Chapter 8

Benteng, Utara Hutan Titan.
16 September 2035.
0955.

Jaka berkeringat dingin saat melihat pemandangan dihadapannya, terdapat setidaknya sepuluh Troll raksasa yang jauh lebih besar dari Troll sebelumnya yang hanya sebesar para Orc. Tinggi mereka saat ini kurang lebih 20-25 meter dengan membawa batang pohon sebagai senjata. Sepuluh Troll ini muncul dari balik hutan dan Jaka kehabisan ide untuk menghadapi monster dihadapannya ini.

"Itu Troll yang cukup besar." Komen Henrietta yang menyiapkan sihirnya.

"Ya... Kau masih bisa menyerang?" Tanya Jaka ke Henrietta.

"Eh, mungkin aku masih bisa membunuh tiga dari mereka, empat kalau memaksakan diri." Balas Henrietta membayangkan sihir apa yang harus ia pakai.

"Jangan paksakan diri mu, bala bantuan kita telah tiba." Ucap Jaka menyemangati Henrietta.

"Maksudmu burung-burung raksasa yang mengeluarkan banyak sekali kain putih mengambang itu? Tapi apakah mereka dapat tiba dengan cepat?" Tanya Henrietta dengan khawatir.

"Percaya pada ku dan mereka, Henri, mereka adalah salah satu prajurit paling profesional yang dapat aku pikirkan pada saat ini." Jawab Jaka menenangkan Henrietta.

"Baiklah jikalau demikian, Elfdom! Siapa yang menyuruh kalian beristirahat?!" Seru Henrietta ke beberapa Pejuang Elfdom yang terduduk letih.

"T-Tidak ada, Dame!" Mereka semua kembali berdiri dan memasang posisi pemanah.

Selain para Troll, kini pasukan penyerang utama mereka benar-benar muncul. Sekitar 15.000 mahluk berisi Orc, Goblin, Ghoul, Troll dan berbagai macam mahluk fantasi lainnya. Namun ada satu mahluk yang benar-benar berbeda dari yang lain, di tengah-tengah pasukan Dreamweaver di bagian belakang, terdapat sosok Laba-laba raksasa yang tampak sangat mencekam.

"Itu... Jugement du droit?" Tanya Jaka.

"Benar, itulah dia, anggota terakhir dari spesies Arachni, Jugement du droit." Jawab Henrietta mengonfirmasi kecurigaan Jaka.

"Itu konfirmasi yang aku butuhkan, panggil I Made Dewa kemari!" Perintah Jaka.

Julius langsung berlari menuju ke posisi Praka I Made Dewa. Jaka menunggu dengan cemas sambil melihat si Jugement du Droit yang tidak bergerak dan hanya berdiri dengan tenang di belakang pasukan raksasanya. Jaka bertatapan dengan pemimpin musuh saat ini.

Beberapa saat berlalu, Jugement du Droit pun bergerak. Dia mengangkat salah satu kakinya dan muncul beberapa lingkaran sihir berwarna emas namun ada retakan keunguan di lingkaran sihir itu. Dari sana, beberapa tombak melesat dengan cepat kearah Benteng dan meledak dengan kekuatan setara JDAM. Jaka terhempas ke belakang langsung jatuh ke perkarangan Benteng, bersama Henrietta dan yang lainnya.

Hujan tombak hitam emas itu mereda setelah 30 detik berlalu, hanya 30 detik dibutuhkan untuk Jugement du Droit untuk meruntuhkan pertahanan yang cukup solid dari Aliansi Elfdom-TNI. Jaka mengerang kesakitan dan melihat sekitarnya.

Hampir semua orang terkapar di tanah sambil memegang bagian tubuh mereka yang kesakitan, Henrietta yang disampingnya mencoba berdiri dengan tongkatnya. Beberapa Medis berdatangan dengan tandu yang berdarah bekas mengangkat Prajurit dan Pejuang yang terluka.

"Apa-apaan itu tadi?" Tanya Jaka kesakitan.

"Sihir Jugement du Droit... Dia jauh lebih kuat dari yang dulu." Jawab Henrietta mencoba membantu Jaka berdiri.

Jaka lalu mencoba menghubungi anak buahnya melalui radio. "Disini Jaka, laporan korban?!"

"Ini tim 3, semua baik-baik saja namun kami kehabisan obat-obatan untuk mereka yang terluka!" Lapor Sersan Adi.

"Disini Tim 4! Kami baik-baik saja, memperbaiki tempat penembakan!" Lapor Kopral Elvita.

"Disini Tim 2, pertahanan bawah tanah telah dijebol! Aku ulangi, pertahanan bawah tanah telah dijebol!" Teriak Joshua, terdengar suara tembakan dan teriakan dari radio nya.

"Elvita, organisir mereka dan bantu mengamankan semua pintu menuju bawah tanah. Julius, bawa tiga orang segera untuk membantu Joshua!" Perintah Jaka.

"Baik, pak!" Balas Elvita.

"Kami hanya punya amunisi pistol, pak, dan juga pisau." Protes Julius.

"Lakukan saja, bala bantuan akan tiba!" Balas Jaka.

"Baiklah!" Julius lalu memimpin tiga orang prajurit dari Tim 1 menuju ke lokasi Joshua.

"Scion! Scion, dimana kau?!" Teriak Henrietta.

"Disini, Dame!" Balas Scion yang keluar dari reruntuhan batu yang jatuh di atas badannya, dia nampak terhuyung.

"Bawa Pejuang kita ke Gerbang Selatan, jangan biarkan mereka menerobos masuk!" Perintah Henrietta.

"Compris!" Scion lalu pergi mencari beberapa Pejuang Elfdom menuju Gerbang Selatan.

Saat menuju ke sana, Tiba-tiba Panser Anoa yang berjaga di sana mundur dengan kecepatan penuh, bersama prajurit dan Pejuang yang menbantu di sana. Scion dan lima anak buahnya berhenti dan memperhatikan apa yang muncul dari gerbang.

Dari sana, muncul sesosok Tiefling berbadan besar dengan kedua tanduknya patah. Badan yang awalnya merah kini berubah menjadi keunguan, dia memegang sebuah kapak raksasa yang berapi. Tingginya kurang lebih 3 meter.

"Tiefling!"

Scion lalu memerintahkan kelima anak buahnya untuk melempar tombak mereka. Mereka melempar tombak mereka ke tubuh si Tiefling. Kelima tombak tersebut menancap di tubuh si Tiefling yang membuatnya mengaum dengan sangat keras.

Beberapa prajurit Jaka yang masih mempunyai amunisi untuk SS3 nya, langsung menghujani mahluk tersebut dengan timah panas. Tiefling tersebut mengayunkan kapak nya dengan liar, seseorang dari Tim Kopral Elvita tiba dengan peluncuran AT-4, dia nampak mempunyai perban di beberapa bagian tubuhnya.

Beberapa rantai berwarna kebiruan muncul dari tanah dan mengikat tubuh si Tiefling yang mengamuk, Prada Andi yang membawa peluncur AT-4 langsung memanfaatkan situasi dan menembakkan AT-4 tersebut kearah si Tiefling. Proyektil HEAT kaliber 84mm melayang di udara dan menghantam si Tiefling di bagian dada.

Tidak hanya sampai disitu, Scion menggunakan busurnya dan melepaskan beberapa anak panah dalam waktu kurang dari 4 detik. Anak panah tersebut terbuat dari material yang sangat unik dan badannya terbuat dari kayu pilihan, membuat panah tersebut dapat menembus hampir apapun.

Saat asap hasil ledakan AT-4 perlahan menghilang, sosok Tiefling tersebut nampak terhuyung sebelum akhirnya jatuh berlutut, rantai biru yang mengikatnya masih ada di badannya. Scion beserta Kelima Pejuang Elfdom yang menyerang Tiefling tersebut lantas mendekati nya dengan tombak terhunus dan perisai dinaikkan.

Scion mengambil pedangnya yang jika dilihat oleh Jaka, sangat mirip dengan Falcata yang digunakan prajurit Kartago saat Perang Punic. Scion lalu berkali-kali menebas bagian atas kepala si Tiefling hingga akhirnya bilah dari Falcata milik Scion mengenai otaknya si Tiefling cukup dalam, membunuhnya.

Masalah tentu tidak selesai sampai disitu saja, beberapa Orc dan Ogre yang baru terlihat datang dari Gerbang dan langsung disambut oleh Senapan Mesin dari Panser Anoa yang mundur tadi. Peluru kaliber .50 menembus tubuh para Orc dan Ogre langsung tercincang oleh senapan mesin tersebut, diikuti juga beberapa anak panah oleh Pejuang Elfdom.

Jaka dengan tenaga yang berhasil dia kumpulkan kembali naik ke atas tembok, dia melihat ratusan mahluk Dreamweaver membanjiri jalan menuju Gerbang Utama. Jaka sudah pasrah akan keadaan namun tiga F-16 melakukan flyby dan setelah mereka lewat, terjadi beberapa ledakan yang menghabisi cukup banyak dari mereka.

"Dukungan udara! Artinya bala bantuan telah tiba." Ucap Jaka sambil melebarkan matanya.

Benar saja, dari hutan dekat Benteng, muncul dua Tank Harimau yang langsung menembakkan meriam utama mereka dengan peluru Canister ke posisi musuh, submunisi kecil dari Canister menyebar kemana-mana dan mengenai banyak sekali dari mereka, melukai ataupun membunuh mahluk Dreamweaver.

Dari belakang kedua Tank tersebut juga muncul puluhan hingga ratusan prajurit Kopasgat dan Green Berets yang langsung membuka tembakan ke posisi musuh. Senapan mesin yang mereka bawa dan yang ada di MT Harimau menghujani posisi musuh sembari mereka maju. Para Troll memutuskan untuk maju menghadapi kedua tank tersebut.

Troll pertama langsung kehilangan nyawanya setelah terkena peluru penembus baja anti-tank yang membuat lubang yang cukup besar di kepala si Troll. Troll kedua juga mengalami nasib yang sama dari MT Harimau yang lain. Para Troll yang tersisa bersiap-siap maju juga, namun mereka diberondong oleh M61A1 Vulcan kaliber 20mm ketiga F-16 sebelumnya.

