The evening

Biasanya saat jam istirahat, Chastity akan bersama Lust dan Temperance menuju kantin hanya sekedar mengobrol, makan, atau malah menyetalker sang pujaan hati.

Tapi, tak seperti biasa. Chastity hari ini malah berjalan-jalan menyusuri koridor yang ia benci. Juga melewati ruang guru dan kepala sekolah.

Para siswa/i yang melihatnya bertanya-tanya. Sekalian berbisik-bisik menghinanya.

Ah, biarlah mereka menggunjingnya. Lagipula, Chastity sedang tak ada tenaga untuk menjambak rambut-rambut siswi sialan itu. Atau hanya sekedar membalas perkataan tajam mereka.

Mengapa sang Antagonis tidak sekejam dan jahat seperti biasanya. Apa ia sudah menyerah untuk memikat hati Wrath ?

Tidak

Tidak kok.

Chastity tetap sama seperti yang kita kenal. Hanya saja...

Hari ini ia sedikit bosan dan kesal.

Bagaimana tidak, jika beberapa hari ini ia terus dikalahkan oleh Patience. Chastity baru tahu jika Patience mulai bergerak saat mengetahui teman baiknya itu hampir setiap saat selalu berada di samping Wrath.

Dan tentu berhasil membuat dewi batin Chastity berteriak kesal.

"Aahh !! Gara-gara si Putri sih, hari ini aku gak bisa bicara ama Wrath sedikitpun. Huh, aku tak menyangka akan jadi begini,"

Chastity berkata dengan kesal, seraya menendang-nendang krikil di area lapangan basket yang ia lewati.
Jika terus begini, Patience yang akan menang

Dan...

Ia tidak akan bisa membuktikannya.

Seandainya saja, ia bisa bersama wrath untuk satu hari ini. Moodnya mungkin akan lebih baik.

Duk

Duk

'Suara bola basket ?,'

Chas mendekati pagar kawat yang membatasi dirinya dan lapangan. Entah dewi fortuna sedang berpihak padanya atau apa, sosok yang ia bicarakan berada di sana.

Ah, tidak sendiri. Dia bersama adiknya, tengah bermain basket di sore hari ini.

"Hey, wrath. Udahan mainnya, aku capek. Traktir aku Parfait ya !,"

Anak kecil berambut sangria, adik Wrath. Nampak menangkap bola dengan sigap, seraya mengelap keringatnya yang menetes.

"Panggil aku kakak, dasar Rakun
. Dan lagi, 3 hari lalu aku baru saja meneraktirmu taiyaki tahu !,"

Mischievous yang mendengarnya, hanya bisa memasang wajah kesal. Chastity yang diam-diam memperhatikan keduanya terkekeh kecil.

"Pelit ! Gitu mau dipanggil kakak ?,"

"Aku lebih tua 5 tahun darimu. Lagipula, ayah sudah memberi uang saku bulanan padamu,"

"Iya deh. Kalo kakak gak mau, aku kasih foto moment DiliWrath ini ke Love dan Jelaousy loh,"

Terkikik kecil, sementara Wrath mematung. Ia ingin sekali mengutuk sang pelaku (Gluttony) yang menyebabkannya benar-benar kesal dan marah.

"Woe !! Dapat darimana lu ! Kemarikan !!," melihat dirinya dalam bahaya, Mischie segera berlari. Otomatis Wrath mengejarnya, mengelilingi lapangan.

Adegan tom and jerry kembali dimulai.

Bruk !

"Auwhh ! Kok ada batu disini !?," Mischi yang sibuk memarahi batu tidak bersalah didepannya--yang dengan sengaja author pasang disana sebelum syuting--Sehingga tak menyadari aura menakutkan yang datang dari Wrath.

"KeMaRiKaN fOtO iTu ... ,"

Seketika Mischie meneguk ludah takut.

"E-eh, ma-maaf kak...A-aku...GWAAAHAHAHAHAHA !! Geli !! Hentikann !!,"

"Kasih dulu fotonya, baru aku hentikan," Ujar Wrath seraya menggelitiki dengan semangat adiknya tersebut. Tak menghiraukan permintaan Mischie untuk menghentikan perbuatannya itu.

Chastity yang melihatnya hanya bisa mematung ditempat. Nampak sekali jika Chastity baru mengetahui sisi lembut wrath.

Ah, bagaimana tidak. Wrath yang Chastity kenal itu 'kan seorang trouble maker yang dikenal kejam dan dingin. Menurut seorang Chastity, Wrath itu misterius. Sehingga ia ingin sekali mengenalnya lebih dalam.

Walau dia tak yakin. 9 bulan adalah waktu yang cukup.

"Oh, Chas. Sejak kapan kau disana ?,"

"Eh ?,"

Chastity tertegun saat menyadari Wrath sudah berdiri di depannya dan menatap wajahnya intens. Entah apa yang dipikirkannya, namun berhasil membuat seorang Chastity salah tingkah.

Oh, ayolah. Siapa yang tidak bisa bersikap normal saat seorang pemuda menatapmu. Apalagi jika dia orang yang kau sukai.

Chastity tak menjawab pertanyaan tersebut. Ia tetap asik dalam posisinya yang tengah memandangi manik ruby di depannya.

