Chapter 1
Letnan Jaka mengucek matanya berkali-kali saat sia melihat pemandangan dari luar APC nya. Dia berharap langsung melihat pemandangan yang indah dan asri, penuh dengan keajaiban serta hewan-hewan lokal beterbangan... Namun dia malah melihat mereka berada di sebuah bangunan dari kayu, dengan puluhan prajurit Zeni dan Kopassus bekerja di sana sini, melaksanakan tugas yang telah diberikan kepada mereka. Pintu kayu setinggi 8 meter yang menjadi pintu masuk dari bangunan itu sudah terbuka, dengan beberapa dari mereka (Korps Zeni) memakai rompi warna hijau dengan lampu tongkat berwarna merah, mengarahkan kendaraan yang dinaiki Jaka beserta kendaraan yang baru datang lainnya.
Jaka membuka palka yang ada di atas kepalanya dan mengeluarkan setengah badannya, dia membenarkan baret yang ia pakai sebelum akhirnya melihat sekitar, tempat ini masih terlihat seperti desa dan bukan pangkalan militer, bedanya di tempat mirip desa ini punya banyak persenjataan anti-udara seperti Karna, sistem SHORAD hasil kawin silang dari Phalanx CIWS dan Skyshield Oerlikon, beberapa baterai misil anti-udara dan yang paling banyak yang dapat dilihat Jaka adalah RBS-70 yang sudah battle proven di Perang Ukraina.
Anoa yang dikendarai Jaka akhirnya tiba di tempat Motor Pool sementara, bergabung dengan para Anoa lainnya, sedangkan kendaraan sisa si Peleton nya parkir di tempat yang sesuai dengan jenis kendaraan mereka. Jaka turun dan melakukan peregangan kecil, perjalanan di dalam Portal memakan waktu 50 menit lebih, itu masih belum menggunakan kecepatan penuh sih, jadi mungkin bisa lebih cepat.
"Wildan, cari Joshua dan bilang kepada dia untuk mengumpulkan semua personel Peleton Hasanuddin di satu tempat, aku akan pergi melapor ke Kolonel Chandra." Ucap Jaka sambil berjalan pergi.
"Siap, laksanakan!" Seru Wildan sambil memberi hormat.
Jaka terus berjalan, sambil melihat ke arah bangunan tempat portal berada, dari sana dia melihat truk demi truk keluar dari bangunan tersebut, dengan di luar bangunan sendiri terdapat barisan Truk yang nampaknya akan pulang kembali ke Bumi untuk mengambil suplai lagi, sementara truk yang baru datang membawa suplai baru. Ini membentuk garis logistik yang sangat dibutuhkan oleh FOB Garuda untuk berfungsi sepenuhnya, apalagi sekarang akan ada lebih banyak prajurit yang berdatangan kemari untuk melakukan ekspedisi skala masif pertama dalam sejarah dunia. Jaka sendiri yakin kalau tempat ini akan menjadi tempat yang jauh lebih aman dari Fort Knox di Amerika Serikat.
Jaka akhirnya tiba di tenda komando tempat Kolonel Chandra berada, di luar tenda juga ada Letnan Ahmad yang tengah menunggu Jaka, walaupun Ahmad berada di belakang kendaraan terakhir Peleton Hasanuddin, dia sangatlah cepat tiba di tenda komando.
"Akhirnya kau datang juga, ku kira kau akan terlambat lagi." Ucap Ahmad sambil menyeringai kecil.
"Aku ingin membuat kesan pertama yang baik dengan Kolonel Chandra, akan lebih mudah untuk meminta bantuan dengan beliau kedepannya." Balas Jaka dengan malas.
Mereka berdua lantas memasuki tenda komando yang dipenuhi meja dengan berbagai peralatan elektronik, para operator nya memperhatikan instrumen masing-masing dengan telaten, memastikan tidak ada yang salah. Mereka terus melewati meja-meja Operator dari Tenda Komando yang nampaknya kelelahan, lalu akhirnya mereka melihat Kolonel Chandra yang duduk di mejanya sendiri dengan Komputer dihadapannya.
Letnan Jaka dan Ahmad langsung memberi hormat kepada Kolonel Chandra, beliau sendiri nampaknya menghentikan apapun yang dia lakukan di komputernya dan menatap mereka berdua, sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. Dia nampak bersandar di kursi nya yang terlihat nyaman.