Pasukan Troll musuh telah musnah dan sisa-sisa pasukan Dreamweaver kembali mundur, merasa momentum mereka telah dipecahkan oleh kemunculan bala bantuan TNI. Namun mereka, pasukan bala bantuan belum bisa bernafas lega, karena Jugement du Droit menghujani mereka dengan proyektil dari kejauhan, tidak akurat memang tapi tetap saja sangat berbahaya. Belum lagi dengan beberapa Goblin, Orc atau Half-ling yang berpura-pura mati diantara para mayat rekan mereka untuk menyergap siapa yang mendekat.

Letnan Double-Yuu menembak mati dua Goblin yang mencoba menyerang menggunakan pisau, lalu dia melihat ke atasannya, Kapten James Leather. "Pak, nampaknya lain kali kita perlu membawa pelontar api."

Kapten James yang sedang memperhatikan situasi menganggukkan kepalanya. "Aku setuju dengan usulan mu itu, aku penasaran reaksi mereka terhadap Napalm."

Mayor Usman yang berada di atas salah satu Tank nampak mengisyaratkan James untuk mendekat. "Kapten, kita harus segera masuk ke dalam Benteng, bisakah aku meminta kamu dan prajurit mu menjadi tombak kita lagi?"

"Hahaha tidak masalah, namun kau berutang bir untuk kami semua setelah ini." Balas James tertawa.

Semua Snake Eater lalu keluar dari formasi dan mulai mengamankan jalur menuju ke Benteng tempat Peleton Hasanuddin sedang dikepung. Perjuangan yang mereka lalui cukup sengit, berkali-kali mayat musuh kembali hidup dan mencoba menerkam mereka.

Letnan Double-Yuu melompat ke belakang dan melakukan tebasan ke perut seorang Orc lalu menyelesaikannya dengan beberapa tembakan pistol ke kepala. Dia melihat beberapa anggota Snake Eater lainnya juga sedang melakukan CQC dengan beberapa prajurit musuh yang kembali hidup, benar-benar menyebalkan sekali.

Dia melihat Earl yang membawa M4 Benneli dengan mudahnya membersihkan musuh yang mendekat, seharusnya mereka semua menggunakan MASS (Modular Accessory Shotgun System) di M7 yang mereka pakai. Double-Yuu berteriak. "Earl, maju kedepan! Akan aku lindungi."

Earl mendengar itu langsung maju sambil menembaki beberapa musuh menggunakan Shotgun nya, Double-Yuu sendiri mengambil perisai yang terbuat dari kayu dan besi milik musuh lalu berlari mengejar Earl. Beberapa Snake Eater mengikuti Double-Yuu.

Saat Earl akan ditikam oleh seorang Halfling dari samping, Double-Yuu tiba dan menabrak manusia kecil itu dengan perisainya tepat di wajah si Halfling, aman untuk berkata kalau wajah si Halfling yang jelek sekarang semakin jelek. Tidak hanya sampai disitu, Double-Yuu berkali-kali menghantam muka si Halfling menggunakan perisai yang ia ambil tadi hingga si Halfling berhenti bergerak. Double-Yuu melihat kearah Earl dan menganggukkan kepalanya.

Double-Yuu menyimpan pedang Jian yang ia bawa dan mengambil pistol standar isu nya lalu menembak beberapa Goblin yang mendekat bersama satu Ogre, para Goblin dapat diatasi namun Ogre dapat menahan peluru 9x19mm NATO nya. Namun hal itu diatasi oleh Earl yang menembak Ogre tersebut menggunakan peluru bertipe Slug yang khusus untuk menembus besi.

Para Snake Eater setelah pertempuran jarak dekat yang benar-benar liar dan panas, mereka berhasil membersihkan jalan untuk para Tank dan Kopasgat yang menahan serangan dari Badan utama pasukan Dreamweaver yang mencoba mengapit mereka dari hutan.

Kedua MT Harimau bergerak terlebih dahulu sembari menembakkan senapan mesin yang mereka punya kearah pasukan Dreamweaver yang mundur, lalu diikuti para Kopasgat yang mengawal beberapa robot mirip Keledai, robot-robot tersebut membawa kotak yang berisi amunisi dan barang lain yang sekiranya dibutuhkan Peleton Hasanuddin.

Letnan Double-Yuu berjongkok dan mengambil salah satu pedang pendek yang digunakan oleh seorang Orc lalu mengamatinya. Earl yang ada di sampingnya langsung berkomentar. "Kira-kira kalau ini kita jual di Amazon laku gak?"

"Pasti laku sekali, mengingat pengumuman mengenai dunia ini baru dibuat oleh Presiden Indonesia beberapa hari lalu, pasti barang-barang dari dunia ini sangat mahal kalau kita jual, kalau tidak untuk penelitian ya koleksi." Jawab Letnan Double-Yuu.

Mereka berdua lalu melihat Kapten James yang mengisyaratkan mereka untuk segera ikut masuk ke Benteng. Mereka langsung bergegas mengejar rombongan sambil melihat mayat-mayat para monster dengan tatapan penasaran. Salah satu dari Snake Eater bahkan nampak sudah berhasil mencabut salah satu gigi tajam milik seekor Orc yang sudah mati.

"Kalau tidak sedang misi, aku pasti sudah mengambil juga." Gerutu Kapten James.

"Kenapa tidak ikutan ambil?" Tanya Double-Yuu.

"Hey Yuu, mau ditaruh dimana muka ku kalau aku ikutan kekanak-kanakan seperti itu, kalau kita melakukan misi tanpa Indonesia, aku akan mengambil trofi sebanyak yang aku mau." Ucap Kapten James dengan berapi-api.

"Yang penting anda senang, pak..." Balas Double-Yuu dengan pasrah.

Mereka akhirnya masuk ke dalam Benteng dan melihat beberapa mayat monster yang tidak teridentifikasi oleh NETT Warrior mereka, kemungkinan tipe baru. Di sana mereka lihat prajurit TNI yang akan mereka selamatkan menyambut saudara-saudara mereka para Kopasgat, Ada juga yang membantu untuk membongkar muatan para robot keledai.

Double-Yuu melihat Mayor Usman sedang berbicara dengan seorang pria dengan baju tempur khas TNI yang terkenal beserta teknologi baru berupa Exoskeleton yang masih eksperimental kalau di Angkatan Bersenjata AS, namun di Indonesia sudah dijadikan kewajiban nampaknya. Lalu disebelah si prajurit terdapat sesosok wanita cantik berambut putih kebiruan dengan pakaian gaun seperti penyihir yang biasa Double-Yuu lihat di Fantasi, namun yang paling mencolok dari wanita itu selain rambutnya yang indah adalah telinganya.

"Kapten... Elf sungguhan." Ucap Double-Yuu dengan pelan.

"Benar, inilah Sekutu baru kita di dunia ini dan aku harus akui, mereka melakukan kontak pertama yang lebih baik dari kita dulu." Ujar Kapten James sambil tersenyum.

Mayor Usman pun memanggil Kapten James untuk mendekat dan dilakukan oleh si Kapten, namun sebelum itu dia memberi anak buahnya perintah untuk mencari tempat tinggi untuk mengawasi situasi. Double-Yuu pergi bersama Earl dan beberapa Snake Eater lainnya, sedangkan Kapten James mendatangi Mayor Usman beserta dua orang lainnya, yang satu Elf sih.

"Letnan Jaka, ini adalah Kapten James Leather dari Green Berets, mereka adalah salah satu unit yang secara sukarela dikirim langsung kemari untuk membantu kalian." Ucap Mayor Usman memperkenalkan Kapten James.

"Kapten, saya sangat bersyukur anda dapat membantu bokong kami, sudah lama juga kita tidak berjumpa." Ucap Jaka sambil menganggukkan kepalanya.

"Kamu kenal pria ini, Jaka?" Tanya si Wanita Elf.

"Iya, aku kenal dia saat konflik di Myanmar dulu, aku mentraktir dia makan dan menyelamatkannya dikejar anjing dulu." Jawab Jaka dengan enteng.

"Hahaha! Aku tidak menyangka kau masih mengingat kejadian yang konyol itu." Tawa James sambil menggaruk belakang kepalanya.

"Sepertinya kalian sudah kenal satu sama lain, Kapten, kalau yang ini adalah Nyonya Henrietta Lingenfelter, dia adalah pemimpin para Elf disini." Ucap Mayor Usman memperkenalkan si Wanita Elf ke James.

"Salam kenal Nyonya, terimakasih telah memberi kami kesempatan untuk melakukan kontak dengan kalian dan membantu sekutu kami." Ucap James sambil mengulurkan tangannya..

Henrietta menjabat tangan Kapten James. "Sama-sama, aku juga harus berterimakasih telah datang untuk membantu."

Lalu James mengalihkan pandangannya ke Jaka. "Jadi, Letnan, kau punya rencana?"

Jaka hanya mengangkat bahunya. "Bertahan selama mungkin sampai bala bantuan yang lain tiba?"

"Ya, itu ide yang sangat bagus." Ucap James dengan sarkas.

"Letnan, benarkah tidak ada satupun dari anggota mu dan Pejuang Elf yang gugur?" Tanya Mayor Usman penasaran.

"Benar, Mayor, beberapa dalam kondisi kritis tapi." Balas Jaka sambil merengut.

"Begitu, baiklah, anggota ku akan memperkuat Benteng ini sampai QRF kita tiba, mereka seharusnya tiba dalam beberapa jam lagi." Ucap Mayor Usman sambil menganggukkan kepalanya.

"Kyuu Arr Efff?" Tanya Henrietta kebingungan.

"Pasukan Reaksi Cepat, mereka adalah yang biasanya dikirim dalam waktu singkat untuk mendukung pasukan lain yang sedang dalam pengepungan atau penyerangan, seperti kita saat ini." Jawab Jaka dengan cepat.

"Begitu... Sepertinya pasukan dari Elfdom juga akan tiba bersamaan dengan Kyuu Arr Efff kalian, bisakah katakan ke mereka untuk tidak secara sengaja menyerang pasukan bantuan dari Elfdom?" Pinta Henrietta.