Dan Chastity tidak bisa menyangkal debaran yang muncul saat ia melihat Wrath kala itu.

*

Wrath POV.

Dia terdiam, tak menjawab pertanyaan yang kulontarkan padanya tadi.

Aku memang sempat terusik saat mendengar kekehan kecil dari luar pagar. Saat itu aku melihatnya, Chastity tengah menertawai kami berdua.

Saat aku mendekat. Aku tak sangka jika akan menatap langsung ke kedua manik peach tersebut.

Saat kuteliti wajahnya, aku dapat menyadarinya sedikit lesuh dan pucat dari biasanya. Tapi itu tak mengurangi keimutannya.

Benar juga, walau tahu ia kerap kali membuat masalah dan terkenal angkuh di kalangan siswi. Ternyata jika dilihat lebih teliti, wajah milik Chastity lebih mengarah ke imut dan polos. Daripada kejam dan angkuh.

Aku tak habis pikir, hanya karena dia ingin aku menjadi miliknya dia merubah kepribadiannya ?

Ingin sekali aku mencubit pipi chuby itu dan mengatakan "hei ! Berhentilah menjadi orang lain dan jadilah dirimu sendiri !,"

Tapi biarkan sajalah. Lagipula itulah keunikan darinya.

Aku menghela nafas dan kembali memandangnya.

Itulah Chastity.

Gadis polos yang selalu berhasil membuat debaran kecil ini tumbuh.

Cekrek !

Kami berdua refleks menoleh saat mendengar jepretan kamera, juga sinar flash. Aku menatap tajam kearah Mischie yang tersenyum jahil kearah kami dengan Hanphone di tangannya.

"Wah, dapet foto ship baru nih. Kasih liat slander ah, kali aja nanti ia neraktir aku Parfait,"

Aku bersumpah, ia benar-benar merusak suasana. Lagipula, sejak kapan dia bertingkah seperti paparazi ?

Huh.

"Tidak ada gunanya kau menyebarkannya, Kau hanya akan menambah masalah pada kami berdua,"

Chastity berujar lirih. Kelihatannya dia sedang tidak bersemangat seperti biasanya. Aku melirik Mischie, mencoba bertanya apa yang terjadi pada gadis ini.

Mischie nampak berpikir sejenak, lalu tersenyum. "Kak Chas, apa kau ada masalah ?,"

"Ah, tidak kok,"

Jelas sekali jika ia berbohong.

"Oh baguslah. Kalau begitu kakak bisa menggantikanku makan Parfait stroberry di kafetaria,"

Perkatannya spontan membuatku dan Chastity menlotot kaget. Ia ini benar-benar seenaknya memutuskan.

"Tu-tunggu, apa !?,"

"Eh ? Makan bareng wrath ?,"

Blush

Sial ! Tidak usah diomongin juga Chas. Itu membuatku malu.

"Iya. Kak Chas, mau 'kan ? Ini juga untuk memperbaiki mood kok,"

Chastity mengangguk kecil dengan wajah benar-benar merah. O ya ampun, dia terlihat sangat imut. Hampir saja aku mencubitnya.

"Baiklah. Selamat berkencan, aku mau menemui Cowardice dulu ya," ujarnya sambil berlalu pergi.

A-anak itu benar-benar keterlaluan. Meninggalkan kakaknya yang sedang kesulitan dan dia sendiri pergi pacaran ?

Ah, ralat maksudnya PDKT.

"Hmm...wrath ? Itu bukan prank kan ?," Chastity bertanya dengan canggung. Tentu saja aku menggeleng.

"Tentu tidak. Apakah kau keberatan ?,"

"Ba-baiklah. Daripada sang pangeran makan sendiri terus dikatai jomblo, biarkan sang Antagonis ini menemanimu,"

Aku tersenyum tipis. Aku bahkan tak yakin jika ia dapat melihat senyum itu.

Diam-diam rasa legah menjalar dalam diriku.

*

Cuplikan :

"

Mengapa kau tidak memakan parfait itu ?,"

"Karena semua akan terasa manis jika bersamamu,"

"...memangnya Antagonis ada yang pinter ngombal ?,"

..

"Apa ini ?,"

..

"Halo...ibu. Ada apa ?,"

.
..
...
....

Tbc...

Sedikit clue nih buat isi dari suntikan Chastity ^^

--salah satu hormon dalam tubuh

Ngerti gak ? Ngerti gak ?

Kagak ? Sama saya juga :D

// digampar Chara + Readers

Chastity : kok kzl ya ?

Diligence : baku hantam kuy

Pride : kuy-kuy *bawa katana*

Arum : baki hantam ato potong gaji nih ?

Dili-Pride : *seketika ciut*

Wrath : 9 bulan ? Jangan bilang ada yang bakal mati

Arum : tenang aja. Aku ini kapok buat cerita sedih :(

Haruka : udah woe, spoilernya udahan gw mau tidurrr

Chastity : gw masih pen---

Haruka : // dorong Chas//

Saya selaku asisten author, mengucapkan terimakasih sudah membaca

Semoga memuaskan

Bay

Arum :....authornya aku, kenapa lu yang main nutup >:v

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top