Benda misterius
Jika kau bertanya pada Wrath seperti apa Chastity itu, maka kau akan mendapat tiga jawaban darinya.
Polos
Blak-blakan
Dan...
Seperti Alien mungkin ?
Itulah yang terlintas di benaknya saat melihat tingkah laku dan ekspresi Chas, saat dessert manis dengan hiasan strawberry merah segar (fix, saya jadi ikut laper :P ) disajikan di depannya.
Memang bisa dibilang jika dessert satu ini cukup mahal. Tapi, tidak usah berekspresi selebay itu juga.
"Kau mirip alien tahu,"
Ucapan itu terlontar begitu saja saat dirinya menangkap ekspresi kekaguman Chastity yang bisa dibilang terlalu lebay.
Chastity hanya tersenyum. Sesekali mentoel-toel strawberry merah di atas parfait tersebut. Dengan ekspersi gemas, tanpa ada niat melahapnya.
"Ck, berhentilah bermain dengan parfait itu," wrath mengingatkan dengan nada kesal. Sang kesucian hanya tersenyum konyol dengan jari-jarinya yang mulai melahap satu buah strawberry.
"Enak !,"
Wrath mengumpat kesal, saat menangkap Chastity tersenyum manis dengan tubuh yang memperagakan pose imutnya. Entah disengaja atau tidak, tapi berhasil membuat Wrath kehilangan fokusnya.
"Wrath ? Kau tidak mau makan ?," Chastity menawarinya dengan memegang sesendok kecil dessert tersebut, seraya mengarahkannya kearah wajah wrath.
Wrath mengernyit heran. "Kau mau apa dengan posisi seperti itu ?,"
"Eh ? Tentu menyuapimu,"
Wrath ingin mengumpat lagi sekarang. Gadis didepannya ini polos atau apa sih. Bagaimana dia bisa mengatakan hal itu dengan sangat ringan, sementara dirinya sendiri benar-benar blushing dibuatnya.
Jangan bilang ini modus, batin Wrath.
"Maaf. Tapi aku benci makanan manis. Lagipula, yang menyukai dessert ini adalah Mischie, bukan diriku," tolak Wrath, seraya menggeser sendok didepan wajahnya.
Chastity mengerucutkan bibir kesal. Seraya menaruh sendok yang ia pegang keatas piring kecil. Dan menyesap matcha tea miliknya.
"Kenapa kau tidak memakan patfait itu ?," tanya Wrath bingung, setelah menyadari tingkah laku Chastity yang aneh.
"Hm ? Aku tidak membutuhkannya,"
"Kenapa ?," Menyadari tatapan bingung yang dilontarkan wrath, Chastity kembali menimpali. "Karena, semua akan terasa masih jika bersamamu," Chastity tersenyum dan kembali menyesap matcha yang terasa agak pahit itu. Tidak mengindahkan parfait yang menggoda mulutnya.
Wrath menghela nafas. Agak terkejut. "....memangnya ada antagonis yang bisa menggombal ?," Chastity tersenyum sombong. "Ada, buktinya didepanmu ini,"
Melihat gadis didepannya terkikik kecil, membuat wrath menyunggingkan senyum tipis. Sedikit rasa bahagia menjalar di dadanya, entah mengapa.
Wrath mengambil sendok dan sedikit mengambil parfait strawberry tersebut. Lalu meniru gerakan Chastity tadi. "Kau mau apa Wrath ?,"
"Buka mulutmu," bukannya menjawab, ia malah memberi perintah. "Heh ? Apa ?," otak Chastity berusaha mencerna ucapan Wrath. Belum juga mengerti apa yang Wrath ucapkan. Sang kemurkaan sudah menggerakkan tangan dan segera menyuapkan parfait kedalam mulut Chastity.
Wrath tersenyum saat berhasil membuat wajah Chastity memerah padam. Dan kembali menyuapkan parfait tersebut sampai suapan ke-lima.
