Chapter 3
Jaka menguap dengan cukup lebar sambil mencoba menahan kantuk nya, peleton Hasanuddin kini sudah berangkat dari Pos 0-8 dan sedang memutari Hutan Titan yang sangatlah besar, sesuai dengan nama yang diberikan. Jaka belum ada tidur sedari kemarin, makanya dia berjuang untuk tidak ketiduran, Wildan yang ada disebelahnya hanya menggelengkan kepalanya dengan kasihan lalu bersumpah untuk tidak naik pangkat.
Jaka terus mengingat misi darurat mereka ini, pergi ke lokasi jatuhnya Bayraktar milik AURI, ambil data dati drone tersebut lalu kabur secepat mungkin. Jikalau otaknya tidak bercanda, Jaka ingat kalau Mayor Joko menjanjikan bantuan udara berupa beberapa Drone MQ-9 Reaper dari Pos 0-7 yang ternyata memiliki dua peleton lebih Marinir Amerika yang sudah berada di R'lyeh membantu Kopassus selama dua bulan terakhir mungkin? Mayor Joko saja tidak tahu. Selain dukungan udara daru Drone, Mayor Joko juga mengizinkan penerbangan satu AH-64 Apache untuk dukungan jarak dekat, walau Joko dan Jaka sendiri ragu apakah Helikopter Serang tersebut dapat masuk ke dalam Hutan Titan yang sangatlah besar.
Asal kalian tahu, pohon-pohon yang tumbuh di Hutan Titan ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Sequoiadendron Giganteum, atau General Sherman Tree yang biasanya ditemukan di Nevada dan Kalifornia, Amerika Serikat. Tapi pohon-pohon ini memiliki ukuran yang lebih besar bahkan dari Sequoiadendron Giganteum, Kapten Yulia sendiri juga mengabarkan kalau pohon-pohon ini sudah berumur ratusan atau bahkan ribuan tahun dan pohon-pohon ini seolah-olah... Hidup.
Itulah alasannya kenapa Joko dan Jaka ragu mengenai serangan udara di tempat seperti ini, bisa saja mereka terkena sial dan dikutuk penunggu hutan ini karena merusak tempat keramat, jadi mereka akan MENCOBA meminimalisir kerusakan yang akan terjadi kedepannya.... Jaka baru sadar kalau mereka melewati penanda yang dijatuhkan drone FPV yang diterbangkan Kendaraan 2 untuk pengintaian. Artinya tujuan mereka tinggal beberapa kilometer lagi dan diprediksi akan sampai dalam hitungan menit.
"Cukup membosankan, eh, Letnan." Komen Wildan sambil mencoba menghidupkan rokoknya.
"Jangan bicara yang tidak-tidak, Wildan, sudah cukup waktu kita hampir tiba di Pos 0-8 disambut dengan pasukan Orc versi parasit, aku tidak ingin tahu apa yang menyambut kita nanti." Gerutu Jaka sambil mencoba membuka matanya.
"Anda sadar kalau anda boleh tidur, bukan? Ada Sersan Joshua yang dapat memerintah kami." Ucap Wildan sambil mengerutkan keningnya.
"Susah tidur, nak, lagipula... Terakhir kali aku tidur, terjadi hal yang tidak aku, maupun anggota tim lain inginkan." Balas Jaka sambil membuang muka keluar jendela.
"Baiklah kalau begitu, pak..." Mereka berdua pun kembali diam sebelum akhirnya ada sebuah ketukan dari jendela kecil di belakang kompartemen.
"Ada apa Kopral?" Tanya Jaka sedikit kesal.
"Hanya ingin mengatakan kalau Thermal Imager yang ada di Drone Kendaraan 2 berhasil mendeteksi pergerakan di Utara lokasi jatuhnya Bayraktar." Lapor Kopral Julius.
Kopral Julius adalah prajurit yang setia dibawah pimpinan Jaka sejak dia ditugaskan ke Myanmar, itu saja sudah beberapa tahun yang lalu. Dia adalah pria berbadan besar, terlalu besar untuk orang Indonesia, sekitar 210cm tinggi badannya. Jika Jaka ingat-ingat, Julius ini keturunan dari Tentara Belanda yang bergabung dengan Gerilyawan Jenderal Soedirman dahulu saat Agresi Militer.
"Dimengerti, Julius. Bilang ke Denis dan Fikar untuk menyiapkan prajurit lainnya, kita akan turun 600 meter dari posisi jatuhnya Bayraktar, mengingat benda itu jatuh cukup dalam ke hutan hingga kendaraan tidak dapat lewat, Joshua, pimpin kendaraan yang lain nanti ke titik pertemuan yang sudah aku tandai di TACMAP. Paham?"
"Siap, Paham/Paham, Letnan!" Julius dan Joshua masing-masing membalas.
Setelah beberapa menit berjalan, akhirnya mereka tiba di lokasi penurunan prajurit yang ada di Kendaraan 1/Anoa. Jaka turun dari Anoa tersebut sambil melakukan peregangan kecil, waktunya untuk sedikit penjelajahan, dia melirik sedikit kearah Wildan dan memberi anggukan kecil, Wildan memberi acungan jempol sebelum akhirnya pintu Jaka tutup.