"Tentu saja, tapi kami butuh informasi mengenai Pasukan bala bantuan ini." Ucap Mayor Usman.

Henrietta lalu memberi informasi berupa bendera dan baju zirah yang dipakai oleh pasukan bala bantuan Elfdom, Mayor Usman lalu memberitahukan hal tersebut kepada pemimpin QRF tersebut. Jaka sendiri memutuskan untuk kembali naik ke atas dinding, diikuti Henrietta, James dan Usman.

Letnan Double-Yuu melihat isyarat dari Kapten James dan mulai menginvestigasi lebih lanjut tempat pertahanan pasukan TNI ini. Dia melihat kalau benteng ini seperti sudah sangat lama ditinggalkan dan terbengkalai, namun walau begitu, keindahan dari bangunan tersebut masih tetap terjaga dan malahan tambah indah dengan lumut serta akar tumbuhan yang menjalar.

Di tengah-tengah Benteng juga ia melihat beberapa tenda medis yang sudah didirikan, di sana ada beberapa Elf dan prajurit TNI yang berlarian. Beberapa ada yang membawa rekan mereka yang terluka atau sekedar membantu di tenda medis. Double-Yuu melihat seorang Elf berambut putih sependek bahu sedang mengeluarkan cahaya kehijauan dari kedua tangannya yang diletakkan di atas dada seorang prajurit dari Peleton Hasanuddin.

"Sihir, LT?" Tanya Earl penasaran.

"Kemungkinan besar iya, kita tidak lagi di Kansas, bung." Balas Double-Yuu yang maju terus.

Dia lalu bertemu dengan seorang pria berkulit hitam dan tubuh tinggi besar, dia nampak kelelahan. Double-Yuu pun bertanya. "Hey kawan, apa yang membuat mu sampai seperti ini?"

"Kalian bala bantuan, bukan? Bisakah tolong kami mempertahankan pintu yang di sana? Itu adalah satu-satunya akses bawah tanah yang berhasil diambil alih oleh musuh, kami berhasil menyebabkan kebakaran dibawah sana namun itu belum sanggup menahan mereka." Ucap si prajurit menjelaskan.

"Prajurit, siapa namamu?" Tanya Double-Yuu

"Sersan Mayor Joshua, pak!"

"Joshua, kau istirahat dulu disini, biar aku dan anak buah ku yang menggantikan kalian." Ucap Double-Yuu sambil tersenyum.

"Terimakasih banyak, Pak, terima ini." Joshua pun mentransfer beberapa data mengenai monster Dreamweaver yang mereka lawan dibawah tanah.

"Aku yang seharusnya berterimakasih, kami duluan." Double-Yuu, Earl beserta delapan Snake Eater lain langsung bergegas menuju pintu yang Joshua maksud.

Beberapa menit perjalanan, akhirnya mereka semua tiba di pintu yang dijaga oleh empat Pejuang Elfdom dan dua prajurit TNI, salah satunya adalah perempuan. Double-Yuu berkata. "Friendlies!"

Mereka, para Snake Eater, lalu mengambil posisi pertahanan dibalik barikade yang dibuat oleh para TNI dan Pejuang Elfdom yang berupa bebatuan. Double-Yuu melihat si perempuan lalu bertanya.

"Ada dari kalian yang terluka, prajurit?"

"Beberapa dari Pejuang Elfdom mengalami luka-luka karena pertarungan jarak dekat, mereka tidak mau mundur walau kami pinta." Ucap si prajurit perempuan.

"Dimengerti, aku sarankan kalian mundur terlebih dahulu dan isi amunisi, kami dapat menahan apapun itu disini." Balas Double-Yuu dengan cukup pede.

"Benarkah? Terimakasih, ayo Arif!" Si prajurit perempuan dan temannya yang bernama Arif pun pergi untuk mengisi ulang amunisi.

Double-Yuu melihat salah satu Pejuang Elfdom yang membawa sebuah tombak, dia adalah seorang perempuan nampaknya dari postur tubuhnya yang feminim, namun Double-Yuu kembali mengingat kalau postur tubuh Elf memang agak feminim. Si Pejuang mendekati Double-Yuu.

"Perkenalkan, aku adalah  Rikkert Vlugger, pangkat Korporaal." Ucap si Pejuang Elfdom bernama Rikkert.

"Rikkert, senang bertemu dengan mu. Nama ku sendiri adalah William Wallace." Ucap Double-Yuu menjulurkan tangannya.

Rikkert memandang tangan Double-Yuu dengan tatapan kebingungan, lalu dia ingat gestur ini pernah ia lihat dilakukan oleh pemimpin manusia bernama Letnan Jaka dengan Dame Henrietta, Rikkert dengan ragu menggapai tangan Double-Yuu dan mereka berjabat tangan. Double-Yuu tidak pernah melihat momen berjabat tangan secanggung ini, mengingat jabat tangan adalah gestur paling biasa yang ada di Bumi.

"Korporaal Rikkert, panggil saja dia Double-Yuu." Ucap Earl sambil terkekeh bersama delapan Snake Eater lainnya.

"Fuck Off, Rikkert tolong jangan abaikan badut-badut yang sebenarnya berguna ini." Ucap Double-Yuu yang merasa kalau emosinya sedikit naik.

"Tapi kenapa bisa kau dipanggil demikian? Nama itu terdengar seperti seorang bangsawan atau aristokrat." Ucap Rikkert kebingungan.

"Panjang kalau diceritakan." Ucap Double-Yuu sambil menghela nafas panjang.

"Contact!" Seru salah satu Snake Eater yang melihat ke dalam pintu akses ke ruangan bawah tanah.

"Formasi pertempuran semuanya! Rikkert, bisa minta tolong mengurus apapun yang melewati garis tembakan kami?" Pinta Double-Yuu.

"Dengan senang hati, Wallace." Balas Rikkert yang menghentakkan pantat tombaknya ke lantai, diikuti para Pejuang Elfdom lainnya.

Di Tenda Medis.

Miriel mengelap keringat yang berjatuhan dari dahinya, saat ini dia sedang duduk dengan tenang sambil memegang semacam gelas transparan namun tidak terbuat dari kaca, para Prajurit Manusia mengatakan kalau ini adalah minuman mineral yang jujur saja Miriel kurang tahu maksudnya apa.

Dia menatap terus gelas tersebut dihadapannya hingga Yulia jalan melewatinya. Ia berhenti sebentar dan melihat Miriel. "Miriel, kamu tidak ingin meminumnya?"

"Uh?! Kapitein Yulia! Maaf, aku tidak melihat anda tadi." Ucap Miriel yang kaget.

"Hahaha, tidak apa-apa... Jadi, pertanyaan ku sebelumnya... Kamu tidak ingin meminumnya?" Ucap Yulia yang tertawa sebelum akhirnya menunjuk ke gelas yang dipegang Miriel dengan logo AQUA.

"Uhh aku tidak tahu cara meminumnya." Ucap Miriel dengan malu.

Yulia tertawa kembali, dia membutuhkan hal ini untuk mengalihkan perhatiannya setelah berhasil melaksanakan bedah pada salah satu prajurit TNI, Prada Kevin.

"Begini cara meminumnya." Yulia pun menjelaskan bagaimana caranya meminum dari gelas tersebut, ia mengambil sedotan plastik yang kebetulan sekali ada di jas dokternya dan menusukkan sedotan tersebut ke atas dari gelas plastik tersebut yang juga dilapisi plastik.

Miriel melihat segalanya dengan tatapan intens, setelah selesai Yulia memberikan gelas tersebut ke Miriel. Miriel perlahan-lahan menyedot air transparan yang ada di dalam gelas transparan tersebut. Dia merasakan tenggorokannya yang kering langsung kembali basah, dia juga merasa kalau air ini ada sedikit rasa manis.

"Luar biasa... Di Silverhaven kami meminum dari air sumur yang lalu dimasak, tapi rasanya tidak bisa seperti ini, apa kalian memasukkan gula?" Tanya Miriel penasaran.

"Hahaha tentu saja tidak, seingatku ini air mineral murni yang diambil dari pegunungan lalu melalui beberapa tahapan proses sebelum akhirnya tiba di tangan konsumen, ini juga adalah merek ternama di Indonesia." Jawab Yulia sambil tersenyum.

"Sekali lagi, sungguh luar biasa... Jika ini benar-benar beredar di Silverhaven, Orang-orang pasti tidak perlu lagi capek-capek mengangkat air dari sumur atau meminum Wine." Ucap Miriel yang menghabiskan Aqua gelas tersebut dalam sekali sedot.

Yulia hanya tersenyum melihat Miriel yang menghabiskan gelas Aqua tersebut dengan relatif cepat. Miriel lalu melihat gelas yang sudah kosong tersebut dengan penasaran. "Lalu, apa yang harus aku lakukan dengan gelas ini?"

"Hmmm kamu bisa melakukan daur ulang seperti membuat hiasan contohnya, karena limbah plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai, sebenarnya plastik ini cukup bervariatif waktu terurai nya, ada yang mengatakan hanya 50 tahunan ada yang mengatakan lebih dari 400 tahun, apalagi plastik dapat merusak lingkungan." Ucap Yulia yang tiba-tiba memasuki mode pengajar.

"Selama itu?! Aku tidak dapat membayangkan betapa banyak sampah di dunia kalian." Miriel mengingat berapa banyak jumlah penduduk yang ada di Bumi, yang baru dia ketahui hanyalah Indonesia!

"Benar, makanya kami sekarang mulai mengurangi penggunaan plastik dan berpindah ke yang lebih ramah lingkungan." Balas Yulia sambil tersenyum.

"Kenapa tidak membakarnya saja? Benda ini terlihat mudah terbakar?" Tanya salah satu Genezer Elfdom yang mendengar percakapan mereka.

"Karbondioksida hasil pembakaran tersebut dapat merusak kualitas udara dan membuat pernapasan lebih sulit dari biasanya, bahkan bisa menyebabkan kanker jika terpapar terlalu lama." Jawab Yulia.

"Kanker? Semacam tumor ganas kah?" Tanya Miriel.