"Manis bukan ?," Chastity mengangguk ragu. Saat lidahnya mengecap kembali rasa pahit khas dari matcha.
Chastity ingin mengutuk dirinya sekarang ini. Kemanakah sosok antagonisnya pergi saat ini ?
*
Setelah kejadian langka tersebut, hanya ada keheningan diantara keduanya. Lidah Chastity terasa keluh, tak tahu harus bagaimana mencairkan suasana canggung ini.
"Loh ? Chastity, sedang apa disini ?,"
Suara familiar itu membuatnya menoleh, keringat dingin seketika memenuhi dirinya. Siapa lagi jika bukan Temperance dengan Gluttony disampingnya. Chastity mengira-ngira apakah mereka disini untuk berkencan ?
"Hai, Temp ! Sedang berkencankah ?,"
Ctak !
"Berkencan palamu ! Aku kesini untuk menjemputmu ! Kau hampir melupakannya !," Temperance berujar kesal, seraya menarik Chastity dari kursinya paksa.
"Gak mau ! Gak mau ! Aku masih ada urusan disini ! Aku gak mau ketempat itu lagi !," Chastity berusaha memberontak, namun Temperance tak membiarkannya.
Seakan mengerti, Gluttony yang sedari tadi memperhatikan. Segera mengangkat tubuh mungil Chas ala bridal style. Agak sulit, namun cukup membuat Chastity agak kesulitan untuk memberontak.
"Hah~...maaf Wrath. Aku pinjam dulu ya," Ujar Gluttony sambil berlalu pergi bersama Temperance.
"Sebenarnya, ada apa ya ?," gumam Wrath. Ia segera bangkit dari posisi duduknya menuju kasir, hendak membayar parfait dan matcha yang Chastity makan tadi.
Sebelum, suatu benda asing tertangkap pengelihatannya.
"Apa ini ?,"
Wrath segera berjongkok, mengambil benda asing tersebut.
Masih baru, mungkin baru dibuka tadi. Tiba-tiba terlintas bayangan Chastity dengan wajah lesu dan agak pucatnya tadi.
'Cuma perasaanku saja, atau benda ini ada hubungannya dengan gadis itu ?,'
Tak lama Wrath menggeleng lantas tertawa kecil. "Ah, itu gak mungkin...,"
"Bukan ?,"
*
"Oi ! Wrath !,"
Diligence menepuk pundak temannya pelan. Menyadarkan Wrath dari lamunannya, cepat-cepat ia menyembunyikan suntikan tersebut. Tak ingin si Gila kerja menduganya melakukan sesuatu yang buruk.
"Pergi sana ! Melihat dirimu membuatku muak saja !! Hush ! Hush !,"
Wrath berujar kesal, seraya memperagakan gerakan mengusir dengan tangannya. Andai saja jika ini bukan permintaan dari Patience, Diligence pasti sudah angkat kaki dari sini.
"Asal kau tahu ya. Aku juga ogah nemuin dirimu, ini bukan keinginanku," Balas Diligence kesal.
"Bilang pada Domba itu. Aku baik-baik saja, tak usah khawatir," Jawab Wrath seakan dapat menebak kelanjutan dari kalimat tersebut. Wrath menghela nafas kasar, dan melirik kearah semak-semak di dekatnya.
"...dan tak usah bersembunyi seperti itu. Aku bisa mencium aroma strawberry dari shampo yang kau pakai Pat,"
Semak-semak itu tersibak, dan Patience keluar dari sana. Wajahnya tersenyum canggung, seraya menggaruk pipinya.
"Ah, ketahuan ya,"
"tentu saja. Karena aku mengenalmu sejak lama, Pat," Wrath mengelus pucuk kepala Patience lembut. Kebiasaan kecil yang selalu disukai oleh Patience.