Dihadapannya sudah ada delapan orang lain dari Kendaraan 1/Anoa, separuh dari mereka adalah anggota baru, lumayan segar dari pelatihan dan sisanya adalah veteran perang yang sudah bersama Jaka atau dipindahkan dari Peleton lain. Tapi saat beberapa minggu sebelum dikirim kemari, Jaka sempat melaksanakan pelatihan bersama dan mendapati kalau tim dari Kendaraan 1 ini cukup solid, dia jadi cukup percaya diri dengan kemampuan anak buahnya ini.
Jaka berkata. "Baiklah, kalian tahu aturannya, dua di dada dan satu di kepala, jikalau mereka tidak mati?"
"Tembak lagi!"
"Bagus, semuanya menyebar 7 meter dari sesama, jaga satu sama lain dan ayo selesaikan misi." Ucap Jaka sambil mengaktifkan VIZ miliknya, VIZ adalah kacamata tempur spesial yang dikembangkan oleh Raytheon, Pindad dan beberapa perusahaan swasta lainnya, kacamata tempur ini dapat tersambung dengan TACMAP, Cakra Net dan juga memiliki Fitur HUD yang cukup canggih.
Salah satu fitur yang paling unik menurut Jaka adalah fitur penghitung peluru yang ada di Senapan SS3 baru yang dia bawa, ibarat seperti game FPS, dia tahu berapa peluru yang tersisa di Magazine nya setelah menembak, benar-benar membantu sekali jikalau sedang melakukan pertempuran intens yang dapat membuat seorang prajurit lupa hitungan mereka.
(SS3)
Para prajurit TNI yang dikirim ke R'lyeh bisa dibilang mendapatkan banyak mainan baru, seperti contohnya Drone FPV yang digunakan oleh tim Joshua, itu adalah karya anak bangsa dari perusahaan FROGS Indonesia, sebuah perusahaan Drone swasta yang akhir-akhir ini naik daun karena inovasi mereka. Dulu drone jenis FPV yang hanya bisa terbang paling lama 45 menit, sekarang dengan terobosan dari perusahaan FROGS Indonesia, Drone FPV dapat terbang hingga satu jam tiga puluh menit.
Lalu ada sebuah perangkat Exoskeleton yang benar-benar game changer, Satria Baja ExoEnchance, sebuah perangkat luar tubuh yang dirancang untuk memberikan peningkatan mobilitas, kekuatan, dan daya tahan. Exoskeleton ini dapat membantu mengurangi beban yang dibebankan pada tubuh prajurit, sehingga mereka dapat bergerak dengan lebih mudah dan mengangkat beban yang lebih berat. Jaka pernah menjadi prajurit yang melakukan uji coba terhadap alat ini beberapa tahun silam di Myanmar dan Hongkong, namun saat itu benda ini tidak terlalu dapat diandalkan, sering mengunci pergerakkan prajurit yang memakainya, dan memiliki kendala di sumber kekuatan. Bahkan jika Jaka ingat-ingat, program Satria Baja sempat diberhentikan karena insinyur Indonesia pusing memikirkan cara mengatasi kendala di sumber energi, apalagi juga saat itu insinyur Indonesia sedang sibuk-sibuknya mendesain pesawat, kapal dan kendaraan darat buatan bangsa demi peperangan melawan Cina di Hongkong.
Semua prajurit di Peleton Hasanuddin pimpinan Jaka sudah dilengkapi ExoEnchance ini, sejauh ini mereka tidak punya keluhan apapun mengenai perangkat ini, tapi bagian RnD TNI dan Pindad pasti akan meminta komentar mereka terhadap perangkat baru ini dalam misi atau pertempuran, Jaka tidak masalah jikalau harus mengetes peralatan baru, walau ada sedikit keraguan di hatinya.
"Disini Kopral Julius, melihat pergerakkan dari arah kanan kita. Ganti." Ucap Kopral Julius tiba-tiba.
"Disini Prada Dzikri, aku melihat hal yang sama, Kopral, nampaknya semacam Rusa berwarna putih dengan corak biru... Aneh." Lapor Kopral Dzikri.
"Baiklah, kontrol lalu lintas komunikasi, lapor satu persatu dan pastikan informasi yang berguna atau vital." Ucap Jaka yang merasa sedikit risih saat disiplin radio dirusak.
"Siap!"
Sembilan orang tersebut terus berjalan dengan terus mendapatkan pemberitahuan dari konvoi kendaraan, terdengar juga suara tembakan senapan mesin kaliber .50 dari arah luar pepohonan, nampaknya mereka sedang melakukan pertempuran dengan para Parasit, serius, mereka harus secepatnya memberi nama untuk musuh baru ini, pikir Jaka yang merasa kesal.
"Letnan Jaka? Dapat mendengarku?" Tanya suara wanita yang Jaka kenali sebagai Kapten Yulia.
"Terdengar jelas, Kapten, apa yang dapat saya bantu?" Tanya Jaka sambil memperhatikan TACMAP yang ada di VIZ miliknya terus melakukan update setiap beberapa meter terlewati.
