The morning

Tik

Tik

Tik

Ini masih jam 4 pagi. Bukanlah waktu yang tepat untuk bangun saat musim semi, di Vins akademi.

Namun, disalah satu kamar asrama putri. Sang Antagonis tengah memainkan jarinya di atas keyboard laptop. Dengan ditemani secangkir teh tawar dan buah apel.

Cukup untuk membuat matanya terbuka saat ia menyelesaikan naskah miliknya. Sesekali ia mengusap matanya, dan menguap. Tak dapat dipungkiri jika ia mengantuk.

"Chas...kau masih bangun ?,"

Chasity menoleh, tersenyum konyol saat menyadari teman sekamarnya, Temperance terbangun karenanya.

"Hehehe...begitulah. maaf, Temp membangunkanmu,"

Temperance menggeleng pelan. "Tak apa. Aku tahu naskahmu itu sangat penting,"

"Jadi ? Apa judul bukumu kali ini Chas ?," ujar Temperance yang sudah terbangun, dan kini berada tepat di samping Chasity.

"Seperti yang kau lihat, Temp,"

"Antagonis," jawab Chastity.

Mendengar jawaban Chastity, membuat manik hijau miliknya membaca dengan cermat setiap barisan kata di layar laptop tersebut.

"Hoh...cerita ini, hampir mirip dengan kejadian 3 hari lalu ya ?,"

Terkikik kecil, Chastity melemparkan boneka ookami berwarna hitam pada Temperance. Sembari tertawa lebar.

"Ingatanmu sangat tajam ya ? Aku sekarang tahu mengapa Gluttony menjadikanmu asistennya,"

Temperance menatap Chastity kesal. mencubit lengan sahabatnya gemas. Temperance harus mengakui, selain dikenal sebagai gadis Antagonis. Chastity itu juga sangat suka menggodanya dengan candaan.

Yang entah mengapa selalu berhasil membuatnya blushing. "Chas, kau nyebelin. Kayak temennya author kita, si Haruka,"

Ujar Temperance yang entah mengapa menyangkut pautkan sikap Chastity dengan temennya author.

Arum : sip ^^ // digampar Haruka*

Haruka : kagak belain lu

Chasity tersenyum sombong, sembari mengibaskan rambutnya, seakan-akan ia adalah model dalam iklan shampo.

Untung aja rambut Chastity baunya harum. Kalau gak...Temperance awto pingsan ditempat kayaknya.

"Aku emang terkenal, jadi banyak yang pengen sifatnya kayak aku,"

"Idih...Ge-er kamu,"

Keduanya kembali tertawa, memecah kesunyian di pagi buta. Tak perduli dengan beberapa siswi lain yang kelihatannya akan terganggu oleh mereka.

"Ugh...kepalaku pusing,"

Entah karena apa, Chastity tiba-tiba merasakan kepala berat dan terasa pusing. Hampir saja ia kehilangan keseimbangan jika Temperance tak segera menangkapnya.

Temperance mendudukkan Chastity diatas ranjangnya. Dengan cekatan segera mengeluarkan sebuah kotak obat dari bawah ranjang tersebut. Seperti yang Chastity arahkan.

Segera, ia mengeluarkan sebuah suntikan yang telah diisi cairan bening, dan segera menyuntikkannya ke lengan atas Chastity.

Temperance tersenyum legah saat menyadari keadaan sahabatnya itu mulai membaik.

Bletak!

"Uhh...sakit temp...,"

"Salah sendiri bikin orang khawatir ! Mengapa kau lupa menyuntikkannya sih !," yang ditanya hanya tersenyum konyol. Sembari mengelus tengkuknya.

"Hehehe...aku memang lupa tadi malam. Aku terlalu serius berkutat pada laptop. Jadi, yang ada dipikiranku hanya naskah dan narasi,"

Temperance menghela nafas, dan memeluk tubuh mungil Chastity. Sembari menangis lirih.

"Temperance ?,"

"Kumohon...jangan lupa menggunakannya. Aku tak mau kondisimu makin memburuk, Chas. Ibumu sudah menitipkanmu padaku, dan aku telah berjanji padanya untuk mengawasimu selama 2 tahun ini,"

Chastity mengangguk. Sembari tersenyum, seakan mengatakan "iya, aku tahu,". Mencoba menenangkan Temperance yang masih terisak kecil.

"Dua tahun ya...itu waktu yang cukup bagiku,"

*****

Bagi Wrath, saat-saat menyebalkan di akademi adalah saat ia memasuki kelasnya. Dan mendapat kejutan berupa hujan tepung.

Bukan, bukan karena hari ini ulang tahunnya. Bukan juga ulah adik menyebalkannya itu. Melainkan, cara teman-temannya menyambutnya dengan heboh beberapa hari ini.