"Ah, Letnan Ahmad dan Jaka, bukan? Selamat datang di FOB Garuda, dimana para Letnan lainnya?" Tanya Chandra.
"Mereka katanya sedang mengurus sesuatu yang mendadak, jadi mereka akan datang beberapa menit lagi... Mungkin." Kata terakhir dikatakan oleh Ahmad dengan pelan.
"Hmm, kalau begitu aku akan briefing kalian berdua dulu. Seperti yang kalian ketahui, FOB Garuda ini masih dalam tahap pembangunan dan ekspansi ke segala arah, beberapa pos garis depan juga sudah dibangun, namun mereka terus menerus diserang oleh.... Kehidupan liar lokal yang memiliki intelektual tingkat tinggi. Kalian akan sangat membantu kami dalam menjaga pos-pos ini, kami memang Kopassus, namun tugas kami bukanlah untuk pertempuran secara defensif. Besok pagi aku ada misi untuk salah satu dari kalian, siapa yang berminat?" Tanya Chandra dengan kalem.
Jaka langsung mengangkat tangannya. "Peleton Hasanuddin siap melaksanakan tugas yang anda beri, pak."
"Kamu yakin? Letnan... Jaka? Peleton mu baru saja beberapa minggu yang lalu diisi anggota baru yang masih 'hijau' kan? Apa kamu tidak khawatir?" Tanya Chandra balik kearah Jaka.
"Tidak apa-apa pak, pengalaman akan membentuk karakter mereka, lagipula, mereka sudah tau apa yang akan mereka hadapi saat mereka mendaftar ke dalam kesatuan, jadi ya, mereka siap dan saya tidak khawatir." Ucap Jaka dengan tegas.
Chandra memandang Jaka dengan tatapan sulit diartikan sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. "Baiklah, besok jam 0900 kalian bisa berangkat langsung ke pos 0-8, pos garis depan kita dalam menghadapi kehidupan liar lokal di Sektor 0. Ini surat perintag tugasnya, kalian bisa membawa senjata apapun yang kalian butuhkan dari Tempat Persenjataan, dan tuan-tuan sekalian... Selamat datang di R'lyeh."
FOB Garuda, Sektor 0, Dunia R'lyeh.
11 September 2035.
0840.
Jaka nampak sudah berada di samping APC Anoa yang biasa dia pakai, dihadapannya sudah ada para NCO nya yang menanti penjelasan lebih lanjut dari sang Letnan. Jaka juga terus memperbaiki baret nya.
"Baiklah, semuanya, kita akan menjalani misi untuk memberikan bantuan kepada Pos 0-8 dalam menghabisi kehidupan liar lokal yang nampaknya semakin ganas menyerang, periode misi ini kemungkinan 2 minggu, bisa lebih juga bisa kurang, tergantung perintah dari Kolonel. Kopral Elvita, beritahu pada para prajurit mu untuk fokus, tidak hanya untuk para junior tapi juga senior, paham?" Elvita mengangguk paham.
Jaka lalu memandang ke Adi Wijoyo, dia adalah komandan dari IFV Kancil mereka yang diubah menjadi varian medis, namun kemampuan tempurnya juga masih ada, Rata-rata yang ada di dalam kancil itu adalah petugas medis dari Peleton Hasanuddin dan peralatan medis canggih. "Adi, sebisa mungkin aku ingin kau berada di tengah-tengah formasi, kalian yang akan membuat kami tetap hidup."
"Hehe, senang akan membantu, pak."
"Semuanya, kita akan menggunakan formasi linear, jikalau ini kerjasama dengan Peleton Kalijaga atau lainnya, kita dapat membentuk formasi Berlian, namun kita kekurangan kendaraan dan personel, kita akan melakukannya dengan peralatan yang seadanya." Ucap Jaka dengan netral.
"Siap, pak!"
Joshua kali ini yang angkat bicara. "Pak, apakah perlu kita sampai membawa Mortar 120mm?"
"Harapkan yang tidak dihadapkan, saudaraku, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di medan tempur, lebih baik bersiap daripada tertangkap basah dengan celana terbuka." Balas Jaka sambil memberi acungan jempol.
"Baiklah..."
