Tokoh utama
Ting~ tring~ ding~
Suara dentingan merdu piano, menggema diseluruh koridor Vins akademi.
Suara lembut nan merdu yang bersumber dari sebuah piano dari ruang musik. Gadis berambut curly bubble gum, tengah memainkan jari-jari mungilnya diatas tuts hitam dan putih.
Seakan sedang mewarnai ruang musik yang terkesan monoton dengan nada-nada indah dari permainnya.
Cuit~ Cuit~
Burung-burung ikut menyanyi merdu mendengarnya.
Saat gadis itu menyelesaikan permainannya. Suara tepukan tangan langsung memasuki telinganya.
"Sempurna, seperti biasa. Putri musik,"
Mata pink muda gadis itu melebar gembira, kala melihat sosok pemuda di depannya. "W-wrath ?! Sejak kapan kau di sini ?,"
"Sudah lama. Sampai kau menyadariku ada disini,"
Pemuda berambut merah, Wrath berjalan menghampiri Patience. Di tangannya ada sebuah kaleng soda, tanpa basa basi. Ia melemparkan kaleng soda itu pada Patience.
Hampir saja kaleng itu menyentuh lantai, refleks dari tangannya yang cepat menyelamatkannya. Patience menghela nafas legah
"Huh...hampir saja...," ujarnya legah. "Terimakasih ya,"
Wrath mengangguk sekilas, lantas mengambil catatan Note dari atas piano klasik tersebut.
"Love...sorrow ?," Patience yang tengah meneguk soda, mengangguk kecil. "Iya. Love sorrow, kesedihan cinta,"
"Heh ? Padahal nada yang dimainkan begitu merdu, tak kusangka judul dari musik itu begitu menyedihkan,"
Senyum miring Wrath terbit kala mendengar ucapan Patience. Seakan tak memperdulikan ucapan Wrath. Patience melemparkan kaleng soda kosong ke tempat sampah dipojok ruangan.
"Kau tahu...," Patience berujar, sambil merenggangkan tubuhnya yang agak kaku. Terlalu banyak duduk di depan piano penyebabnya.
"Sesuatu yang sedih tak selalu jelek,"
"Aku tak berkata jelek,"
"Tapi, intinya kan begitu ?," Wrath melemparkan tersenyum tipis pada Patience. Diam-diam mengagumi kepekaan gadis Curly di dekatnya ini.
"Ada apa, kau kesini Wrath ?,"
"Hm ? Memangnya aku tidak boleh menemuimu ?,"
"Eh !? Bu-bukan begitu ! Seingatku, Pak Adjudicate sedang mengajar pelajaran olahraga. Dan aku tahu kau ini jarang bolos pelajarannya," Jelas Patience tidak enak. Wrath tak menjawab.
Tangan kanan pemuda itu dengan lembut membelai rambut bubble gum milik Patience. Samar-samar, semburat merah muda nampak diwajahnya.
"Sebenarnya karena hal ini aku menemuimu,"
Patience menatap bingung kearah koran sekolah yang dipegang Wrath. Tanpa basa-basi, segera mengambil---lebih tepatnya merebut---nya dari tangan cowok berambut merah itu.
"E-eh !? Ke-kenapa jadi begini !!??,"
Mata patience membulat sempurna, kala menangkap sosok dirinya pada sebuah foto di koran itu. Wrath mengacak rambutnya kesal.
"Aku tak tahu, mereka mendapatkannya dari mana. Huh ! Mereka mempermalukan kita !,"
"Love dan Jelaousy kali ini benar-benar keterlaluan ya ?," Patience tersenyum sabar, seraya menenangkan Wrath yang kelihatannya bisa meledak kapan saja.
"Dasar mereka itu. Seperti tak tahu...apa yang akan terjadi jika foto ini menyebar,"
Terkikik kecil, patience berhasil membuat Wrath menoleh. "Apa yang lucu ?,"
"Tidak. Hanya saja...aku membayangkanmu menjadi seorang tokoh utama dari sebuah cerita cinta remaja," Wrath mendengus kesal mendengarnya. Berhasil membuat pipi Patience menjadi sasaran kekesalannya.
"Uwaaahh !! Wratth !! Itu sakitt !!,"
Terkekeh. Wrath berujar dengan lembut---bentar lagi kayaknya kiamat nih--.