"Hanya ingin memberi peringatan, kemungkinan besar daerah tempat Bayraktar terjatuh itu adalah wilayah yang banyak bunga parasit, sangat disarankan memakai masker filtrasi." Ucap Yulia, dibelakang layar, Jaka bersumpah dia mendengar suara tembakan dari meriam kaliber 20mm milik Kendaraan 3, IFV Kancil.
"... Bilang dari tadi kek... Dimengerti, Kapten... Semuanya, aktifkan masker filtrasi, udara di depan akan seperti bau kentut Julius setelah makan jengkol." Ucap Jaka melalui radio.
Perkataan Jaka itu mengundang gelak tawa dari ketujuh orang yang ada di tim nya, dan membuat Julius malu. Mereka terus lanjut berjalan sambil sekali-sekali meledek Julius yang akan memaki mereka dengan kata-kata kasar, kasihan Julius.
"Letnan, ini Joshua, anak buah ku mendapati ada dua mahluk humanoid di tempat Bayraktar terjatuh, kami mencoba melakukan zoom dan mendapati kalau mereka mirip... Manusia, namun mereka memiliki rambut perak, kemungkinan mereka adalah penduduk lokal Dunia ini." Lapor Joshua tiba-tiba.
Jaka melihat tayangan live dari drone milik Kendaraan 2 yang ditransmisikan ke VIZ miliknya, dia bisa melihat dengan jelas kalau ada dua sosok manusia dengan rambut perak dan memakai pakaian yang cukup unik bisa dibilang. Nampaknya kedua orang ini mencoba memanjat atau malah bermain-main dengan Bayraktar tersebut.
"Jaga jarak dari mereka dan terus perhatikan mereka, aku akan melakukan kontak langsung dengan mereka. Kapten Yulia, aku berharap anda dapat meminjamkan keahlian anda memimpin pasukan bersama Joshua." Ucap Jaka dengan serius.
"Kecil kalau itu, tenang saja, Letnan... Akan aku pastikan semua anak buah mu dapat pulang dengan aman. Ganti." Balas Kapten Yulia.
"Dapat diapresiasi, Kapten. Baiklah anak-anak, ayo bergerak!" Jaka dan tim kecil yang dua pimpin langsung mempercepat jalan mereka.
Beberapa menit berlalu dan akhirnya mereka telah sampai si tengah hutan yang memiliki ladang rumput yang cukup luas, di sana Bayraktar yang dicari-cari oleh Jaka dan timnya terbaring tak berdaya, dengan dua orang sosok 'manusia' berambut perak bermain-main di atas Bayraktar tersebut. Jaka langsung tanpa pikir panjang memberi isyarat untuk menyebar ke segala arah agar dapat menutup semua posisi kemungkinan mereka bisa lari.
Jaka berjalan dengan pelan, senapannya dia arahkan ke bawah agar tidak terlihat mengancam, setelah memikirkan beberapa skenario dan mengingat apa yang harus dia katakan, Jaka lalu berbicara dengan cukup keras.
"Halo! Selamat uhhh... Siang! Kami datang dengan damai!" Ucap Jaka dengan keras.
Kedua 'manusia' itu langsung memalingkan wajah mereka dengan wajah terkejut. Namun, tidak sesuai yang Jaka pikirkan, mereka ini bukannya lari karena ketakutan, mereka malah nampak memasang wajah semangat dan langsung melesat kearah Jaka, sebelum dia dapat memproses apa yang terjadi, Jaka sudah di kelilingi oleh dua 'manusia' berambut perak yang ternyata adalah perempuan. Jaka nampak panik namun dia sempat memberi isyarat untuk tidak membuka tembakan.
"Aiya! Ie iire!"
"Galadhrim, ion-nín, ivannen.... Nai harya hirilya orya hlónin naqueli ya nénya hrívë omentië lá men i'kaima ion híni lantalëya enomentiëa nalta taivana ranya."
"Ah, iquendili, seldo?"
"Galadhrim, ion-nín."
"Ngomong apaan dah ini cewek." Gumam Jaka kebingungan.
Mereka berdua nampak berbicara sambil menunjuk senapan, rompi anti peluru dan helm milik Jaka. Perbincangan mereka terus berlanjut beberapa sebelum akhirnya, Jaka yang sudah pusing mendengar bahasa asing dunia ini, angkat bicara.
"Uhhh bisakah kalian menggunakan bahasa yang lebih mudah dipahami?" Tanya Jaka sambil menahan untuk menghela nafas.
Mereka berdua nampak kebingungan, sebelum akhirnya yang lebih tinggi dan memiliki rambut panjang, menunjuk ke leher Jaka dan muncul sebuah lingkaran sihir kecil berwarna putih dengan simbol-simbol rumit, Jaka dan tim nya yang lain melebarkan mata mereka namun tetap diam serta waspada... Beberapa detik berlalu dan akhirnya si cewek yang melakukan trik aneh tadi kembali berbicara.
"Lebih baik?" Kali ini suaranya terdengar lebih melodis dan berbahasa Indonesia yang baik dan benar.