"Benar, kurang lebih seperti itu, makanya sebenarnya plastik tidak baik tapi karena sangat berguna dan murah, materi tersebut menjadi favorit para perusahaan." Ucap Yulia menjawab pertanyaan Miriel.

Kedua orang Elf tersebut pun merenung, memikirkan positif dan negatif dari penggunaan plastik, Yulia pun memutuskan untuk pergi dari sana setelah melihat mereka berdua diam, Miriel lalu menyimpan gelas plastik tersebut di dalam tas yang biasa dia bawa lalu pergi berjalan keluar dari tenda medis juga.

..
...

Dinding Benteng.

Mayor Usman melihat kearah kamp musuh yang didirikan sekitar 1 kilometer dari Benteng, mereka membangun dengan relatif cepat yang jujur membuat Mayor Usman sedikit gentar. Dia lalu melirik kearah Kapten James yang sedang berbagi informasi mengenai strategi musuh yang sejauh ini telah mereka lihat bersama Letnan Jaka.

"Mayor, kenapa tidak kita bombardir saja mereka?" Tanya Jaka.

"Apakah kalian punya amunisi yang cukup?" Balas Mayor Usman.

"... Tidak, pak. Bagaimana jikalau pengeboman udara?" Tanya Jaka, lagi.

"Untuk saat ini mereka sedang mengisi ulang amunisi, mereka akan kembali terbang kemari jikalau kita sedang dalam masalah besar atau saat pasukan QRF yang dikirim datang. Lagipula, Jenderal Bima ingin mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai... Dreamweaver ini." Ucap Mayor Usman melihat sesosok Laba-laba raksasa yang sedang memandang mereka juga dengan puluhan matanya.

"Itu yang melakukan serangan tadi?" Tanya Mayor Usman.

"Benar, pak, dia adalag Jugement du Droit, menurut Nyonya Henri disini, dia adalah salah satu komandan musuh yang cukup kompeten dan kuat." Jawab Jaka.

"Nyonya Lingenfelter, apakah kamu tahu cara agar kita dapat mengeliminasi mahluk itu?" Tanya Mayor Usman ke Henrietta.

"Ada tapi sangat sulit untuk dilakukan, kami mencoba berkali-kali namun gagal terus. Jugement du Droit sebelum bertempur selalu bertelur di suatu tempat, walau tubuh utamanya yang ini mati atau hancur, jiwa atau esensi dari dirinya dapat berpindah ke salah satu dari ribuan telur-telur tersebut." Jawab Henrietta dengan wajah masam.

"Itu terdengar seperti plot anime yang pernah aku tonton saat masih remaja." Komen James.

"Jadi dia model monster yang seperti itu, apakah dia memiliki pasukan Laba-laba juga?" Tanya Usman lagi.

"Benar, hanya saja dia cukup jarang menggunakan mereka, jadi kalau dihitung dengan seksama dari pertempuran kami dengan mahluk ini selama beberapa dekade belakangan, setidaknya ada ratusan ribu dari Laba-laba kecil keturunan Jugement du Droit, namun mereka tidak bisa disebut Arachni." Perjelas Henrietta.

"Baiklah... Aku sudah mengerti secara garis besarnya, misi kita adalah untuk membunuh Jugement du Droit dan memutus koneksi antara si monster komandan dengan yang kroco... Jaka, persiapkan anak buah mu yang masih bisa bertarung, kau juga Kapten James." Perintah Usman.

"Kita akan beralih ke ofensif?" Tanya Jaka dengan merengut.

"Tidak, ini adalah Defensif-Ofensif, waktunya menunjukkan ke Laba-laba Australia itu kecepatan Harimau." Ucap Usman sambil menyeringai dibalik Balaclava nya.

Satu jam sebelum QRF TNI tiba.

1110.

Jaka memikul M72 LAW yang dibawa oleh pasukan Kopasgat dan Green Berets, lalu melihat ke hamparan tanah yang menjadi tempur pertempuran malam sebelumnya, sekarang bau-bau busuk dan tidak enak dari mayat prajurit musuh mulai terasa, Kapten Yulia selaku orang ahli dalam hal media menyarankan agar semua prajurit memakai Gas Mask yang masing-masing dari mereka bawa, kecuali para Snake Eater yang memiliki perlengkapan yang jauh lebih canggih karena Gas Mask mereka sudah tertanam di helm sekaligus topeng yang mereka kenakan.

Jaka melihat Henrietta yang dengan tenang tanpa menggunakan Gas Mask karena mereka tidak membawa Gas Mask yang cukup untuk para Pejuang Elfdom.

"Maaf, Henrietta karena tidak mempunyai masker untuk kalian." Ucap Jaka meminta maaf.

"Hmm? Hahaha tidak apa-apa Jaka, tugas masker itu untuk menyaring apa yang kalian hirup, bukan?" Henrietta tersenyum.

"Benar, itu adalah tujuan masker ini, walau begitu aku harus bertahan dengan mencium bau mulutku." Gerutu Jaka.

"Hahaha... Sebenarnya, Jaka, kami para Elf memiliki tiga paru-paru." Ucap Henrietta menepuk dadanya.

"Hah? Gimana?" Tanya Jaka sambil menganga.

Henrietta terkekeh melihat ekspresi kaget dari Jaka. "Benar Jaka, kami para Elfdom diberkati tiga paru-paru yang jauh lebih efektif dan kuat dari para manusia, bisa dibilang ini adalah masker gas alami karena selama ini kami baik-baik saja menghirup gas atau udara beracun... Demam sedikit sih tapi."

".... Luar biasa, semoga saja kalian tidak dibedah oleh para kutu buku di dunia ku." Ucap Jaka yang masih takjub.

Mereka lalu melihat keluar dinding, di sana sudah ada dua MT Harimau yang mengarahkan meriam mereka ke pasukan musuh yang baru keluar dari Kamp mereka. Disamping para MT Harimau terdapat beberapa robot keledai sebelumnya yang kali ini sudah dipasangi senapan mesin SMB-2, atau versi lokal dari M2 Browning.

"Apa rencana dari Mayor Usman?" Tanya Henrietta kebingungan.

"Aku juga kurang tahu, tapi nampaknya beliau ingin memanfaatkan kecepatan dari para Harimau dan amunisi bertipe HESH untuk mengikis jumlah lawan, mungkin saja." Ucap Jaka yang kurang mengenal Mayor Usman, makanya dia tidak tahu apa isi pikirannya.

Komandan dari MT Harimau dengan nama 'Gadis Batak', nampak memandang medan pertempuran dengan tatapan serius namun terlihat santai, apalagi rokok Marlboro yang ada di tangannya menambah kesan kepedean nya. Dia adalah Letnan Budi Siregar.

"Razor-1, menikmati rokok terakhir aku lihat-lihat." Komen komandan dari MT Harimau satunya lagi dengan kode nama Razor-2, dia adalah salah satu rekan Budi juga yang bernama Ucok.

"Tentu saja Razor-2, jujur saja ini adalah rencana yang cukup gila, untung saja aku membawa Shotgun untuk Jaga-jaga." Ucap Budi sambil menepuk sebuah shotgun standar TNI yang ada di dekat kakinya.

"Tidak sabar untuk berdansa dengan orang-orang lokal aku lihat-lihat, eh." Balas Ucok sambil tertawa di radio.

Budi tertawa sebelum akhirnya menghabiskan rokok yang ada ditangannya lalu membuang rokok tersebut. Dia melihat keadaan senapan mesin M240 yang ada didepannya dengan tatapan puas, semuanya sudah siap.

"Loader, isi Canister!" Perintah Budi.

"Up!"

"Penembak, bagaimana dengan optik kita yang tadi bermasalah?" Tanya Budi.

"Seharusnya sudah aman, pak, mengingat kita tidak akan bertarung melawan sesama Tank, jadi seharusnya segini saja aman." Ucap si Penembak.

"Bagus! Pengemudi, Siap-siap untuk tancap gas kalau musuh ada di 100 meter dari kita." Perintah Budi.

"Aman abang ku." Balas si Pengemudi dengan aksen khas Batak Toba sekali.

"Tunggu kakak, kenapa beta punya nama sendiri berbahasa Inggris?" Tanya si Loader yang merupakan orang Papua.

"Mau kau aku panggil Pengisi?" Balas bertanya Budi.

"... Dipikir-pikir, beta punya nama bahasa Inggris lebih keren dari itu nama." Ucap si Loader yang langsung ditertawakan oleh para kru yang lainnya.

Budi tersenyum sebelum akhirnya memegang senapan mesin dihadapannya dengan tatapan yakin, HUD dari VIZ nya menunjukkan beberapa informasi seperti keadaan medis para Kru nya, TACMAP dan lokasi kawan serta lawan.

Dihadapannya beberapa sosok raksasa kembali maju yang kini dapat mereka identifikasi sebagai Troll, beberapa lusin Orc dan Ogre mengikuti dari belakang. Tidak hanya itu, ada ratusan Laba-laba seukuran manusia remaja muncul dan berlari kearah para Harimau.

"Buka tembakan!"

Meriam 105mm dari Razor-1 mengaum dengan keras dan memuntahkan sebuah peluru bertipe Canister yang langsung meledak setelah jaraknya lumayan dekat dengan barisan penyerbuan musuh. Ratusan proyektil berbentuk bola tersebar kemana-mana yang mengenai pasukan Laba-laba yang sedang menyerbu.

Pasukan garis depan Laba-laba Dreamweaver langsung tersapu habis setelah terkena beberapa kali peluru Canister, semprotan senapan mesin dan hujan Mortar dari Benteng. Budi melepas jari telunjuknya dari pelatuk karena melihat senapan mesin yang ia pegang sudah berasap. Dia lalu melihat kalau para Troll masih bergerak walau kini yang melindungi mereka telah mati.

Walau begitu mereka sudah cukup dekat, sekitar 170 meter dari kedua MT Harimau dan beberapa robot Keledai dengan senapan mesin kaliber .50. Budi yang melihat hal tersebut sontak berteriak.

"Siapkan HEAT!"

"Up!"

"Tembak!"

Perintah tersebut Budi ulang berkali-kali, dalam waktu dibawah 2 menit mereka sudah menghabisi 5 Troll dengan masing-masing dari mereka memiliki kepala yang hancur.

