Antagonis

Chastity Pov~

Selama seminggu ini, aku menemukan hal lain yang aku benci selain sesuatu berbau hawa nafsu, yaitu...

Teriakan para shippers WraTience.

Bukannya melarang mereka berteriak-teriak seperti orang gila di persimpangan sana. Itu justru menjadi hiburan tersendiri bagiku. Yang membuatku terganggu adalah...

DARI SEKIAN BANYAK TEMPAT DI AKADEMI INI, MENGAPA MEREKA MEMILIH BERTERIAK HISTERIS TEPAT DI TELINGAKU !!!

Seperti yang aku alami kali ini.

Entah sudah berapa lama aku diam-diam memperhatikan punggung tegap miliknya dari kejauhan. Walau terkenal pemarah dan sering menyebabkan masalah, tak mengurangi pesona miliknya.

Huh, walaupun aku harus relah di cemooh beberapa orang hanya karena terkenal suka membuat masalah pada beberapa shippers fanatik miliknya.

Dan kalian tahu apa yang terjadi pada para siswi itu ?

Jangan ditanya, mungkin mereka akan terus mengenal namaku sampai mereka mati nanti.

Kejam ? Silahkan sebut aku begitu

Karena aku memang...seorang Antagonis bukan ?

"Hei, Chas ! Kau melamun lagi !,"

"Eh !?,"

Suara Lust berhasil mengejutkanku, saat kesadaranku pulih. Kulihat Lust menatapku dengan jengah. Nampak sekali jika ia sangat kesal padaku.

"Ugh, Chas ! Kau mengajakku kesini untuk mendapatkan foto Diligence yang bagus, tapi yang kudapatkan malah kau yang sibuk melamun tentang Wrath,"

Ingin sekali aku menampar mulut budak hentai itu. Tidak bisakah dia mengecilkan suaranya ? Bagaimana jika Wrath mendengarnya ? Ah, itu akan memaluhkan -///-

"Maaf deh. Anggap saja aku sedang memikirkan strategi agar kau mendapat fotonya kali ini,"

Tak lama aku beranjak dari tempat kududuk. Mendekatinya yang tengah menikmati makan siang bersama para sahabatnya. Ah, jangan lupakan si Putri musik yang ada tepat disamping Wrath.

Rasanya kesal, dan panas jadi satu.

Ah, kelihatannya aku harus membawa AC jika bertemu dirinya.

"Hei, boleh aku dan Lust duduk bersama kalian ?,"

Perlu digaris bawahi disini, aku cukup mengenal baik para sahabatnya. Terutama Patience, dia teman baik sekaligus sainganku kali ini.

"Ah, Chastity. Silahkan duduklah disampingku," Patience yang pertama kali merespon. Diangguki oleh yang lain.

"Duduklah, Chas. Lust bisa duduk didekatku," Kindness lanjut menimpali. Tak butuh waktu lama bagiku untuk duduk di tempat yang Patience sediakan.

Begitu juga Lust yang langsung duduk di dekat Kindness. Entah keberuntungan tengah berpihak padanya, Diligence tepat berada disebelahnya. Sehingga dia bisa diam-diam mengambil foto beruang oranye tersebut.

Hanya peringatan untuknya, hati-hati dengan koala dan para shippers yang setia mengawasi dirinya.

"Hei, kalian sudah menyelesaikan tugas biologi ?," Wrath bertanya, menatap teman-temannya.

Saat mengetahui hanya Diligence dan Gluttony yang mengangkat tangan, ia mendesah kesal.

"Sudah kuduga," ujarnya. "Domba pinky, apa kau bisa membantuku ?,"

Wrath...kau ini pura-pura tak melihatku atau apa ? Kau kan nilai biologiku bisa dibilang diatas rata-rata, dan kau juga seharusnya tahu jika Patience itu kurang memahami pelajaran Biologi.

Baiklah. Kau menantang gadis Antagonis ini.

"Etto...hm...aku bisa membantumu dengan nomer 5. Tapi, aku tak yakin bisa membantumu dengan nomer lain,"

"Anu, Wrath. Jika kau ijinkan aku bisa membantumu dengan tugasmu itu,"

Aku dapat melihat beberapa shippers mereka mendecih saat aku menawarkan bantuan. Bukan hanya mereka, samar-samar aku dapat melihat Patience terkejut saat aku mengatakannya.

Maaf Pati, tapi kita adalah saingan disini.

"Ta-tapi, Wrath meminta bantuanku lebih dulu, Chas. Jadi, biarkan aku menjelaskan soal nomer 5 padanya,"

Patience membela diri. Perkataan gadis itu cukup membuatku dan beberapa orang disana terkejut. Sloth yang sedari tadi tertidur nyaman dipundak Diligence saja sampai terbangun mendengarnya.