"Lebih baik... Jadi uhh... Kalian ini siapa dan apa?" Jaka baru sadar kalau mereka berdua memiliki tubuh yang kurus dan telinga yang tajam seperti pisau.
"Senang kamu bertanya, Manusia~ Aku adalah Melian dan yang memiliki rambut pendek ini adalah Miriel." Ucap sang perempuan berambut panjang.
"Dan kami adalah Elf bersaudari!" Ucap Miriel, sang Elf berambut pendek.
Jaka berkedip beberapa kali sebelum akhirnya menghela nafas pendek. "Aku tidak dibayar cukup untuk omong kosong ini... Uhhh... Melian dan Miriel, bukan? Apakah kalian tinggal disini?"
"Benar, Manusia! Lebih tepatnya Utara dari sini ada Kota kami~" Ucap Melian sambil tersenyum.
"Seperti yang dikatakan saudariku disini, apa yang manusia seperti kalian lakukan disini? Bukannya kalian berada di Timur?" Tanya Miriel penasaran.
Manusia? Di timur? Kota Elf di Utara? Jaka membuat catatan mental dan dia meringis, membayangkan betapa banyaknya pekerjaan yang harus dia kerjakan setelah misi ini selesai, tapi Kontak Pertama harus berlanjut!
"Kami datang dari Barat, kami datang untuk... Mengambil benda itu." Ucap Jaka sambil menunjuk kearah Bayraktar yang menjadi tempat mereka bermain tadi.
Mereka berdua melihat kearah yang Jaka tunjuk dengan penasaran, Miriel lalu bertanya. "Benda itu apa dan kenapa kalian mau mengambilnya?"
Jaka berpikir, bagaimana caranya menjawab pertanyaan si.... Elf ini tanpa membocorkan rahasia teknologi Drone ke para pribumi? Jaka memutuskan untuk memberi jawaban setengah jujur. "Benda itu adalah peralatan teman kami dan dia benar-benar membutuhkannya."
"Kenapa kalian benar-benar membutuhkan burung raksasa itu?" Melian yang bertanya kali ini.
"Sulit dijelaskan, tapi uhh... Sesuatu dari burung raksasa itu memiliki... Semacam otak yang berguna untuk kelangsungan misi kami." Ucap Jaka yang jujur juga kebingungan bagaimana harus menjawab pertanyaan dari Melian.
Jaka memberi isyarat ke Prada Fauzan dan Reza untuk segera mulai membongkar Bayraktar tersebut selagi Jaka melakukan dialog dengan para... Elf ini. Kedua prajurit tersebut paham akan apa yang Letnan mereka perintahkan dan segara langsung membongkar Bayraktar tersebut dengan membaca manual yang diberikan Angkatan Udara.
"Otak?"
"Iya... Semacam itu..."
"Apakah kalian bisa terbang dengan burung raksasa itu atau-" Perkataan Melian terputus saat suara raungan yang menggelegar terdengar dari arah hutan.
"Bajingan, semuanya, formasi tempur! Lindungi Fauzan dan Reza!" Teriak Jaka memberi perintah yang langsung diikuti para prajurit TNI lainnya.
Melian dan Miriel nampak kebingungan sebelum akhirnya memutuskan untuk ikut-ikutan dengan Jaka serta teman-teman manusianya. Dari pepohonan, muncul sosok mahluk humanoid raksasa setinggi 5 meter, memiliki kulit hitam segelap malam, memakai zirah yang warnanya bertolak belakang dengan kulitnya, yaitu perak terang. Mahluk itu adalah Orc, namun yang membuatnya berbeda dari Orc lain adalah.... Ini adalah Orc Alpha, klasifikasi dari Pusat Komando.
"Orc Alpha! Panji! Siapkan NLAW!" Seru Jaka sambil membidik ke lubang di helm Orc Alpha tersebut.
"Buka tembakan!" Secara serentak, peluru mulai melayang kearah Orc Alpha tersebut yang meraung dan berlari kearah posisi mereka. Nampak zirah perak dari Orc Alpha tersebut berlubang, namun nampaknya kulit dari Orc Alpha tersebut sangatlah keras hingga dapat menahan peluru kaliber 6.8×51mm dari SS3, senapan serbu generasi terbaru Indonesia.
"Sialan! Dia mendekat! Siap-siap untuk menghindar!" Ujar Jaka.
Melian dan Miriel memandang satu sama lain lalu mengangguk, para manusia ini memiliki semacam tongkat besi yang dapat memuntahkan semacam proyektil yang sangat cepat kearah Orc raksasa yang berlari kearah mereka, namun mereka dapat melihat kalau kulit Orc raksasa itu terlalu kuat hingga tidak dapat ditembus... Walaupun berhasil ditembus, Orc raksasa itu memiliki toleransi terhadap rasa sakit yang luar biasa hebat.
Melian mengangkat tangannya dan mengucapkan sesuatu dengan pelan, dari bawah tanah muncul beberapa tombak tanah yang menahan pergerakan dari Orc Alpha, Miriel juga tidak ingin kalah saing dan langsung membuat beberapa lingkaran dengan simbol-simbol rumit, dari lingkaran-lingkaran itu proyektil petir diluncurkan dan mengenai Orc Alpha yang mengaum kesakitan.