"Jikalau tidak ada yang ingin bertanya lagi, semuanya, mari kita bekerja." Semua menganggukkan kepala mereka dan langsung menaiki kendaraan mereka masing-masing.
Jaka menaiki Anoa nya dan duduk lagi disamping Wildan yang memakai kacamata hitam. Wildan hanya menganggukkan kepalanya, dibalas juga dengan Jaka yang menganggukkan kepalanya. Lalu Jaka mengetuk mic yang ada di headphone nya.
"Tes Tes Tes, semua mendengar suara ku?" Tanya Jaka.
"Jelas pak bos!"
"Bagus, kalian pasti ingat saat aku menyuruh kalian membawa masker yang punya filter udara, bukan? Bersiap untuk memakai masker itu dalam aba-aba ku. Semuanya, sebelum berangkat melakukan misi, mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing, berdoa dimulai." Hening mereka ditemani suara berisik dari FOB Garuda yang masih terus dibangun.
"Berdoa, selesai. Wildan, tancap gas!"
"Siap, Letnan!"
Saat APC Anoa yang dinaiki Jaka keluar dari gerbang utama FOB Garuda, Jaka langsung disambut dengan pemandangan yang gersang, tidak seperti yang dia harapkan saat tiba ke tempat ini. Jaka berharap dapat melihat hamparan rumput yang memenangkan jiwa, dulu memang ada hamparan rumput seperti itu di tempat FOB Garuda dibangun, mengingat FOB Garuda dibangun di atas bukit dengan hamparan padang rumput yang indah, namun semua itu dihancurkan oleh Kopassus dan Korps Zeni dengan racun tanaman serta pelontar api buatan tangan.
"Sayang sekali eh, dulu katanya tempat ini penuh dengan pemandangan alam yang sangat indah, namun yang indah harus hancur juga." Ucap Jaka sambil bersenandung kecil.
"Kenapa tempat ini dihancurkan pak? Sangatlah disayangkan tempat yang katanya indah ini harus dihancurkan." Ucap Wildan sambil merengut.
"Kehidupan liar lokal, mereka.... Memiliki semacam kendali atas ekosistem di daerah sini, hingga pada titik hampir semua hewan dan monster di daerah sini dikendalikan oleh Kehidupan liar lokal yang sedang kita perangi, jikalau mereka bisa mengendalikan semua ekosistem di daerah ini, maka rumput termasuk mahluk hidup juga, bukan? Ditakutkan kalau rumput-rumput itu beserta bunga-bunga yang bermekaran dapat menjadi senjata biologis dan menyebabkan korban jiwa yang lebih besar." Balas Jaka dengan santai sambil menekan Monitor di dashboard APC.
"Tetap saja, sangat disayangkan."
"Heh, kita harus terbiasa dalam melakukan hal ini, tidak ada ruangan untuk belas kasih, kecuali kita bertemu mahluk yang memiliki akal." Ucap Jaka kelewat santai.
"Sekarang... Biarkan aku tidur sebentar, aku kurang tidur tadi malam." Ucap Jaka sambil menutup matanya.
"Selamat tidur, pak bos."
...
....
30 menit dalam perjalanan.
Jaka yang sudah teebangun dari tidur singkatnya, memandang ke arah kearah ladang bunga di bagian kanan jalan, sedangkan dibagian kiri adalah hutan dengan pohon yang terlihat familiar tapi terlihat asing juga disaat yang bersamaan. Mereka telah melakukan perjalanan selama 30 menitan, sejauh ini masih belum ada sesuatu yang aneh, mereka baru saja melewati pos garis depan O-1, makanya Jaka dibangunkan untuk memberi dokumen kepada penjaga pos garis depan.
Kondisi udara juga aman nampaknya, mengingat AURI nampaknya sudah cukup lama mulai beroperasi di R'lyeh, tapi dengan aset yang sangatlah terbatas, mengingat landasan pacu di FOB Garuda masih terbuat daru tanah. Di udara, Jaka dapat mendengar secara samar-samar suara baling-baling dari UCAV Bayraktar TB3 yang nampaknya sedang melakukan patroli yang selalu dilakukan setiap harinya, total ada 6 Bayraktar di R'lyeh dari 20 unit di Inventaris AURI, sebenarnya AURI ingin memborong sampai 100 unit lebih, namun tiba-tiba PT. Dirgantara Indonesia baru saja mengeluarkan suatu mahakarya, Drone pesawat tempur pertama di dunia yang benar-benar mirip pesawat konvensional.