"Pengemudi, mundur!"

Tank Razor-1 mundur terlebih dahulu lalu diikuti Razor-2 yang memberikan tembakan perlindungan berupa Canister kearah para Orc yang berlarian dengan perisai yang mereka naikkan. Namun itu sia-sia karena submunisi dari peluru Canister tidak pernah gagal dalam mencapai penerimanya. Volume tembakan mortar dari dalam Benteng juga mulai menurun dan tidak intens seperti yang seharusnya sebuah Peleton dapat lakukan.

"Bukankah ini adalah saat yang tepat untuk para QRF tiba?" Tanya Budi entah pada siapa.

Tiba-tiba sebuah tombak yang terbuat dari material yang tidak diketahui melesat dengan cepat hingga menembus bagian depan dari Razor-1, dekat dengan si pengemudi.

"Ahhhh! Bahu ku!"

"Komandan! Si Pohan terkena serangan!"

"Sialan! Kenapa harus sekarang! Bisakah dia dapat terus memundurkan Tank ini?!" Tanya Budi.

"M-Mungkin!"

"Bilang ke Pohan kalau kita berhasil selamat karena dia bisa membawa kita mundur, akan aku traktir dia BPK!" Teriak Budi sambil membuka tembakan kearah salah satu Laba-laba yang mendekat.

Pohan, sang pengemudi dengan susah payah memundurkan terus tank tersebut hingga akhirnya mereka sudah dekat dengan Benteng, pintu masuk hanyalah 50 meter lagi. Namun MT Harimau milik Budi seketika terhenti dan terjadi ledakan yang cukup besar dibawah tank mereka, menyebabkan rantai Tank sebelah kanan Razor-1 terputus dan Tank tersebut rusak.

Budi yang ada di luar tank saat kejadian tersebut terjadi merasakan sakit di sekujur badannya, dia merangkak keluar dan tidak lupa mengambil shotgun yang ada di dekat palka nya. Budi melihat ke kiri dan kanan, namun tidak ada siapa-siapa. Sebelum Budi dapat membantu rekan-rekannya yang lain untuk keluar daru Tank yang sudah immobilized, tiba-tiba Budi merasakan perutnya ditembus sesuatu dan dia mendengar suara tembakan.

Lalu dia merasakan tembakan kedua dan ketiga yang mengenai dada dan pahanya, Budi lantas jatuh ke tanah dengan cukup keras dari atas Tank Harimau, Budi yang sekarat melihat sebuah kilatan putih khas bidikan sniper dari hutan dekat Benteng dan langsung berteriak ke Kru nya yang masih di tank.

"Jangan! Jangan keluar!"

"Tapi pak, anda-"

"Sudah! Biarkan saja aku!" Perintah Budi yang kesakitan setiap kali dia berbicara apalagi berteriak.

Dia melihat darah yang keluar dari badannya mulai menggenangi rumput serta tanah disekitarnya, lubang tempat peluru timah tersebut bersarang benar-benar menyakitkan. Pikir Budi yang mulai kehilangan kesadarannya.

"Sniper!" Teriak Loader nya melalui radio.

Scion melihat semua itu dan langsung melihat ke beberapa Snake Eater yang ada disampingnya. "Bisakah kalian membantuku?"

"Kami hanya menerima perintah dari atasan kami." Balas si Snake Eater yang nampaknya adalah pemimpin dari kelompok kecil tersebut.

"Tapi rekan kalian di sana membutuhkan bantuan kalian, kenapa kalian tidak ingin membantu?" Tanya Scion dengan rengutan diwajahnya.

Si Snake Eater tersebut melihat kearah Razor-1 yang mulai dikepung oleh beberapa Goblin dan Orc. Beberapa detik berlalu dan si Sersan lalu menghela nafas dan menganggukkan kepalanya. "Kami akan memberikan mu tembakan perlindungan, maju!"

Scion menganggukkan kepalanya lalu melompat terjun dari atas Dinding benteng. Dia dengan lihai menggunakan kekuatan sihirnya untuk membuat beberapa lingkaran sihir agar dia tidak langsung jatuh ke tanah, Elf memang kuat namun siapa juga yang tahan jatuh dari ketinggian 15 meter lebih.

Setelah sampai di tanah, Scion langsung melesat maju sambil mengangkat busurnya. Dia melihat kilatan dari salah satu pohon dan langsung bergerak kearah kanan dan kiri, mencoba mengecoh bidikan sang Sniper. Beberapa tembakan dilepaskan oleh si Sniper yang hampir semua tembakannya meleset namun ada satu peluru yang nyari mengenai kepalanya, untung saja dia langsung cepat-cepat menjatuhkan badannya ke tanah lalu lanjut berlari kembali.

Scion melepaskan sebuah anak panah yang bersinar kearah posisi kemungkinan si Sniper. Anak panah tersebut melesat di udara lalu nampak melakukan beberapa perubahan arah sebelum akhirnya terjun ke pepohonan. Beberapa detik berlalu dan Scion dapat melihat sebuah pilar cahaya muncul dari pepohonan, menandakan posisi si Sniper.

Scion tanpa pikir panjang melepaskan beberapa anak panah yang langsung berubah menjadi puluhan anak panah untuk menekan posisi si Sniper yang berbahaya. Tembakan dari para Snake Eater dari atas tembok juga sangat membantu, membuat si Sniper terus bergerak dan tidak dapat menembak, buktinya dari pilar cahaya yang mengikutinya terus menerus.

Beberapa menit kejar-kejaran, akhirnya Scion sampai dekat lokasi si Sniper. Dia melihat sesosok manusia menggunakan pakaian yang hampir mirip dengan yang dipakai oleh Jaka dan teman-temannya, ada beberapa perbedaan tentunya namun bendera merah putih kecil yang sangat familiar itu tidak dapat berbohong.

Scion melepaskan beberapa anak panah yang bersarang langsung di beberapa bagian tubuh si Sniper. Si Sniper yang tidak merasakan sakit apapun kembali membidik menggunakan teropong nya namun tidak melihat Scion. Tiba-tiba si Sniper jatuh ke tanah, tubuhnya seperti ditimpa oleh beberapa sapi, tidak hanya tubuhnya, bahkan tanah disekitarnya juga ikut tertekan kebawah.

Scion baru saja menggunakan sihir gravitasi yang baru ia pelajari beberapa minggu yang lalu dan sihir ini relatif menguras Mana dengan sangat cepat, makanya tidak bisa digunakan berlama-lama atau banyak-banyak. Scion langsung bergerak mengamankan tubuh si Sniper dan membawanya kembali ke Benteng.

Kru dari Razor-1 yang merasa masih bisa bertarung terus menyemprotkan senapan mesin yang terpasang dekat meriam mereka ke pasukan musuh yang menyerbu, sang Loader kembali berteriak "Up!" Dan dentuman meriam kembali terdengar yang menghantam seekor Troll.

Jaka yang berada di atas Tembok, memperhatikan situasi yang mulai tidak kondusif langsung melihat kearah Mayor Usman. "Pak, sebaiknya kita membantu evakuasi dari Razor-1, mereka tidak dapat bertahan lebih lama lagi pak."

"Aku tahu itu, Letnan, ambil beberapa prajurit ku untuk melakukannya." Perintah Usman.

Jaka langsung mengumpulkan beberapa Kopasgat dan prajurit dari peleton nya untuk pergi keluar menyelamatkan kru dari Razor-1. Dia ditemani oleh Henrietta dengan beberapa Pejuang Elfdom.

Jaka dan yang lain akhirnya tiba di posisi Razor-1 yang mana sekarang sedang dilindungi oleh Razor-2 yang menjadikan tubuh tank mereka sebagai perisai. Jaka langsung berlari kearah Komandan dari Razor-1 yang terkapar di tanah dalam keadaan tak sadarkan diri.

"Medis!" Teriak Jaka. Dia memberikan tembakan perlindungan bagi yang lain.

Dua Genezer Elfdom tiba dan mulai mencoba untuk menyembuhkan Letnan Budi. Mereka menggunakan sihir Telekinesis mereka dan penyembuhan untuk mencabut peluru yang masih ada di dalam tubuh Budi dan menggunakan sihir penyembuhan untuk menutup luka dari Budi. Namun mereka berhati-hati untuk tidak menutup sepenuhnya luka dari Budi.

"Kenapa kalian tidak menyembuhkannya secara penuh?" Tanya Melissa, salah satu prajurit Hasanuddin yang Jaka bawa.

"Jika kami melakukan itu, kami bisa saja secara tidak sengaja menutup salah satu pembuluh darah dari Manusia ini, ini hanya untuk sementara dan dia harus segera dibawa pergi ke tempat Operasi sesungguhnya." Ucap salah satu Genezer.

Para Kopasgat dan Prajurit peleton Hasanuddin melihat nasib Letnan Budi dan membayangkan kalau itu bisa saja terjadi pada mereka, hanya butuh satu hari sial saja untuk membuat karir militer sekaligus nyawa mereka berakhir.

Loader dari Razor-1 mengeluarkan kepalanya dari palka atas Tank. "Pak! Kami tidak bisa mengeluarkan si Pohan! Dia tersangkut!"

"Sialan... Mayor Usman, disini Letnan Jaka." Jaka langsung menghubungi Usman.

"Letnan, ada masalah apa?" Tanya Usman yang muncul wajahnya di HUD milik Jaka.

"Salah satu dari Kru tersangkut dan tidak bisa keluar, apakah ada yang membawa alat Mesin Gerinda di sana?" Tanya Jaka yang melihat beberapa Laba-laba sebesar manusia mendekati posisi mereka.

"Salah satu anak buah ku membawa Gerinda, tapi aku tidak tahu apa baterai nya cukup untuk memotong apapun yang membuat kru itu tersangkut." Balas Usman.

"Seharusnya dapat diatasi, antar saja dia kemari dan biar aku selesaikan sisanya." Ucap Jaka dengan tegas.

"Dimengerti, Letnan, kau jaga baik-baik prajurit ku itu." Ujar Usman.

"Pasti, Mayor..." Jaka menutup komunikasi dengan Mayor Usman dan lalu beralih pandangan ke musuh.