"Panji!" Teriak Jaka yang melihat kesempatan untuk menyerang.
"Back Blast, Clear!" Misil dari NLAW tersebut diluncurkan dan langsung menghantam kepala dari Orc Alpha, menyebabkan ledakan besar yang membuat mereka tidak dapat melihat dengan pasti apa yang terjadi.
"Pertahankan formasi! Jangan ada yang maju sebelum aku beri arahan!" Seru Jaka sambil memfokuskan VIZ nya untuk melihat menembus asap bekas ledakan dari misil NLAW tadi..
Namun mereka semua dikejutkan dengan sang Orc Alpha yang melompat keluar dari asap dan mencoba menerjang mereka. Keadaan Orc Alpha tersebut sangat mengenaskan, bagian atas zirah nya sudah compang-camping, kepalanya sepenuhnya hancur dan luka bakar terlihat di bagian atas dadanya. Sangat mengerikan mengetahui kalau bajingan ini masih hidup setelah mendapatkan ciuman hangat dari misil NLAW.
"Ini gila!" Sebelum mereka semua mati diterkam oleh Orc Alpha yang mengamuk, beberapa tombak es raksasa jatuh dari langit dan menghantam tubuh Orc Alpha, membuatnya tidak bisa bergerak karena tombak yang menembus badannya dan tertancap di tanah.
Sang Orc Alpha meronta-ronta dengan lemah, tenaganya dia fokuskan untuk melakukan regenerasi, buktinya bekas lukanya mengeluarkan asap dan setiap sel ditubuh sang Orc Alpha kembali tumbuh debgan relatif cepat, Jaka melihat ini tanpa pikir panjang langsung menggunakan peluncur granat yang ada di bawah bagian depan senapan SS3 nya dan melontarkan sebuah granat eksperimental.
Granat tersebut meledak di udara, tepat beberapa sentimeter dari leher Orc Alpha yang sedang beregenerasi, Orc Alpha lalu berhenti bergerak, semua seketika hening selamat beberapa detik sebelum akhirnya Jaka memberi perintah.
"Reza dan Fikar! Masukkan granat Incendiary yang kalian bawa ke dalam tenggorokannya, jikalau benda ini bisa beregenerasi, maka kita bakar saja dia dari dalam sampai kemampuan regenerasi nya tidak berfungsi kembali." Perintah Jaka.
"Siap, Letnan!" Reza dan Fikar, dengan perlindungan teman-teman mereka dan dua Elf yang membantu tadi, langsung maju dan memasukkan dua granat incendiary yang langsung mulai membakar tubuh Orc tersebut dari dalam, Fikar dan Reza langsung kembali ke formasi. Mereka semua lanjut melihat asap dan api keluar dari bekas leher Orc Alpha, awalnya asap keluar dari pori-pori badannya hingga akhirnya seluruh tubuhnya tersulut api, Orc Alpha yang bisa saja berumur ratusan tahun itu, tewas dalam waktu kurang dari lima menit.
"Well... Sedikit mengecewakan." Komen Julius sambil menghela nafas lega.
"Jangan yang tidak-tidak permintaan mu, Julius... Haah, terimakasih atas penyelamatan dengan uhh... Sihir kalian, Nona Miriel atau Melian." Ucap Jaka sambil memberi mereka berdua acungan jempol.
"Uhhh Manusia, bukan kami yang melakukan serangan tadi." Ucap Miriel yang terlihat berkeringat dingin, begitu juga dengan Melian.
Jaka dan yang lainnya nampak bingung, kenapa mereka begitu ketakutan mengenai serangan.... Sihir tadi. Jaka lalu kembali berbicara. "Jadi, kalau bukan kalian yang menyerang Orc Alpha tadi dengan tombak es, lalu siapa?"
"Itu adalah aku." Jaka beserta beberapa anggota veteran di Tim nya langsung secara instan menodongkan senapan SS3 mereka kearah belakang, di sana terdapat seorang wanita cantik, tinggi sekitar 190cm, memiliki kulit putih susu, mata se-biru lautan dalam, rambut perak yang berkilauan dan memakai pakaian yang biasanya digunakan oleh Elf di game-game fantasi RPG.
"Siapa kau?" Tanya Jaka sambil melihat penghitung peluru di VIZ nya.
"Fufufu... Anak muda manusia zaman sekarang memang sedikit kurang sopan semua, eh... Bagaimana kalau kau memperkenalkan diri mu terlebih dahulu, lalu aku akan memperkenalkan diri ku." Ucap sang Wanita misterius sambil tersenyum gila.
Sebelum Jaka dapat berkata apa-apa, Melian angkat suara. "Nenek! Cukup deh sama drama gak jelasnya, mereka ini manusia baik-baik!"
Wanita misterius yang dipanggil nenek oleh Melian itu hanya menghela nafas panjang sambil menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, Jaka dan anggotanya masih saja menodongkan senapan mereka tapi dengan posisi sedikit menghadap ke bawah.