"Patience ?,"

"O-oi, dia beneran domba itu kan ? Bukan orang lain ?,"

"Envy ini gimana sih, jelas-jelas dia Patience,"

"Tapi,...bukankah lebih baik jika aku saja yang menerangkan semuanya ? Kau tahu sendiri kan, jika aku cukup baik di Biologi. Setidaknya aku bisa membantunya menjadi lebih baik,"

Tak mau kalah, aku pun menimpali ucapannya dengan tegas. Dia menghela nafas, lantas menatapku.

"Baiklah, jika Wrath memang bisa menjadi lebih baik dengan diajarkan olehmu. Aku akan mengalah," Patience tersenyum maklum. Namun, aku tahu ada rasa kesal di senyum tersebut.

"Patience ! Apa kau mau mengalah begitu saja !? Dia itu  licik, dia ingin mengambil Wrath darimu !,"

"Itu benar ! Dia pelakor !,"

"Dasar pelakor ! Sifatnya sangat jauh dari namanya sendiri,"

Aku terdiam mendengar cemoohan itu. Tak lama aku berbalik menghadap mereka, para shippers fanatik itu.

Aku menghentakkan kakiku keras. Tepat disalah satu kaki siswi itu. Mendengarnya berteriak kesakitan, membuatku tersenyum.

"Hei kalian ! Berhentilah bersikap sok suci dengan mencemooh orang lain di belakangnya ! Jika kalian memang pemberani, katakan terus terang didepanku !,"

Ketiga siswi itu terdiam. Kehilangan kata-katanya. Setelah merasa mereka sudah benar-benar diam, aku berbalik menuju tempatku.

"Tapi,...kami mengatakan kenyataan kau tahu, dasar...jalang,"

Deg

Jalang ? Jalang hm ?

Tanganku ingin sekali menjambak rambut siswi sialan itu. Andai saja, tangan kekar itu tidak menghentikanku aku pasti sudah kehilangan kendali.

"Lepaskan aku ! Dasar---Wrath ?,"

Rasanya aku ingin segera pergi, saat merasakan wajahku memerah tanpa sadar. Namun, kaki-kakiku terasa kehilangan tenaganya. Sehingga membuatku diam terpaku pada pesona kedua mata ruby itu.

"Kalian, berhentilah mencemoohnya. Kembalilah ke tempat kalian," ujarnya. Seketika, siswi-siswi sialan itu kembali ke tempatnya. Menyisahkanku dengan kekesalanku.

"Kau ! Apa yang kau lakukan Wrath ?! Aku baru saja ingin menjambak rambut mereka !,"

"Kau sendiri...seharusnya bisa mengendalikan emosi bukan ? Lagipula mengapa kau melakukan itu ?,"

"Mereka...mengataiku jalang," ujarku dengan nada tegas nan dingin.

Dia terdiam, dan menghela nafas. "Kau...bukan jalang,"

"Eh ?,"

"Kau...sahabatku, Chastity,"

Blush...

Aku tak percaya ini ? Ingin sekali aku melompat kegirangan mendengarnya mengatakan namaku. Karena...selama ini ia hanya memanggilku dengan nama 'hei kau !' Atau 'gadis yang disana'

Haruskah moment ini kuabadikan ?

Plak

Chas...sadarlah. kendalikan dirimu. Tetaplah menjadi sang Antagonis.

"Huh, mereka beruntung kali ini. Awas saja nanti," ujarku sambil melepaskan tangannya dari tanganku.

Kami berdua pun kembali berjalan menuju meja kantin tadi.

"Bisakah kau tidak membuat masalah dengan para siswi itu ? Kau juga membuatku pusing," desah Wrath kesal.

"Tidak. Aku tidak bisa," jawabku.

"Kenapa ?,"

Aku menggembungkan pipi. Menatapnya tajam. "Karena mereka bilang, Wrath hanya milik Patience semata,"

"Ck, dasar mereka itu. Lalu ? Apa yang ingin kau lakukan ?,"

Aku tersenyum mendengar pertanyaannya itu. Aku menunjuk dirinya dengan jari telunjukku dan berkata dengan lantang.

"Aku akan membuktikan, bahwa...Wrath lebih berhak menjadi milik Chastity,"
.
.
.

~> TBC...

Arum : chastity versi Antagonis ^^

Menurut kalian, apa dia sudah cukup kejam menjadi Antagonis ? Atau..masih kurang ?

Yah...semoga aja Wrath bisa betah dan Patience bisa sabar menghadapinya

Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan dichap ini. Selamat bertemu di chap selanjutnya !

Bay

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top