Beberapa Laba-laba yang mendekat tadi sudah menjadi mayat, hasil hujan timah panas dari prajuritnya dan para Kopasgat serta beberapa tombak Javelin Pejuang Elfdom. Jaka melihat kearah Henrietta yang melempar sebuah tombak kebiruan yang saat terkena salah satu Laba-laba, tombak tersebut berubah menjadi listrik bertegangan tinggi dan menyetrum nya hingga mati.

Jaka kembali fokus membidik salah satu Orc yang mendekat dan melepas beberapa tembakan yang membunuhnya. Melissa nampak memimpin beberapa prajurit TNI lainnya untuk membuat garis pertahanan dan memastikan musuh tidak mendekat. Beberapa Kopasgat nampak memasang semacam barikade portabel yang terbuat dari plat baja dengan sistem penggerak dibawahnya.

Beberapa menit berlalu dan Jaka melihat tiga orang Kopasgat datang membawa sebuah alat Gerinda beserta baterai yang cukup besar. Mereka tanpa banyak bicara langsung masuk ke dalam Tank Harimau tersebut dan memulai operasi penyelamatan kru yang terperangkap. Jaka melihat itu sebelum akhirnya dipaksa kembali menundukkan kepalanya karena beberapa anak panah yang menyasar dirinya.

Lagi-lagi sekelompok Goblin tersebut harus terpanggang hingga mati setelah terkena sambaran tombak petir Henrietta. Jaka memberi jempol lalu membuka tembakkan kearah musuh yang kembali mencoba menyerang dengan cara yang baru.

Ini akan lama, pikir Jaka sambil melihat penghitung amunisi di HUD nya yang berwarna merah, menandakan amunisinya di SS3 itu menipis.

50 Kilometer dari Benteng, Hutan Titan.

Mayor Mahmud menatap pemandangan hutan rindang dengan tatapan keras, dia sangat benci hutan. Bukan karena dia adalah salah satu umat pendukung modernitas dan semakin menghancurkan alam, melainkan hutan telah merenggut sangat banyak nyawa anak buah serta rekannya.

"Sedikit dosis PTSD pada siang hari, Mayor?" Tanya seorang pria berkulit putih, berperawakan tinggi besar, memiliki brewok dan memakai seragam tempur Marinir AS, dia adalah Kapten Gordon.

"Oh diamlah, Gordon." Balas Mayor Mahmud dengan tajam.

Kapten Gordon tertawa sebelum akhirnya kembali melihat kearah depan, mereka saat ini duduk diatas salah satu Tank Leopard 2RI yang tengah berjalan.

"Jadi, Mayor... Bagaimana menurut mu tentang semua ini?" Tanya Gordon penasaran.

"Penuh omong kosong, harus diselesaikan sebersih mungkin." Balas Mahmud dengan singkat dan jelas.

"Oh ayolah, berikan aku pendapatmu secara pribadi dan bukan militer." Ucap Gordon sedikit kesal.

"... Dunia ini sangatlah tidak stabil dan berbahaya, keamanan dan kedaulatan NKRI dapat terganggu jika tidak secepatnya kita stabilkan." Ucap Mahmud setelah berpikir beberapa kali.

Gordon menghela nafas panjang sebelum akhirnya kembali membaca laporan yang telah dikirim Tim yang bertahan mati-matian di Benteng yang sedang mereka tuju. Pasukan musuh sangatlah besar, sudah dua hari satu malam mereka bertahan dan jumlah musuh seperti tidak ada habisnya. Laporan terakhir adalah salah satu MT Harimau yang di Airdrop telah berhasil dirusak oleh musuh hingga tidak bisa beroperasi, MT Harimau satunya lagi terpaksa harus mundur setelah hampir kehabisan amunisi dan kerusakan yang mereka terima, semacam senjata energi yang musuh gunakan.

"Nampaknya mereka kehabisan amunisi lebih cepat yang dari yang kita prediksi, Mayor, aku kurang yakin kita dapat dengan cepat sampai di sana sebelum semuanya terlambat." Ucap Gordon sambil melihat peta Hologram lokasi pertempuran.

"Mereka dapat bertahan- Tidak, mereka harus bertahan." Balas Mahmud dengan serius.

"Hmm benar, kita membawa bala bantuan yang cukup besar disini, apalagi katanya QRF para... 'Elf' juga akan tiba bersama dengan kita, atau malahan seharusnya kita sudah bertemu dengan mereka, dimana mereka? Apakah ini semacam miskomunikasi atau sesuatu?" Tanya Gordon keheranan.

Mahmud memperhatikan sekelilingnya dan langsung mengangkat tangan kanannya yang sontak membuat kendaraan lain berhenti, termasuk yang sedang ia kendarai karena mereka yang ada di paling depan. Mahmud mengontak salah satu Letnan dan berkata. "Turunkan anak buah mu dan perintahkan mereka membentuk lingkaran pertahanan disekitar kita, waspada akan penyergapan."

Puluhan prajurit TNI dan Marinir AS langsung turun dari kendaraan yang mereka naiki berupa Humvee, Rantis Komodo dan Truk. Mereka langsung membentuk lingkaran pertahanan disekitar konvoi. Mahmud sendiri melihat sekeliling sekali lagi dengan tatapan keras. "Kapten Gordon, kau merasakannya?"

"Yup, kematian mengelilingi kita." Balas Gordon sambil mengangkat M27 IAR nya, bersiap menembak.

Kabut hitam mulai muncul entah darimana yang membuat bulu kuduk semua prajurit dan marinir yang ada di sana naik, mereka merasa gelisah serta ketakutan. Samar-samar terdengar senandung dari seorang pria yang mempunyai suara yang sangat parau, seperti tidak minum selama berhari-hari, senandung yang dia keluarkan seperti nyanyian Slavik.

"Oh bagus, sekarang kita punya Elf Komunis?" Ucap Gordon dengan sarkastik.

Dari balik kabut hitam tersebut, samar-samar muncul sesosok mahluk berbadan tinggi, mungkin dua meter lebih menggunakan zirah ksatria berwarna hitam dengan corak kemerahan. Helm yang dia pakai mirip dengan kepala naga apalagi mata merah menyala itu benar-benar membuat rasa horor dari apapun mahluk ini semakin terasa. Dia membawa tongkat yang bahkan lebih panjang dari tubuhnya beserta Perisai dengan simbol salib merah.

Mahmud memberanikan dirinya untuk bertanya. "Apakah kalian bantuan untuk pasukan Elf yang sedang terkepung di Benteng utara dari sini?"

Si raksasa menatap Mahmud dengan dalam sebelum berkata dengan bahasa yang tidak Mahmud kenali. "W dawnych czasach, gdy cienie były głębokie, Bohater powstał z wiecznego snu, Potężna dusza, przez legendy związana, By pokonać ciemność, na ziemię głęboką."

"Terdengar seperti bahasa Polandia ditelingaku." Komen Gordon menodongkan senapannya ke sosok tersebut.

"Memuat APDSFS!" Terdengar kru dari Leopard 2RI yang mereka naiki berteriak dan meriam tank nya perlahan membidik si sosok berzirah hitam.

Mahmud menatap sebentar mata merah menyala si sosok berzirah hitam sebelum akhirnya turun dari Tank yang ia tumpangi dan berjalan menuju ke sosok tersebut. Gordon mencoba memanggil Mahmud, namun dia tidak mengindahkan Kapten marinir tersebut.

Dengan kaki yang bergetar dan keringat yang terus makin bercucuran, Mahmud menegapkan badannya dihadapan si sosok tersebut dan berkata dengan suara lantang namun sedikit bergetar. "S-Salam, aku adalah Mayor Mahmud dari Divisi Infanteri Mekanis Kelima, saat ini memimpin pasukan QRF untuk membantu prajurit TNI yang terjebak bersama prajurit Elf kalian."

Si sosok tidak mengatakan apapun yang membuat Mahmud lanjut berbicara. "Aku tidak tahu apakah kamu dapat mengerti aku atau tidak, tapi aku ingin kamu minggir dan biarkan kami lewat. Aku tidak ingin bertarung dengan kau, tapi aku akan bertarung jikalau itu memang yang harus dilakukan, kami tidak pernah meninggalkan siapapun."

Setelag Mahmud mengatakan hal tersebut, suara tawa serak terdengar dari sosok berzirah hitam tersebut. "Tidak pernah... Meninggalkan... Siapapun... Sungguh ideologi yang... Konyol namun hebat... Manusia- Tidak, Mayor Mahmud.... Aku adalah Ankalugon Draconis, Kepala suku dari Nexus Palatini dan Jenderal dari Militer Elfdom."

Kembali di Benteng.

Satu jam setelah operasi penyelamatan Razor-1.

"Mereka ada dimana-mana sialan!" Teriak Double-Yuu sambil menebas salah satu Goblin yang berhasil mendekat.

Awalnya mereka dapat bertahan dengan cukup baik, frekuensi monster lebih banyak diluar tembok. Namun entah mengapa tiba-tiba yang dari bawah tanah menyerang secara mendadak. Pertahanan mereka secara cepat runtuh dengan Double-Yuu dan Rikkert bertahan dibelakang untuk memastikan yang lain berhasil lari ke garis pertahanan kedua.

"Tonnerre!" Teriak Rikkert mengeluarkan aliran listrik bertegangan tinggi yang memanggang beberapa Orc dan Goblin yang mendekat.

"Rikker, waktunya mundur bung!" Ucap Double-Yuu menghindari ayunan kapak seekor Tiefling dan membalas dengan menebas perut dari si Tiefling dengan pedang Jian nya.

"Dimengerti! Tempête!" Rikkert menggunakan salah satu sihir angin yang ia ketahui dan membuat semua mahluk Dreamweaver yang ada di hadapannya terpental ke belakang dan mengenai dinding dengan cukup keras.

Mereka lalu berlari dan melompati barikade batu yang dibuat oleh beberapa Pejuang Elfdom dengan sihir mereka dan bergabung bersama yang lainnya. Mereka lalu lanjut menyerang musuh dari jarak jauh, para Snake Eater dan TNI menggunakan senapan api sedangkan para Pejuang Elfdom menggunakan busur, tombak ataupun sihir.

