandarkan badannya agar sedikit rileks.
Beberapa menit berlalu dan kini waktu sudah menunjukkan pukul 0522, mereka benar-benar menunggu waktu untuk memulai semua ini, eh? Pikir Jaka sambil mengecek SS3 miliknya, sedangkan sang supir dari APC Anoa yang menjadi kendaraan komando nya nampak sedang sibuk memperhatikan kumisnya yang dicukur tipis.
"Ada apa, Praka? Kurang pede dengan penampilan mu?" Tanya Jaka dengan nada mengejek.
"A-Ah! Pak! Tidak, ini, hanya umm... Memastikan penampilan saya dapat memikat gadis dari sebrang portal!" Jawab sang Praka dengan malu.
"Hahaha, dunia asal kita jahat pada mu?" Tanya Jaka lagi.
"Uhmm sebenarnya, sebelum kita melakukan misi ini, tunangan ku memutuskan pertunangan kami dan dia kembali ke kekasih lamanya..." Oh shit, mata Jaka terbuka lebar dan memandang sang Praka dengan tatapan kasihan.
Jaka lalu menepuk bahunya dan berkata. "Well Praka... Wildan? Aku akan pastikan kau akan dapat tidur dengan gadis lokal dari dunia sebrang portal nanti, kalau kita ketemu tentunya."
Praka Wildan tersenyum lebar sebelum akhirnya kembali menghadap kedepan, begitu juga dengan Jaka yang kembali mendengarkan perbincangan di radio, dia saat ini mendengarkan perdebatan antara personel dari kendaraan tiga dan empat, nampaknya mereka memperdebatkan mana yang lebih baik, Beastkin atau Elf..
"-lu dengar ya anjing, Neko itu lebih baik daripada telinga pisau!" Teriak salah seorang prajurit dari kendaraan tiga.
"Bacot lu furry, Elf lebih elegan dan awet muda!"
"Neko lebih menggoda!"
"Elf lebih memikat, dasar pendosa sialan!"
"Sadar diri lu njing!"
Jaka memutuskan untuk melerai perdebatan tersebut karena nampaknya para pemimpin masing-masing tim membiarkan perdebatan ini berlanjut. "Hey, manusia-manusia tidak berkultur, aku akan mengatakan ini sekali saja, Lamia dan gadis reptil lebih baik!"
"Owalah Letnan penyepong Furry!"
"Hoeekk!! Amit-amit gua mau gituan sama Lamia!"
Jaka menggelengkan kepalanya dan tidak lanjut berbicara, dia melihat kearah Praka Wildan yang memandangnya dengan tatapan "Yang benar aja bro", Jaka hanya mengangkat bahunya.
"Letnan... Izin bicara, nampaknya anda terlalu banyak membaca Doujin..." Ucap Praka Wildan sambil meringis.
".... Praka, berhenti berbicara atau aku potong gaji mu." Ancam Jaka sambil menutup mukanya dengan malu.
"Siap laksanakan, pak bos." Balas Wildan.
"Disini Kolonel Daffa kepada seluruh konvoi yang akan memasuki Portal... Tidak banyak yang dapat saya sampaikan selain saya bangga pada kalian, sebagai penjelajah dunia baru ini, tunjukkan kekuatan Indonesia kepada para lokal, buat mereka segan pada kita, buatlah pertemanan dengan mereka, jangan mencari musuh dan yang terakhir... Selamat melakukan penjelajahan, Nav Jagat, ganti."
"Wildan, hidupkan mesinnya. Kepada semua kendaraan di peleton Hasanuddin, hidupkan mesin kalian!" Perintah Jaka.
Suara auman mesin terdengar dengan jelas, pintu fasilitas tempat Portal itu disimpan perlahan terbuka dan Jaka melihat pusaran energi berwarna biru dengan percikan petir yang berdansa dengan indahnya. Jaka menatap tajam portal tersebut sebelum akhirnya menghela nafas panjang.
"Wildan, tancap gas, Prada Nanda, putar musik nya!"
"Memutar musik."
Satu persatu kendaraan mulai memasuki Portal antar dimensi, dengan APC Anoa yang dinaiki Jaka berada di posisi paling depan formasi, duluan memasuki Portal. Jaka memasang wajah paling netral yang dia bisa sebelum akhirnya bergumam.
"Hah... Kembali bekerja."
TBC.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top