"Aku tak pantas menjadi tokoh utama dari cerita itu. Ada orang lain yang pantas menjadi pemeran utama,"
"Op pahh ? Letus siappah ? (O ya ? Terus siapa ?),"
*******
Drap
Drap
Drap
"LUST !!! JANGAN KABUR !!!,"
"KYYAA !!! BABANG DILI YANG GANTENG !!! TOLONGIN GEBETANMU YANG CANTIK INI !!!,"
"MIMPI JANGAN KETINGGIAN !! JATUH KE BAWAH NTAR SAKIT LOH !!!,"
"Dimana-mana jatuh itu kebawah, kak. Kalo keatas namanya terbang,"
Seorang anak berambut coklat, menimpali teriakannya. Seketika, Chastity melemparkan tatapan membunuh padanya.
"LU JANGAN IKUT-IKUTAN WOE !!,"
Addiction, anak junior spirit class B namanya. Hanya tersenyum tipis, seraya melanjutkan acara mengemut permen miliknya.
Chas meninggalkan Addiction. Tak ingin berbuat masalah dengan junior menyebalkannya itu kali ini. Sekarang, ada yang jauhhh...lebih penting yaitu...
"DASAR BUDAK HENTAI !!! KEMBALIIN HANDPHONE GW !!!,"
"Oh ayolah, Chas.... !! Ijinkan aku menyimpan foto Yuna-san ^^!!," Lust menimpali.
"GW GAK SUDI FOTO HANTU HENTAI !!! MESUM ITU ADA DI HANDPHONE SUCIKU !!!,"
Kembali, kejar-kejaran ala adegan Tom and jerry dimulai. Dari melewati koridor kelas junior di lantai kedua, sampai koridor Ruang guru dan Ruang kepala sekolah mereka lewati.
Bruk !
"Uwaahh !!! / Auch !!,"
Lust menabrak seorang siswa, yang berhasil membuat pantatnya dengan mulus mencium lantai Koridor sekolah. Masih dengan meringis sakit, Lust mencoba berdiri dan membantu siswa tersebut.
"So-sorry, little boy. Aku tak melihatmu tadi,"
Lust membantu siswa bertudung itu untuk bangun. Dan merapikan bawaannya.
"Eh ? Kau murder ?," Ujar Lust saat menyadari lawan bicaranya.
"Eh ? I-iya ?,"
Grep !
"Kyyaaa !!! Aku dapet shota !!,"
Tanpa basa-basi, Lust langsung mengarungi Murder. Sambil teriak-teriak gaje.
Bletak !
"Lepasin dia gak !? Ato mau kusiram ama air panas ??,"
Chastity tiba-tiba muncul dan langsung melayangkan sebuah pukulan pada kepala pink itu. Dengan berat hati, Lust segera membuka karung miliknya dan mengeluarkan Murder yang hampir ngompol saking takutnya.
"Maaf ya, adik manis. Penyakit sengkleknya temen kakak kumat. Sudah jangan nangis, nih kakak kasih permen,"
Melihat Chastity berperilaku lembut, membuat Lust tertawa.
"Apa yang lucu ?!," Tanya Chastity sarkas.
"Gak...rasanya aja kamu gak cocok punya karakter kayak putri salju yang lembut itu," Lust tersenyum mengejek.
"Huh ! Asal kamu tahu saja ya ! Aku lebih suka menjadi seorang Antagonis," Chastity menimpali, dengan wajah cemberut kesal. "Iya. Lu lebih cocok jadi ibu tiri kejam sih,"
"Lu bilang ap--,"
"Eh ? Chas lihat deh koran yang baru terbit ini," Lust mengambil selembar koran yang berada di lantai. Kelihatannya Murder yang tak sengaja melupakannya tadi.
Chastity melupakan kekesalannya, saat menangkap wajah seorang cowok berambut merah dan cewek berambut pink tengah berbagi es krim.
Terlihat romantis, sekaligus menyebalkan, eh ?
Chastity tersenyum kesal, seraya melipat kedua tangannya di dada.
"Dia sudah selangkah lebih maju rupanya,"
.
.
.
~> Tbc...
Arum : selamat datang di fanfic baruku semua ^^
Cuma mengingatkan ya, bagi kalian para shippers WraTience yang fanatik dan gak bisa menghargai, bisa meninggalkan dengan damai ff ini ^^
Tolong jangan hujat saya karena ship fanon ini T-T
Gak ada yang bisa kukatakan lagi kecuali...
TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ^^
VOTE AND KOMENT AKU TUNGGU
UwU~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top