"Tidak, yang dia katakan itu benar, Nona Melian, kami juga tidak sopan karena tidak mengenalkan diri terlebih dahulu. Perkenalkan saya adalah Letnan Jaka, pemimpin dari Peleton Hasanuddin dari Divisi Infanteri Mekanis Kelima, senang bertemu dengan kalian semua." Ujar Jaka dengan nada diplomatis.
Sang Wanita misterius menganggukkan kepalanya, merasa cukup puas dengan jawaban dari Jaka. "Kalau begitu sekarang giliran ku, bukan? Nama ku adalah Henrietta Lingenfelter, Grande Dame dari suku Elf Thalassia yang mendiami Hutan Titan ini sejak ribuan tahun yang lalu."
Jaka melebarkan matanya sedikit, sialan, dia dan timnya baru saja melakukan kontak pertama dengan seseorang yang kemungkinan adalah orang- Elf maksudnya, berpangkat tinggi... Dia tidak boleh membuat impresi buruk dihadapan mereka dan memastikan hubungan diplomatik dapat terjalin.
"Ah... Orang penting, Terimakasih atas bantuannya tadi, Dame." Ucap Jaka sambil menganggukkan kepalanya, semua anak buahnya yang menodongkan senapan mereka tadi lalu menurunkan senjata mereka, kembali rileks tapi tetap waspada.
"Sama-sama... Letnan Jaka, bukan? Aku anggap Letnan itu adalah pangkat dan bukan namamu, hmm?" Tanya Henrietta sambil tersenyum terhibur.
"Benar, Dame. Sekali lagi, kami berterimakasih atas bantuan anda dalam menghadapi Orc Alpha itu." Ujar Jaka sambil menunjuk ke beberapa anak buahnya yang sedang berfoto dengan mayat Orc Alpha yang baru mereka bunuh, ini anak buah benar-benar minta diberi hukuman.
"Seharusnya aku juga, berterimakasih kepada mu, Jaka dan teman-teman. Kalian baru saja menyelamatkan dua cocok idiot ku yang keras kepala ini, mereka kuat, tapi tidak berpengalaman." Ujar Henrietta sambil menatap tajam kearah Miriel dan Melian yang membuat mereka merinding.
"Tidak apa-apa, Dame, kami juga kebetulan kemari untuk menyelematkan peralatan kami yang tertembak jatuh... Saya sangat ingin melanjutkan pembicaraan kita tapi, kami benar-benar dikejar waktu saat ini." Ujar Jaka yang baru ingat kalau apapun yang ada di dalam Bayraktar itu harus di antar langsung ke Pos 0-8.
"Kenapa begitu cepat? Ayo mampir dulu ke Silverhaven." Ujar Henrietta mengajak mereka.
"Nona Henri, kami tidak bisa, pangkalan kami terancam akan diserbu oleh Pasukan Parasit raksasa dalam 24 Jam!" Ucap Julius yang sedikit tidak sabaran.
"Julius! Jaga nada bicara mu, maafkan anak buah ku, Dame, tapi yang dia katakan itu benar, kami benar-benar harus pulang untuk memberikan dukungan pada saudara seperjuangan kami di pangkalan asal kami." Ujar Jaka menjelaskan dengan lebih sopan.
Henrietta berpikir sejenak sambil melihat ke semua anggota Jaka yang juga memandang dirinya, setelah berpikir sedikit lama di kepalanya, Henrietta akhirnya tersenyum lalu berkata.
"Apakah mungkin Parasit yang kalian maksud itu adalah Gerombolan Dreamweaver?" Tanya Henrietta penasaran.
"Dreamweaver? Jujur kami tidak tahu, Dame, kami masih belum memberi mereka sebuah nama, mengingat kami belum terlalu lama di.... Tempat ini." Jaka harus menggigit lidahnya sedikit, hampir saja dia salah bicara tadi.
"Benar uhh Letnan Jaka, bukan? Dreamweaver adalah penyakit atau parasit bagi kami yang telah sangat lama menguasai Hutan Titan ini, menurut penjelasan dari prasasti peninggalan para Dewa dulu sebelum peperangan Aeon, Di zaman kuno yang merayakan keteguhan dan keberlanjutan alam, ada parasit purba yang menari dengan keanggunan kelicikan. Seperti raja yang rakus, mereka mengamati mangsanya dengan mata lapar yang tak pernah puas. Dalam upaya tak terpuji untuk menyerap dan merangkul semua yang tersentuh, mereka menjadi simbol kengerian dalam rupa elegan. Seperti angin yang tidak kenal belas kasihan, parasit ini melanda setiap wilayah, menghancurkan harmoni alami dengan keinginan tak terbendung untuk asimilasi. Seakan-akan kehidupan itu sendiri menjadi korban tarian gelap parasit ini, menciptakan cerita tak terlupakan tentang hasrat yang tak terpuaskan dalam permainan takdir. Para pengidap nya hampir tidak merasakan apa-apa setelah proses asimilasi, tapi saat mereka sedang di asimilasi oleh parasit ini, mereka akan terkurung di pikiran mereka sembari semua memori indah yang pernah mereka lalui diambil secara paksa oleh Induk dari para Parasit yang tertawa... Begitulah kurang lebih Dreamweaver." Ucap Melian menjelaskan dengan panjang.