FD-16 Ahool ini memiliki keunggulan seperti jarak jelajah yang sangat jauh, menggunakan bahan bakar yang jauh lebih sedikit namun efisien, dapat membawa banyak persenjataan dari bom tandan, misil udara-ke-udara, misil udara-ke-darat dan bahkan anti-kapal. Ahool ini juga bahkan membawa M61 Vulcan untuk melakukan pemberondongan dalam rangka misi CAS.
"Angkatan Udara nampaknya sudah sibuk, eh." Komen Jaka dengan malas.
"Sibuk pantat ku, mereka pasti sedang enak-enak mengendalikan drone dari pos komando dengan AC." Gerutu Wildan sambil membuka bungkus rokoknya.
"Setuju, Praka." Ucap Jaka sambil tertawa.
Perjalanan cukup panjang terus mereka laksanakan, dengan sekali-sekali mereka berpapasan dengan peleton yang berjaga di pos garis depan lainnya yang akan di rotasi, Peleton Hasanuddin kini sudah melintasi pos garis depan 0-7, tinggal sekitar 30 Kilometer lagi menuju tempat tujuan mereka, sejauh ini mereka belum menemui kendala apapun yang menarik.
Waktu juga sudah menunjukkan pukul 1 siang, menunjukkan betapa jauhnya Pos 0-8 ini... Saat Jaka akan mengontak kendaraan lain untuk meminta laporan yang secara konstan dia pinta setiap tiga puluh menit, Tiba-tiba muncul kabut misterius yang entah darimana datangnya.
"Sialan, kenapa tiba-tiba ada kabut?" Gumam Jaka.
"Hey Joshua! Kalian melihat ini?" Tanya Jaka melalui alat komunikasi nya.
"Ya- ka- tidak- liha- apa-apa!" Suara dari mereka nampak terputus-putus, padahal jarak antara kendaraan mereka hanyalah 6 meteran.
"Wildan, hentikan kendaraan ini." Wildan mematuhi perintah dari Jaka dan menginjak rem.
Anoa yang mereka kendarai perlahan-lahan berhenti, tak berselang lama kendaraan dari Sersan Mayor Joshua muncul dan karena tidak tahu ada kendaraan di depan yang berhenti, Rantis Komodo tersebut menabrak bagian belakang APC Anoa yang dinaiki Jaka, untung saja IFV Kancil yang ada di belakang tidak ikut menabrak juga, kalau tidak, akan sangat sulit menjelaskannya kepada atasan nanti.
Jaka langsung turun dari APC nya dan berjalan kearah Rantis Komodo yang dikomandoi Joshua, dia memukul pintu belakang APC Anoa yang tadi ia naiki, pintunya terbuka secara perlahan dengan hidrolik nya berdesis. Delapan orang prajurit pun turun dan segera membuat perimeter di sekitar tempat terjadi kecelakaan kecil.
"Joshua! Kalian tidak apa?!" Tanya Jaka sambil melihat kerusakan di bemper Komodo yang dinaiki Joshua.
Joshua keluar dari mobilnya dengan memegang kepalanya yang pusing. "Kami tidak apa-apa, terkejut, tapi tidak apa-apa."
Mereka berdua melihat ke sekeliling dan menyadari kalau kabut ini membuat jarak pandangan visual sangatlah tidak mungkin, bahkan mereka hanya dapat melihat dengan jarak 10 meter saja, mungkin kurang. Serka Adi dan Kopral Elvita yang juga sudah turun dari kendaraan mereka langsung mendatangi mereka berdua.
"Letnan, Sersan! Kalian tidak apa?!" Tanya Adi khawatir.
"Kami tidak apa-apa, bagaimana dengan kalian?" Tanya Jaka balik.
"Kami baik-baik saja, jarak kami relatif cukup jauh dan kecepatan kami juga sedikit pelan, sebab itulah kenapa kami tidak ikutan menabrak." Ujar Elvita.