"Selamat datang Wrath ! PJ dong,"

"PJ apaan ? Gw kagak jadian ama siapapun woi !,"

Ucap Wrath dengan nada tinggi tanpa rem, ailas ngegas. Membuat gadis berambut emas, Greed mengerucut kesal.

"Pelit. Jangan bohong terus Patience itu siapa ?,"

"Teman," balasnya, singkat padat jelas. Plus, agak menusuk.

"Jujur amat Wrath. Ketularan si Honesty ya ?," Gluttony terkikik di bangkunya. Sembari menikmati 3 kotak bekal sarapannya kali ini.

Oh, jangan lupa berkotak-kotak susu dan tulang ayam yang berada di sampingnya. Sungguh pemandangan yang mencerminkan sifat rakusnya tersebut.

Wrath yang melihatnya hanya bisa berswetdrop ria. "Gak. Emang bener. Masalah ?," tanyanya dengan nada tinggi.

"Engg--,"

"Masalah buatku !,"

Bukan kok. Itu bukan dari Gluttony. Melainkan dari si beruang oranye yang gak ada hujan ato angin, tiba-tiba menggebrak meja dihadapannya.

Syukur-syukur aja tuh meja masih utuh. Gak kayak pintu dirumahnya yang Tinggal kenangan~

Salah sendiri pintu kamar dijadiin samsak tinju. Kasihan adik perempuannya, si Charlotte. Harus ngeceramahin kakak sengkleknya lagi.

Diligence, atau yang biasa dikenal sebagai salah satu pangeran akademi itu, beranjak mendekati Wrath yang telah duduk di tempatnya.

Menatap tajam sang lawan. Dengan kaki bertumpu di atas meja, dan tangan kanan yang berada di atas lutut kakinya tersebut.

Wrath yang tak mengerti apa yang terjadi, ikut menatap tajam sang lawan. Sehingga kedua manik itu bertubrukan, menimbulkan aura tidak mengenakkan.

"Kau bilang masalah ya ? Iya. Itu masalah bagiku," Ujar Diligence. "Aku tidak sudi kau bersama dengan kakak sepupuku yang manis itu ! Dia terlalu baik bagimu !,"

Sumpah, itu alasan yang benar-benar konyol menurut Wrath. "Konyol lu ! Udah gw bilangin, Patience itu cuma temen !!,"

"Jangan bohong !!,"

"Gw jujur !!,"

"Gak percaya gw !!,"

"Dibilangin nih anak !!,"

Disisi lain. Saat keduanya asik berdebat dan berteriak. Tepat dibelakang Diligence, Gluttony dan Greed punya masalah sendiri.

"Lu sarapan ato apa sih, makan kok kayak kondangan aja !," Greed berujar kesal, sesekali memegang kotak susu di depannya. Gluttony hanya tersenyum menimpali.

"Tenang kok. Ini baru sarapan, kalo makan siang dua kali lipatnya. Lagipula, yang bayar kan bendahara kesayangan kelas ^^,"

"WHUUTT !??,"

Greed tanpa basa basi, segera mencoba untuk mencubit telinga Gluttony. Sayang, usahanya gagal, yang malah mengakibatkan Gluttony menabrak punggung Diligence.

"Gw gak---Umphhh !!?,"

"!!!????,"

Krik...

Krik...

Krik...

Sejenak, perhatian seluruh kelas terpaku pada kedua cowok bersurai beda warna yang tengah berdebat tadi.

Tentu saja, saat mengetahui jika keduanya dengan tak sengaja berciuman karena ulah Gluttony.

...

...

...

Belum jelas ?

Iya bener kok. Mereka berciuman.

// digampar Readers*

Dan lebih bodohnya, Wrath malah tak melakukan apa-apa saking terkejutnya. Begitu pula Diligence. Keduanya saling terdiam, tanpa berniat menjauhkan diri.

Sambil mencoba mencerna perlahan apa yang baru saja terjadi.

Kejadian mengejutkan itu, berlangsung beberapa saat sampai...

"Selamat pagi, se--mua...,"

Suara itu, menyadarkan keduanya juga seluruh kelas senior spirit A. pemilik suara yang juga merupakan wakil kepala sekolah.

Tidak lain adalah Imprudence. Terpaku di tempatnya saat melihat adegan mengejutkan tersebut.

"Ehem !," Imprudence terbatuk kecil, menetralkan keterkejutannya. "Baiklah, bapak akan mengabari Love dan Jelaousy bahwa ada Ship baru di sekolah kita," Ujarnya sambil mengetik beberapa angka di handphonenya.