Jaka merasa sangat terkejut dan bersyukur saat mendengar hal tersebut, terkejut ternyata parasit sialan yang telah merenggut banyak nyawa putra-putri Bangsa memiliki sejarah yang lebih dalam daripada yang mereka harapkan dan bersyukur untuk melakukan kontak pertama yang menurutnya cukup sukses, buktinya dia berhasil mengeruk informasi yang mungkin dapat berguna untuk pertempuran kedepannya menghadapi para Parasit- tidak, Dreamweaver.
"Itu... Informasi yang sangat berguna, Nona Melian, kami tidak akan pernah tahu jikalau tidak bertemu dengan kalian." Ucap Jaka berterimakasih.
"Heheh, sama-sama, Letnan, anggap saja kita impas sekarang." Ujar Melian sambil tersenyum kecil.
"Jadi bagaimana, Letnan Jaka? Tawaran ku untuk mendatangi Silverhaven masih terbuka, lho... Di sana kami masih punya pengetahuan mengenai Dreamweaver yang telah kami kumpulkan selama ribuan tahun lama nya, bisa dibilang kami tahu mereka luar dalam." Ucap Henrietta sambil melebarkan tangannya dengan niat mengajak.
"Nenek! Bukannya itu sedikit gegabah mengajak orang asing apalagi sekelompok prajurit Manusia ke Kota suci kita?" Tanya Miriel khawatir.
"Tidak apa-apa, Miriel, Suku kita akan terus hidup selama Aether masih mengalir di nadi Bumi ini, walaupun kita punah, kita masih dapat diingat." Ujar Henrietta sambil tersenyum lembut.
"Maafkan hal tadi, Letnan Jaka. Apa jawaban anda?" Jaka nampak termenung sebelum akhirnya membuka mulut.
Mulai dari sana, hubungan erat dan tidak terputus antara Indonesia dan Suku Elf Thalassia dimulai, sesuatu yang diawali kesialan yang berakhir kemanisan untuk masa depan kedua dunia, baik itu Bumi maupun R'lyeh.
FOB Garuda, Dunia R'lyeh.
13 September 2035.
0945.
Komandan Eko Nugroho dari Angkatan Laut menguap cukup lebar, tadi malam benar-benar pesta keberangkatan yang sangat gila. Dia saat ini duduk di anjungan kapal Patroli Induk kelas Guardian hasil kerjasama PT. PAL dan Mitsubishi Heavy Industries cabang kelautan. Kapal Kelas Guardian ini telah menjadi tulang punggung Bakamla, ALRI, Angkatan Laut Jepang yang di reformasi dan beberapa negara ASEAN dan OCEANIA lainnya.
Klasifikasi dari Kapal Patroli Induk kelas Guardian :
Panjang : 60 meter.
Lebar : 11 meter.
Sarat air : 2 meter.
Propulsi : x3 2300kw Diesel engines
Kecepatan : 29 knots
Kendaraan dibawa : 2 RHIBs dan 2 Quadcopter Drone oleh FROGS Indonesia.
Kru : 28
Sensor : SONAR, Phased Array RADAR, FLIR
Electronical Warfare : RADAR Warning system, SONAR Warning system, Directional Finder, Jamming/Anti Jamming
Persenjataan:
(1) Stabilized 20mm CIWS
(1) Stabilized Quad .50-cal Turret
(4) .50-cal Manned Turret
(6) Forward Quad-VLS Pods
(6) Side Quad-VLS Pods
(4) Torpedo Tubes
(10) Stinger Missile Tubes
Defensive:
(50) Flare Pods
(50) Chaff Pods
Props:
(2) Fixed
(2) Omni-directional pods
Hanya satu Kapal Patroli Induk kelas Guardian yang dikirim ke R'lyeh untuk saat ini, dikarenakan fasilitas yang belum mendukung untuk Armada kapal yang banyak dan juga keperluan genting. Keperluan genting yang dimaksud adalah penyerangan yang dilakukan oleh para Parasit yang menggunakan kapal-kapal rakitan ke Pangkalan Angkatan Laut yang dibangun di Barat dari Pos 0-7, sekitar beberapa ratus kilometer dari sana juga. Pangkalan Angkatan Laut dibangun di dekat sungai karena disitu lah tempat perairan yang tergolong besar dan dalam, juga karena jauh lebih dekat dengan FOB Garuda.
Mereka saat itu hanya memiliki sekitar 120 personel Angkatan Laut dengan beberapa perahu karet untuk melakukan penelitian di Danau yang dinamakan Danau Darah, kemungkinan dinamakan demikian karena ada sekitar dua belas prajurit Kopassus yang diserang dan dibunuh di pinggiran Danau tersebut saat mereka sedang istirahat, pada saat insiden itu terjadi, itu adalah salah satu insiden paling berdarah yang Kopassus pernah alami setelah Peperangan di Hong Kong ataupun Beijing.