"Baiklah, mari kita pikirkan apa rencana berikutnya... Ini sudah pasti jebakan yang disiapkan oleh kehidupan liar lokal yang dimaksud oleh Kolonel Chandra, entah bagaimana caranya mereka membuat kabut ini, tapi mereka melakukannya, apakah kita dapat tersambung dengan luar?" Tanya Jaka kearah Joshua.
Joshua menggelengkan kepalanya. "Tidak, bahkan kita nampaknya kehilangan kontak dengan Bayraktar yang melakukan patroli di tempat ini."
Adi lalu menambahkan. "Tapi nampaknya TACMAP masih bekerja dan masih menunjukkan rute perjalanan menuju Pos 0-8."
Jaka lalu memegang kepalanya dengan pose berpikir... Itu memang pilihan tepat untuk melanjutkan perjalanan tanpa berhenti seperti ini, semakin kecil risiko untuk di sergap oleh musuh yang tidak diketahui cara mereka bertarung maupun sikap mereka. "Hmm... Kita tetap lanjutkan perjalanan, Adi, kalian yang akan berada di depan, kami akan di belakang kalian. Joshua, kau dan tim mu akan melakukan pengintaian dan kalau memungkinkan mengontak personel dari Pos 0-8, Elvita... Kau tetap bersama kami."
"Siap, laksanakan!" Mereka lalu berlari kembali ke kendaraan mereka masing-masing, dengan Jaka yang berjalan santai.
Rantis Komodo yang dikomandoi Joshua kembali berjalan dan melewati Anoa milik Jaka yang sedang kembali memasukkan prajurit mereka. Mereka tanpa pikir panjang memutuskan untuk ngebut, ini adalah situasi yang sangatlah merepotkan dan cukup... Menakutkan.
"Pelan-pelan, Prada! Mobil ini bukan Ferrari!" Ucap Joshua sambil berpegangan.
"Anda bilang sesegera mungkin ke Pos 0-8, anda mendapatkan nya!"
Perjalanan Rantis Komodo yang dikomandoi Joshua berjalan cukup aman secara mengejutkan, dengan mereka hanya butuh 15 kilometer lagi hingga akhirnya sampai di Pos 0-8 dan sisa dari peleton Hasanuddin tidak jauh dibelakang mereka. Joshua merasa semuanya akan baik-baik saja dan ini hanyalah ekosistem tempat ini.
Namun Joshua seharusnya tidak berpikir seperti itu, karena tiba-tiba terjadi ledakan yang membuat mobil yang mereka naiki terpental dan terguling ke samping. Semuanya terjadi sangatlah cepat, Joshua mengerang kesakitan dan mencoba keluar, namun satu-satunya tempat keluarnya terhalang oleh sang Prada yang memegang wajahnya dan menjerit kesakitan.
"Prada! Cepat keluar!"
"Wajahku! Wajahku!"
"Sial! Seseorang keluarkan dia sini!" Teriak Joshua.
"Aku lakukan!" Pintu yang berada di samping sang Prada terbuka dan menunjukkan salah satu anak buah Joshua yang sudah keluar, dengan usaha cukup keras dia berhasil mengeluarkan sang Prada yang masih memegang wajahnya.
Joshua memanjat keluar dari mobilnya dengan membawa SS3 nya, saat berada di luar, dia melihat anggotanya yang lain sudah berhasil keluar dan sedang menangani luka sang Prada, sedangkan yang lainnya membuat lingkaran perlindungan.
"Sersan! Kita dikelilingi!" Seru salah satu prajurit, suaranya bergetar.
"Apa maksudmu, prajurit?!" Tanya Joshua dengan keras.
"Lihat ke Cakra anda!" Joshua pun teringat dan langsung mengecek lengan kanannya, benar saja yang dikatakan sang prajurit, mereka dikelilingi oleh banyak titik berwarna abu-abu, pertanda kontak tidak dikenal.
"Tapi bagaimana bisa? Aku kira kita tidak dapat terhubung dengan Bayraktar atau dunia luar?" Tanya Joshua keheranan..
Mereka pun mendengar suara banyak langkah kaki, langkah kaki itu terdengar keras yang menunjukkan kalau yang membuat suara ini memakai semacam sepatu tempur. Titik-titik abu-abu yang Joshua lihat di Cakra versi Redmi Note 10S mulai bergerak dengan teroganisir kearah mereka.
"Semuanya! Bersiap untuk bertempur!" Ucap Joshua dengan keras.