Di lokasi evakuasi Razor-1 sendiri, Jaka terus menembakkan SS3 nya kearah beberapa mahluk humanoid yang dapat terbang dan memiliki tinggi separuh badan pria dewasa. Mereka sangat sulit untuk ditembak, namun berkat VIZ yang ia pakai serta tembakan dukungan dari beberapa prajurit TNI lainnya, dia berhasil menjatuhkan tiga dari humanoid terbang tersebut.

"Musuh memiliki unit udara!" Jaka lantas menyebarkan informasi tersebut ke Cakra Net dan Nett Warrior milik masing-masing TNI serta Green Berets.

"Henrietta! Kalian punya nama untuk bayi terbang ini?!" Tanya Jaka.

"Ya! Gargoyle!" Balas Henrietta yang lagi-lagi melempar tombak petir yang menjatuhkan cukup banyak Gargoyle, ruang udara untuk sekarang bersih.

"Pak! Anda seriusan tidak tahu menahu mengenai hal semacam ini?" Tanya Melissa kebingungan sambil menukar magazine SS3 nya.

"Oh diamlah, beberapa hari yang lalu kalian menertawakan aku saat aku melakukan briefing sebelum ke dunia ini." Balas Jaka dengan kesal.

Salah satu Tiefling berbadan yang besar berhasil menahan hujan timah panas dari Kopasgat dan Peleton Hasanuddin, berlari maju dengan dua kapak di masing-masing tangannya. Jaka yang melihat itu sontak mengambil M72 LAW yang sedari tadi ia pinggul dan membidik si Tiefling. Personel Peleton Hasanuddin dan Kopasgat langsung memerintahkan para Pejuang Elfdom yang ada di belakang Jaka untuk menghindar.

"Backblast clear!" Jaka lalu menekan pelatuk dari M72 LAW tersebut, sebuah granat yang dilontarkan roket kaliber 66mm meluncur dari larasnya.

Proyektil yang dikhususkan untuk melawan Tank tersebut menghantam bagian dada dari si Tiefling berbadan besar dan seketika itu juga membunuhnya, membuat tubuhnya yang tersisa jatuh ke tanah tidak jauh dari posisi mereka.

"Amankan tubuhnya!" Perintah Jaka dan dilaksanakan oleh tiga prajuritnya dan dua orang Kopasgat.

Mereka memeriksa mayat Tiefling tersebut dengan hati-hati lalu menembak kepala dari mayat si Tiefling beberapa kali lalu lanjut bertempur kembali. Jaka meletakkan peluncur tersebut dan mengambil pistol G2 yang ada di holster nya dan menembak ke seekor Goblin yang mencoba menyerang dari belakang menggunakan tombak.

"Letnan Jaka, ini Mayor Usman, bagaimana perkembangan evakuasi dari kru Razor-1?!" Suara dari Mayor Usman terdengar ditelinga Jaka.

"Masih dalam proses, Mayor! Berikan kami waktu!" Balas Jaka.

"Musuh muncul di dalam benteng dan separuh prajurit kita aku pindahkan untuk membantu, pertahanan tembok menjadi tidak sepenuhnya operasional! Cepat kembali kesini!" Ucap Mayor Usman, dari sana juga Jaka mendengar banyak suara tembakan.

"Sialan!" Umpat Jaka.

Henrietta yang ada disamping Jaka bertanya dengan khawatir. "Ada apa Jaka?"

"Perimeter bawah tanah Benteng telah dijebol, Mayor Usman memerintahkan kita untuk mundur kembali ke sana." Ucap Jaka dengan frustasi.

"Begitu, baiklah." Henrietta lalu berjalan ke tank Razor-1 dan mengeluarkan api yang terfokus di jari telunjuknya, dengan itu Henrietta mulai memotong bagian depan tempat tombak yang menancap di tank tersebut.

Jaka sontak langsung memerintahkan anak buahnya dan para Kopasgat untuk melindungi Henrietta. Setelah berhasil membuat bulatan, dia dengan hati-hati melepas plat baja yang ia potong menggunakan api dari tangannya. Dia melihat seorang prajurit Kopasgat yang kaget bersama dengan Pengemudi Razor-1, si pengemudi sudah berlumuran darah.

Henrietta dengan hati-hati mengangkat tubuh si pengemudi dan proses evakuasi akhirnya selesai. Henrietta bersama para Kopasgat dan Pejuang Elfdom mundur kembali ke benteng, sedangkan Jaka terus bertahan di dekat MT Harimau yang sudah ditinggalkan para kru nya.

"Seseorang gunakan .50 itu!" Teriak Jaka menembak ke beberapa Laba-laba raksasa yang mendekat.

"Aku saja!" Personel dari Tim 1, Prada Fauzan langsung melompat ke atas turret MT Harimau tersebut, mengokang senapan mesin berat tersebut dan menghujani para musuh dengan timah panas.

"Mel! Bawa Reza dan Panji untuk membuat Perisai portabel di sebelah kanan Tank! Denis dan Fikar, kembali ke Benteng dan bawa amunisi tambahan kemari, kita hentikan laju mereka disini!" Perintah Jaka.

"Siap!"

Melissa bersama dengan Reza dan Panji langsung dengan cepat merakit satu lagi Perisai Portabel yang mereka bawa, Julius, Ridho dan Dzikri menggunakan Perisai Portabel yang sudah dirakit sebagai perisai dan menembak musuh yang mencoba menyerang Denis dan Fikar dari belakang.

Jaka lalu mengontak salah satu kru Razor-1 dan bertanya. "Apakah turret dari tank kalian masih operasional?!"

"Masih, pak! Tapi amunisinya hanya sisa lima HEAT dan dua Canister!" Balas Penembak dari Razor-1.

"Bisakah kau kembali bertarung kemari? Kami sangat membutuhkan bantuan kalian!" Pinta Jaka.

"Saya dengan senang hati membantu, pak! Saya sangat ingin membalaskan dendam Komandan Budi dan si Pohan!" Balas si Penembak dengan amarah yang membara.

"Nanti ada dua anak buah ku yang datang, ikut dengan mereka untuk kesini." Jaka lalu menutup saluran komunikasi dan lanjut menembaki musuh yang mendekat. Mayat-mayat dari musuh seperti Tiefling, Orc, Goblin dan lain-lain mulai menumpuk hingga setinggi 1.5 meter.

"Reza! Asap lemparkan asap ungu!" Perintah Jaka.

"Siap, Letnan!" Reza yang baru selesai membangun Perisai Portabel, langsung mengambil granat asap berwarna ungu dan melemparnya sejauh mungkin ke posisi musuh.

"Elvita! Musuh baru aku tandai menggunakan asap ungu, beri mereka neraka!" Ucap Jaka melalui radio.

"Mengirim." Balas Elvita.

Jaka mendengar secara samar-samar diantara rentetan senapan api suara 'Plung!' dan dia mendengar suara desingan dari langit, beberapa detik berlalu dan rentetan ledakan terjadi yang membunuh pasukan musuh. Jaka tersenyum melihat hal, Elvita beserta kru nya masihlah akurat walau dalam keadaan kelelahan.

Beberapa menit terus berlalu, Jaka terus mendengarkan arus percakapan melalui radio, mereka nampaknya melakukan counteroffensive untuk mengambil alih kembali pintu utama menuju ruang bawah tanah dan sukses besar, kini mereka telah berhasil mengamankan pintu belakang dan dapat kembali fokus menghadapi musuh yang mencoba kembali menyerang.

Jaka mendengar suara mesin yang mendekat dan saat dia melihat kebelakang, terdapat panser Anoa yang menjadi kendaraan komando nya tiba. Dari belakang, keluar beberapa Snake Eater dan Pejuang Elfdom. Tidak hanya mereka, Penembak dari Razor-1 juga hadir untuk membantu dalam menjaga tempat ini.

"Pak! Kami membawa amunisi dan daya tembak yang lebih banyak!" Ucap Fikar sambil melambaikan tangannya dari atas Anoa, dia mengomandoi Senapan mesin kaliber .50 yang ada di sana.

"Kerja bagus, Fikar!"

Jugement du Droit yang merasa ini sudah terlalu lama nampak telah kehilangan ketertarikannya dalam pertempuran ini, dia melepaskan auman yang sangat besar dan sangat mengganggu telinga manusia, apalagi Elf yang pendengarnya lebih sensitif. Setelah itu Jugement du Droit mundur dari pertempuran, namun pasukannya tetap dia perintahkan untuk bertarung sampai mati.

"Dia... Mundur?" Tanya Melissa kebingungan.

"Apakah sudah berakhir?" Tanya Reza entah pada siapa.

"Semuanya! Kembali fokus, pertempuran belum selesai!" Perintah Jaka.

"Baik!"

Pasukan musuh yang awalnya bertarung secara taktis, kini berubah menjadi sangat liar dan menyerang dengan sangat ganas. Mereka menjadikan Troll yang tersisa sebagai tameng untuk maju ke depan dan secara mengejutkan taktik tersebut sangat bagus. Mereka berhasil sampai ke dinding benteng dan mulai memanjat. Pasukan Jaka yang ada di dekat gerbang utama harus mati-matian mempertahankan tersebut agar tidak dijebol.

"HEAT terisi!" Teriak Denis dari dalam Tank, dia menjadi Loader pengganti untuk Razor-1.

"Mengirim!"

Peluru HEAT tersebut mengenai salah satu Troll yang langsung menghabisinya, tubuh Troll tersebut langsung jatuh dan menimpa beberapa mahluk yang ada dibelakangnya. Namun walaupun begitu, musuh terus saja menyerang dan jikalau terus-terusan dibiarkan, mereka akan terbantai habis sebelum QRF tiba.

Namun disaat semuanya seperti tidak ada harapan, harapan tiba. Sebuah tombak sepanjang hampir dua meter terbang dan menancap di tengah-tengah formasi musuh, menyebabkan ledakan besar yang membunuh ratusan musuh. Gelombang kejut hasil ledakan itu menerbangkan debu kemana-mana yang memaksa mereka semua menutup mata.