Jadi setelah penyerangan beberapa hari lalu itu, Presiden Rina pun ditekan oleh permintaan Angkatan Laut yang meminta-minta untuk melakukan penerjunan prajurit secara masif, Angkatan lain pun juga setuju karena jujur saja, prajurit TNI yang ada di R'lyeh sangatlah tersebar sangat tipis dan bisa menyebabkan kekacauan jikalau terjadi kesalahan. Setelah berdiskusi dengan mitra mereka, utama nya Amerika Serikat dan Australia, akhirnya Presiden Rina, presiden Kesembilan Republik Indonesia, mengumumkan kepada media mengenai Gerbang Dimensi di Pulau Nila.
Awalnya banyak sekali orang yang menganggap berita ini hanyalah hoax atau karangan belaka dari pemerintah, tapi setelah pemerintah mulai meng-upload berbagai video rekaman tempur para Kopassus dan personel TNI lainnya di R'lyeh, barulah masyarakat luas mulai menerima eksistensi dari Gerbang Dimensi tersebut. Negara Indonesia yang memang kebanyakan orang muslim ini mengalami sedikit pergejolakan, sudah ada beberapa kelompok yang melakukan demonstrasi di depan gedung pemerintahan setempat mengenai Gerbang Dimensi tersebut. Ada yang menganggap kalau Gerbang itu adalah gerbang ke neraka padahal tidak, ada juga yang menganggap kalau gerbang itu hanya akan membawa kesesatan pada Bumi. Para demonstran radikal yang menyerukan berbagai hal gila ini segera dibubarkan POLRI dan beberapa orang penyebab huru-hara ini ditangkap kepolisian.
Itu masih di Indonesia, belum lagi respon dari dunia Internasional. Secara garis besar, seluruh dunia benar-benar terkejut dan penasaran dengan Dunia R'lyeh ini. Beberapa media besar seperti CNN, BBC dan TASS mengirim reporter mereka untuk 'menginterogasi' Presiden Rina. Tapi ada juga yang memiliki respon yang jauh lebih... Negatif, seperti Iran contohnya yang menganggap kalau Indonesia memonopoli Gerbang Dimensi untuk diri mereka sendiri dan lumayan banyak orang percaya akan hal tersebut.
Tapi argumen itu dipecahkan saat DoD Amerika meng-upload video dimana Marinir AS, TNI dan beberapa prajurit dari negara lain bertempur serta melakukan eksplorasi di R'lyeh. Tindakan ini dilakukan oleh Pemerintah Amerika yang menganggap situasi mulai memanas, apalagi dengan PBB yang akan ikut campur hanya akan memperparah situasi, lebih baik langsung jujur dari awal. Untuk sekarang, Dunia masih menunggu berita lebih lanjut dari Pemerintah Indonesia yang melakukan Lockdown di seluruh daerah dan mengaktifkan kembali keadaan Gawat Militer.
Eko menggelengkan kepalanya, kejadian dua hari lalu benar-benar kekacauan politik, tapi Eko respek dengan administrasi dari Rina yang berani mengambil langkah berbahaya seperti ini di dua tahun awal pemerintahannya. Oh Ngomong-ngomong, tidak hanya Kapal Patroli Induk saja yang dikirim tentunya, ada sekitar 7 unit Tank Boat Antasena yang dikirim dan juga 10 unit Kapal Patroli dari kelas Boa.
(Tank boat Antasena.)
(Kapal Patroli Boa.)
Armada kecil kapal ini akan dia pimpin dalam rangka melakukan penjelajahan lebih jauh ke Danau Darah beserta melakukan pengeboman di beberapa titik yang diyakini sebagai markas para Parasit, itu kurang lebih misi Angkatan Laut untuk sekarang yang Eko baca. Menurutnya ini adalah tindakan yang cukup gegabah dalam mengirim kapal sebanyak ini ke R'lyeh tanpa fasilitas yang memadai, tapi apa boleh buat, situasi benar-benar membutuhkan kapal-kapal ini untuk serangan saturasi dan juga... Eko dengar-dengar suatu rumor kalau Angkatan Darat, Laut dan Udara akan melakukan serangan terkoordinasi ke Barat Laut dari FOB Garuda.
"Komandan, kopi?" XO nya, Kapten Danang menawarkan kopi.
"Terimakasih Danang, jadi kapan kita dapat bergerak ke Pangkalan Usman Harun?" Tanya Eko.
"Secepatnya pak, saat ini Kolonel Chandra tengah berbicara dengan Wakil Laksamana Harianto mengenai pemindahan Armada kita ke Pangkalan Usman Harun." Ujar Danang sambil melihat ke luar jendela, ada beberapa personel TNI AD yang memotret kapal-kapal mereka yang berjejer di luar FOB karena ukuran mereka yang cukup mengambil ruang.
"Baguslah kalau begitu, aku tidak sabar menanti aksi di Dunia ini." Ucap Eko tersenyum tipis sambil membenarkan topi bisbol berwarna biru tua dengan simbol Angkatan Laut Republik Indonesia.
TBC.
Segini aja dulu ye, wkwkwk.
Perkenalan Karakter utama dari dua Matra sudah siap, tinggal Angkatan Udara dan Divisi Aerospace aja yang belum, dinanti saja yah kehadiran mereka berdua ini.
Adios.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top