Semua prajurit dibawah perintah Joshua langsung mengganti mode senjata yang mereka bawa, dari Safety ke Single Shot. Joshua memicingkan matanya untuk melihat lebih baik ke dalam kabut, namun usaha itu sia-sia... Tapi dia tidak perlu melakukan itu, karena mahluk-mahluk yang mengelilingi posisi mereka sudah muncul dari pepohonan.
Mereka memiliki tinggi 2 meter lebih, berbadan besar, memiliki warna yang berbeda-beda seperti merah atau hijau, membawa senjata dan memakai zirah, tapi yang paling membuat mereka (Joshua dan tim nya) terkejut adalah wajah mereka yang mirip babi dan monster. Lalu Joshua teringat, ini adalah salah satu monster yang ada di briefing tadi malam!
"Semuanya, buka tembakan!" Tanpa pikir panjang, mereka langsung membuka tembakan. Joshua menembakkan beberapa peluru kearah salah satu Orc yang mengenai berbagai organ vital, namun sang Orc tetap berjalan.
Joshua lalu membidik kepalanya dan menembakkan tiga peluru, hal yang dilakukan Joshua ini berhasil membunuh satu Orc dari sekian banyak yang mengepung mereka. Para Orc menggunakan perisai mereka dan mendekati posisi Joshua serta tim dengan perlahan-lahan. Joshua terus menembakkan SS3 nya, diikuti anak buahnya, sejauh ini mereka baru berhasil membunuh empat Orc.
"Sialan! Kenapa sulit sekali membunuh mereka ini!" Umpat salah satu prajurit sambil mengganti magazine.
"Apakah karena mereka monster?" Tanya salah satu prajurit keheranan.
"Pake nanya, tembakin aja Senapan Mesin mu!"
Sang prajurit yang membawa SM-27 langsung tiarap dan membuka tripod nya, setelah itu, sang prajurit langsung memberondong para Orc yang terus mendekat kearah mereka. Timah panas dari SM-27 menembus para Orc-Orc durjana dengan mudah, namun mereka tidak langsung mati dan terus berjalan dengan kondisi yang terorganisir, sangatlah tidak masuk akal.
"Sersan! Mereka datang dari belakang juga!" Teriak salah satu prajurit dan terdengar suara tembakan.
"Sialan, kita benar-benar terkepung kalau begini... Granat! Lemparkan granat ke posisi mereka!" Seru Joshua sambil mengambil sebuah granat di kantong nya.
Dua orang prajurit mengikuti apa yang Joshua lakukan dan mereka langsung melempar ketiga granat tersebut ke posisi pasuka Orc, terjadi tiga ledakan beruntun yang nampaknya berhasil membuat kerusuhan diantara barisan mereka, apalagi serpihan besi dari ledakan Granat itu nampaknya melukai cukup banyak Orc. Joshua mengangkat kembali SS3 nya dan menembak mati tiga Orc.
Pertarungan sengit terus terjadi hingga akhirnya Joshua mendengar suara mesin yang semakin mendekat, dan benar saja, satu IFV Kancil muncul dari kabut dan menembakkan meriam otomatis 30mm mereka kearah kerumunan Orc, diikuti dua misil yang diluncurkan dan menghantam posisi-posisi yang padat akan musuh.
Dari belakang IFV Kancil muncul Anoa milik Letnan Jaka yang langsung menabrak salah satu Orc yang dekat dengan posisi mereka, Letnan Jaka berada di atas APC sambil menembakkan senapan mesin M2 Browning kaliber .50 ke posisi musuh, prajurit dari APC juga sudah turun dan membanti memberi tembakan dukungan.
Yang terakhir tiba adalah truk pengangkut tim nya Kopral Elvita, yang sesaat mereka tiba, langsung lompat dari belakang truk dan bergerak menuju ke lokasi pertempuran. Letnan Jaka memandang sekitar dengan tatapan netral, dia telah berhenti menembakkan senapan mesin Browning nya untuk menghemat peluru dan melihat situasi.
"Joshua! Laporan situasi!" Ucap Jaka dengan nada memerintah.