"WHATTT THE F**** !!??,"

"BAPAK NGOMONG APA !!!??? SAYA MUTILASI ENTAR !!,"

"shipku nyata ?,"

"OTW SHIP BARU !! UWU~,"

"KYYAA !!! YAOI !!,"

"Asupan~ Asupan~ *motret DiliWrath*,"

"DIAM KALIAN/SIALAN !!!,"

"Halo...apa ini dengan Love ?,"

" BAPAK !!!!!,"

Yah...mungkin pagi ini adalah pagi paling berkesan bagi Wrath, kelihatannya ia tidak akan pernah melupakan hari ini ya ^o^

Wrath : pala lu berkesan

*****

Class senior spirit B

>> jam ke-empat, Matematika

"Hoaamm~...," entah berapa kali Chastity menguap di jam pelajaran ini.

"Ternyata benar kata Roma Irama ya. Bergadang janganlah bergadang," Gumamnya lelah.

"Chas ? Apa kau baik-baik saja ?,"

Patience yang duduk di sampingnya, berujar khawatir. Dengan kedua tangan disatukan didada. Ternyata sebutannya sebagai putri salju benar-benar pantas untuknya.

Sama seperti sebutan ibu tiri untuk Chastity.

Kalau diingat-ingat lagi rasanya kesal ya.

"Tak apa, Pati. Tenanglah, hanya sedikit ngantuk," Chastity berusaha tersenyum pada saingannya. Walau dalam hati ia ingin berkata bahwa Patience tak perlu mengkhawatirkannya.

Lebih baik mengkhawatirkan posisinya yang akan Chastity ambil. Bukankah sudah ia bilang, ia akan membuat orang-orang percaya bahwa Wrath lebih berhak menjadi miliknya.

Ah, tapi kesampingkan hal itu dahulu. Setidaknya sesekali bersikap baik pada saingan tak buruk juga kan ? Lagipula, Patience itu teman baiknya.

Patience menghela nafas legah. Lalu dengan cepat memberikan secarik kertas pada Chastity.

Chastity menatap bingung kertas ditangannya. Dengan ragu membuka kertas tersebut.

Keningnya berkerut saat membaca sederet kata diatas secarik kertas berwarna pink, dan bergambar domba tersebut.

'Hm ? Apa yang Patience rencanakan ? ,' batinnya bingung.

>>Skip time

"Hah~...yokatta~,"

Chastity merenggangkan tubuhnya. Melemaskan sendi-sendinya yang sempat kaku, akibat terlalu lama duduk tadi. Salahkan Pride yang tiba-tiba berdebat dengan sang guru tentang jawaban pengurangan.

"Pride, coba jawab. Jika kau punya 10 roti lalu diberikan pada Gluttony 5, tinggal berapa rotimu sekarang ?,"

"Jelas 0 dong. Benerkan ? Pride yang paling pinter gitu loh,"

"Eh, tapi itu salah loh,"

"Bener bu ! Coba pakai logika. Kalo Gluttony gak mungkin mintanya satu kali aja ! Pasti berkali-kali sampai rotiku habis !!,"

"Itu memang benar. Tapi Pride, disini caranya bukan gitu,"

"HAH !?? JADI IBU MERAGUKAN KEPANDAIAN SAIA INI !??,"

Huh, mengingatnya membuat Chastity ingin tertawa sekaligus kesal sendiri. Untungnya semua orang sudah terbiasa dengan sifat Pride tersebut. Bersama-sama selama 4 tahun ternyata sangat berpengaruh.

Ah, salah 4 tahun untuk mereka, dan satu tahun untuknya. Jangan lupakan fakta itu.

"Chas, ke kantin yuk !," Lust merangkul gadis mungil sahabatnya tersebut. Seraya menunjukkan cengiran miliknya.

"Ke kantin makan ? Ato mau ngapelin si beruang ?,"

"Kamu kok tahu ? Kyyaa !! Chastity hebat bisa baca pikiran, aku cium boleh ?,"

Mendengar ucapan Lust. Chastity segera menepis wajah mesum sahabatnya itu dari wajah manisnya.

"Jijik Lust. Dan aku ini sahabatmu, jadi mengerti apa kebiasaanmu,"

Chastity melepas rangkulan Lust, dan segera mengambil laptop hitam metalik dari dalam tasnya. Tak lupa, membawa sebutir apel merah bersamanya.

"Kau mau kemana ?," Lust membuka suara. Menyadari gerak-gerik Chastity.

Chastity tersenyum menanggapi pertanyaan Lust. Dengan senyum khas miliknya, ia berucap.

"Kemana lagi ? Tentu untuk bertemu si putri salju,"

.
.
.

~> TBC

Maaf nih pendek. Idenya masih terbatas.

Typo bertebaran ya ? Maaf ya saya cuma manusia, banyak salah. Tolong dimaklumi

Btw, mungkin ada yang nebak apa yang disuntikkan Chastity ke tubuhnya ?

Tahu gak ya ? Hintnya masih sedikit sih.

Akan saya ungkap sedikit demi sedikit.

Thaks for reading

Bay~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top