"Ekhem ! Bisa gak, jangan sok romantis dengan kakakku ?! Ngeselin aja," Seru Diligence membuang muka kesal. Kesal karena cemburu kali ya ? :D // *seketika ditinju ama Dili* //
---abaikan2
"Eh ? Ka-kami tidak melakukan apa-apa ! Ja-jangan salah sangka !,"
"Dia benar," Wrath menimpali. Yang malah membuat perempatan siku muncul. "O ya ? Memangnya mengelus kepala gadis itu bukan hal romantis ?! Dasar pembohong,"
Merasa tersinggung. Wrath berjalan pelan kearah Diligence, dengan tatapan tajam mengarah ke kedua permata senja. "Siapa yang kau sebut pembohong, hah !??,"
"...ka-kalian berhenti bertengkar," Patience mencoba melerai banteng dan beruang itu.
"Ma-maafkan Diligence ya Wrath. Sikapnya agak berubah sejak lima hari lalu. Mungkin...karena ciuman pertamanya yang diambil orang,"
Ucapan Patience berhasil membuat keduanya mematung. Tak lupa dengan wajah agak memerah malu.
"Hm ? Kalian kenapa ? Wajah kalian merah,"
"E-enggak ada ! Mungkin karena hari ini sangat panas," Sangkal Wrath.
"Ah, Iya benar ! Hari ini panas sekali ya, hahahaha....," Diligence menimpali. "Ta-tapi pokoknya, jangan bahas itu lagi ya, Kak Pat,"
"Eh ? Oke," Patience hanya mengangguk kecil, walau tak mengerti apa yang terjadi. Dan dia lebih baik tak menanyakannya, walau bisa di bilang ia cukup penasaran.
Semua orang punya rahasia, bukan ?
Ngomong-ngomong, tentang itu.
"Wrath, kenapa kau melamun ?,"
"Tidak apa,"
"Kau tidak bisa berbohong padaku,"
Permata Ruby melirik gadis berambut curly bubble gum itu. Nampak sangat penasaran dan sekaligus khawatir dengan apa yang ada dipikirannya.
Diam-diam, mengumpat saat tahu ia tak akan bisa berbohong kali ini.
Terlalu peka ternyata merepotkan ya ?
"Aku akan memberitahu kalian, jika kalian bisa tutup mulut,"
Keduanya saling berpandangan bingung, namun tak lama menyanggupi persyaratan tersebut.
Wrath memegang erat benda ditangannya. Lagipula ia penasaran dengan apa yang Chastity lakukan dengan benda ditangannya.
Tak ada salahnya meminta bantuan keduanya bukan ?
"Sebenarnya ini tentang benda kecil ini...,"
Keduanya melotot kaget.
"A-alat suntik ?,"
*
Chastity merasa kepalanya lebih pusing dari sebelumnya. Padahal, sebentar lagi Temperance akan mengajaknya pergi melakukan pemeriksaan. Apa ini karena ia makan parfait tadi ?
Seharusnya ia ingat bahwa makanan itu dilarang untuknya. Tapi, apa dia bisa menolak jika Wrath menyuapinya ?
Sebuah moment manis, sekaligus pedang bermata dua baginya.
Chastity hanya berharap...
Semoga Temperance tak menyadarinya, agar ibunya tak mengetahui ini. Ia hanya tak ingin kembali ke rumahnya dan ikut homescooling lagi.
Sudah cukup untuk hal itu, Chastity muak karenanya.
Dan lagi...
Jika ia pergi secepat ini, dia takkan bisa mengucapkan hal itu pada Wrath.
Lagu berjudul endless love yang Chastity pasang sebagai nada dering, menyadarkannya dari lamunan.
Segera ia mengambil handphone diatas nakas. Suara helaan nafas kasar terdengar saat melihat tulisan di layar. Dan Chastity berusaha untuk tidak mengumpat, menyadari jika dewi fortuna tidak berpihak padanya.
Panggilan satu : My mother
"Halo bu, selamat malam. Ada apa ?,"
"Selamat malam, Chas. Ibu harus berbicara denganmu,"
*
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC...
Thanks for reading and Voment ^^
Ketemu lagi di chap selanjutnya.
Bay~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top