Setelah debu tersebut menghilang, mereka semua melihat dari arah Timur, muncul sesosok Ksatria berzirah hitam dengan helm naga, dia memegang sebuah tombak yang lebih tinggi dari badannya di tangan kanan dan di tangan kiri memegang zirah dengan lambang salib. Dari belakang sosok tersebut, muncul lusinan Tank, APC, Truk dan Rantis yang menjadi QRF mereka.

Sosok tersebut mengangkat tombaknya dan gelombang merah kehitaman menyebar ke seluruh penjuru mata angin, bahkan Jaka dan semua orang yang ada di Benteng merasakan gelombang merah kehitaman tersebut. Jaka merasa sebuah kekuatan muncul di dalam dirinya dan dia sendiri merasa kembali segar, seperti baru tidur 8 jam dan bangun-bangun langsung minum kopi.

Dari belakang Kolum lapis baja dan sosok berzirah hitam tersebut, muncul ratusan pasukan berzirah hitam juga dan mereka langsung berlari kearah musuh. Sosok raksasa tersebut juga ikut menyerbu bersama pasukannya. Tank, APC, IFV dan Rantis membuka tembakan dengan ganas kearah musuh, membersihkan musuh yang berbahaya bagi para prajurit yang menyerbu.

Ankalugon mengayunkan tombaknya dan langsung membunuh lima Orc, dia lalu menusuk salah satu Tiefling berbadan besar telat di dadanya menggunakan tombak panjangnya. Dia merasa ada beberapa mahluk yang memanjat tubuhnya dan melihat ada tiga goblin yang memanjat. Ankalugon mengambil salah satu goblin dengan tangan kanannya dan meremas kepala goblin tersebut sampai hancur, tombaknya ia biarkan tertancap di tubuh si Tiefling yang meronta-ronta dengan lemah.

Ankalugon mengambil satu lagi goblin dan ia banting ke tanah lalu menginjaknya hingga hancur, lalu goblin yang terakhir Ankalugon ambil dan dia lempar ke salah satu Orc dengan zirah perak. Goblin tersebut langsung mati setelah bertabrakan debgan Orc tersebut, sedangkan si Orc terlihat kesakitan setelah merasakan sesuatu yang cepat dan keras menghantam nya. Ankalugon menaikkan tangan kanannya sejajar, dari sana Gauntlet nya muncul Crossbow kecil yang langsung menembakkan proyektil tajam tepat ke mata si Orc, secara permanen membunuhnya.

Ankalugon mengambil pedang Zweihander yang ada dipunggung nya dan maju menghadapi salah satu Troll yang sedang dikeroyok prajuritnya, dengan sekali ayunan, kepala si Troll langsung jatuh dan darah keluar dengan deras dari lehernya. Mahluk-mahluk Dreamweaver merasa ketakutan saat melihat Ankalugon yang dengan ganas membunuh cukup banyak rekan mereka dan mencoba mengeroyok Ankalugon.

Namun sebelum bisa mendekati Ankalugon mereka langsung dihabisi oleh anak buah Ankalugon, beserta dukungan tembakan dari IFV Kancil milik Pasukan QRF yang ikut melaju kedepan. Ankalugon kembali berjalan dan mengambil tombaknya yang tertancap di badan si Tiefling berbadan besar, dia kembali menyimpan pedang Zweihander tersebut ke belakang badannya.

Salah satu Orc berbadan sedikit kecil berhasil lewat dari penjaga Ankalugon dan berlari ke arah dia dengan pedang di tangannya. Ankalugon dengan simpelnya menampar si Orc kecil yang mendekat dengan tamengnya, membuat si Orc patah tulang disekujur badannya. Ankalugon mendatangi tubuh rusak si Orc kecil yang mencoba untuk kabur tapi tidak bisa karena tubuhnya yang sudah rusak dibuat Ankalugon.

Ankalugon mengangkat perisainya lalu menghantamkan perisai tersebut kebawah dan menghancurkan kepala si Orc kecil. Ankalugon mengangkat tombaknya kembali dan berteriak, sekali lagi memberi Buff ke seluruh prajuritnya dan prajurit TNI.

Pertempuran berlangsung secara kilat setelah tibanya Nexus Palatini dan pasukan QRF. Semua musuh yang melihat tidak adanya kesempatan untuk menang memutuskan untuk lari namun dikejar oleh pasukan Ankalugon dan Mayor Mahmud, dengan Leopard 2 dan Maung Bodas melakukan bombardemen dari jarak jauh.

Dengan hal itu, Pertempuran Benteng Utara, resmi selesai.

Taman Istana Presiden, Ibukota Nusantara, Kalimantan Timur, Republik Indonesia.

17 September 2035.

0740.

Presiden Rina Tervo nampak duduk disebuah kursi roda dan memandang pemandangan kolam didepan nya dengan tenang. Ini kebiasaan paginya jikalau tidak ada urusan yang mengharuskannya berpergian keluar dari Istana Presiden.

Saat Rina terus melamun, Tiba-tiba muncul seorang pria dengan pakaian setelan hitam dengan dasi merah. Gaya rambutnya cepak dan tatapannya cukup tajam, pria ini adalah Direktur Dzahir, pemimpin baru dari BIN setelah direktur lama ketahuan bersekongkol dengan Tiongkok saat Perang Asia Raya.

"Direktur." Ucap Rina dengan nada datar.

"Nyonya Presiden, saya mempunyai beberapa laporan yang harus saya sampaikan kepada anda, juga beberapa laporan yang ajudan anda ingin saya katakan pada anda secara langsung." Ucap Dzahir sambil tersenyum misterius.

"Bilang saja kalau begitu." Ucap Rina yang tidak memandang Dzahir sama sekali.

"Haha, kamu menjadi sedikit sombong setelah menjadi Presiden, Rina." Ucap Dzahir sambil menyeringai.

"Dzahir, laporan, sekarang." Ucap Rina dengan serius.

"Baiklah Baiklah... Laporan pertama, pasukan kita yang terkepung di Benteng utara dari Hutan Titan telah berhasil memenangkan pertempuran dan kini tengah bersiap-siap untuk pulang, Jenderal Bima mengirim beberapa unit Zeni ke Benteng tersebut untuk mencoba merenovasi nya." Ucap Dzahir memberi laporan pertama.

"Merenovasi? Untuk apa?" Tanya Rina kebingungan.

"Jenderal Bima nampaknya ingin menjadikan tempat itu menjadi salah satu Markas kita setelah FOB Garuda. FOB Garuda tidak dapat menampung lebih banyak personel, makanya Jenderal Bima mengharapkan untuk mengubah Benteng tersebut agar dapat digunakan oleh pasukan kita." Jawab Dzahir.

"Bukankah itu secara teknis wilayah para Elf yang kita temui dua hari lalu? Aku tidak ingin membuat kesan buruk dengan mereka sebisa mungkin." Ucap Rina merengut.

"Setuju, aku secara pribadi melihat beberapa rekaman pertempuran yang personel kita lalui, Elf ini benar-benar WMD berjalan dan hidup, kekuatan yang mereka gunakan sangat mengerikan jikalau kita lawan, teknologi mereka memang tertinggal tapi kekuatan mereka dapat meng-counter persenjataan perang kita." Ucap Dzahir dengan panjang lebar.

"Baiklah, aku akan mencoba mengurusnya dengan Kemenlu nanti, laporan berikutnya." Rina berkata sambil mencatat sesuatu dibuku kecil yang dia ambil dari tas di pangkuannya.

"Berikutnya adalah beberapa unit Kopassus melakukan misi survei di lokasi Barat dari Pos 0-7, mereka sukses menandai beberapa lokasi kemungkinan tempat pembangunan pemukiman permanen pertama kita." Ucap Dzahir yang kini sudah di dekat Rina.

Dia sedikit menundukkan badannya agar sejajar dengan Rina yang duduk di kursi roda, Dzahir menunjukkan tablet yang terdapat peta dari Sektor 0 dan beberapa lokasi yang ditandai berada di pinggiran danau.

"Kenapa sangat jauh dari FOB Garuda?" Tanya Rina penasaran..

"Menggabungkan infrastruktur sipil dan militer benar-benar hal yang sangat tidak direkomendasikan, tidak ingin musuh menyerang fasilitas militer kita dan secara tidak sengaja mengenai infrastruktur sipil, beberapa Pos militer akan dipindahkan agar lebih dekat dengan kota ini untuk keamanan." Ucap Dzahir.

"Aku paham, kalau begitu aku akan izinkan untuk kontraktor sipil masuk ke R'lyeh, tapi Dzahir ini adalah PR untuk mu, pastikan kontraktor-kontraktor tersebut adalah orang-orang Indonesia dan tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan Tiongkok, aku ingin meminimalisir kehadiran mereka di R'lyeh, membiarkan beberapa dari mereka masuk ke sana saja sudah membuatku muak." Ucap Rina sambil menghela nafas.

"Baiklah, ini mungkin akan menjadi laporan yang terakhir tentang R'lyeh... Skuadron kecil kapal Angkatan Laut kita telah menyusuri danau yang ada di dekat lokasi kemungkinan pemukiman permanen kita, mereka menemukan mayat-mayat atau sisa dari para Kopassus yang gugur beberapa waktu silam sebelum kekuatan penuh dari Divisi Mekanis Kelima masuk, mereka akan sesegera mungkin mengirim sisa-sisa dari rekan kita kembali pulang." Ucap Dzahir kali ini dengan sedikit sendu.

"... Mereka yang aku kirim ke kematian... Baiklah, ada lagi yang ingin ditambahkan?" Rina bertanya.

"Mereka juga menemukan semacam struktur yang mirip sebuah cincin dengan ukuran cukup besar, tingginya sekitar 45 meter dan lebarnya kemungkinan sama juga, mereka, Skuadron kecil Angkatan Laut kita tidak dapat melakukan investigasi lebih lanjut karena diserang oleh beberapa hewan-hewan lokal yang belum kita identifikasi, tapi saya yakin itu adalah spesies yang sama dengan yang membunuh Kopassus kita." Ucap Dzahir dengan panjang lebar.

"... Menarik, berikan aku laporan penuh mengenai hal itu... Sekarang, bagaimana dengan secara keseluruhan misi rahasia kita di Manokwari?"




TBC.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top