"Letnan! Kami nampaknya terkena jebakan semacam IED dengan hulu ledak kecil, kendaraan mengalami kerusakan ringan dan satu orang terluka di bagian wajah akibat serpihan kaca, setelah itu kami terkepung dan mencoba bertahan selama yang kami bisa hingga anda datang." Balas Joshua dengan cekatan.
"Cepat balikkan kembali mobil mu! Aku baru saja mendapatkan sinyal dan mengirim pesan ke Pos 0-8, mereka akan mengebom tempat ini dengan Artileri!" Seru Jaka dengan kepanikan.
"S-Siap!"
Joshua langsung meminta bantuan kepada beberapa prajurit untuk mengembalikan Komodo milik mereka ke posisi semula, untung saja yang ini adalah varian pengintaian jadi beratnya tidak terlalu signifikan dan dapat dilakukan dengan cepat, banyak yang mengeluh karena harus mendorong mobil ditengah-tengah pertempuran. Beberapa menit berlalu dan dengan bantuan Mecha kecil yang berbentuk kepiting yang dibawa oleh tim nya Kopral Elvita, Rantis Komodo milik Joshua dapat kembali ke posisi awal.
"Kami siap, pak!" Lapor Joshua ke Jaka yang menembakkan senapan mesin nya ke pepohonan, para Orc memang sudah mundur akibat pembantaian sepihak yang dilakukan Peleton Hasanuddin, namun bukan berarti mereka tidak akan kembali dan menyelesaikan apa yang mereka mulai.
"Bagus! Semuanya, lanjut jalan menuju pos 0-8!" Teriak Jaka melalui mic di headphone nya.
Semua prajurit langsung sesegera mungkin menaiki kendaraan mereka masing-masing dan dengan APC milik Jaka yang berada di barisan paling depan, mereka langsung ngebut ke pos 0-8, di waktu yang bersamaan mereka mendengar suara lengkingan yang sangat keras dan ledakan terjadi di langit, nampaknya para Kopassus di pos 0-8 menggunakan peluru bertipe Flechette untuk membunuh para Orc, efektif dan praktikal.
Lalu perlahan-lahan kabutnya menghilang dan konvoi Peleton Hasanuddin terus melaju ke Pos 0-8, setelah dua puluh menit penuh keheningan berlalu, akhirnya mereka tiba di Pos 0-8.
Pos 0-8 bisa dibilang tempat yang cukup besar untuk sekelas pos garis depan, memiliki panjang sekitar 250 meter dengan lebar kurang lebih 100 meter. Pos 0-8 ini memiliki persenjataan yang cukup berat seperti Artileri kaliber 105mm dan 155mm, beberapa baterai MRLS yang tidak berpandu untuk serangan saturasi, enam IFV Kancil disebar ke seluruh penjuru Pos untuk memberikan dukungan tembakan jika diperlukan dan nampaknya ada tiga helikopter Apache AH-64 dari Angkatan Darat. Oh iya, pos ini juga memiliki tembok besar yang terbuat dari kayu pepohonan sekitar, kurang lebih setinggi 10 meter.
Di sana juga ada sistem parit yang menjalar keluar tembok pertahanan, parit-parit ini dijaga dengan persenjataan berat seperti senapan mesin, peluncur roket yang ditaruh di berbagai titik parit, ranjau darat dan berbagai hal gila lainnya. Sistem parit mereka ini juga sedikit mengadopsi sistem terowongan seperti Vietcong di Perang Vietnam dulu, dengan terowongan yang berlika-liku ini, diharapkan dapat menghambat musuh jikalau berhasil masuk ke parit pertahanan.
Jaka melihat pintu gerbang Pos 0-8 terbuka, tempat ini benar-benar berbeda 180 derajat daripada pos garis depan lainnya yang hanya ditutupi dengan pagar besi pada umumnya dan bersenjata ringan, benar yang dikatakan oleh Kolonel Chandra kalau ini adalah Garis depan dalam pertempuran dengan kehidupan liar lokal.
Semua kendaraan Peleton Hasanuddin akhirnya memasuki Pos 0-8 dan Jaka menghela nafas panjang, satu masalah selesai, tapi banyak masalah lagi yang akan datang kearah mereka dan Jaka berharap, semoga dia dan anggotanya siap dalam menghadapi semua rintangan ini.
TBC.
(Sektor 0, Dunia R'lyeh.)
(Peta penuh Planet/Dunia R'lyeh.)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top