Bab 1

 Gadis berambut hitam sedang menyandarkan punggungnya pada pohon flamboyan, sementara kakinya memanjang. Silir-semilir angin menjatuhkan dedaunan dari pohon yang memiliki bunga berwarna merah-oranye itu.

Halaman belakang sekolah menjadi tempat favorit Anshara. Rumput gajah mini terhampar menutupi seluruh permukaan tanah.

Mata yang sedari tadi terpejam itu, tiba-tiba terbuka dan dia melihat pergerakan orang-orang seperti kepulan asap tipis yang bergulung pada satu titik. Anshara menyipitkan mata memperhatikan asap yang semakin banyak dan tebal itu.

Anshara segera menggosok mata dengan kedua tangannya. Dia rasa dia tidur terlalu nyenyak, hingga mungkin saja kabut berasal dari matanya sendiri.

Tiba-tiba Suara bel menjadi penanda berakhirnya jam istirahat. Dengan sangat terpaksa Anshara harus segera meninggalkan kenyamanannya. Dia menutup buku yang ada di atas pangkuannya dengan kasar. Lalu dia bangkit dan menepuk-nepuk bagian belakang roknya.

Derap langkahnya mengayun cepat, hingga suara ketukan sepatu menggema di atas permukaan lantai. Anshara benar-benar tak memperhatikan sekitar, dia terus saja melangkah dan menaiki anak tangga, hingga tak menyadari seseorang tengah berlari dari lantai atas. "Aww," pekik Anshara kala tak sengaja tubuh Theana menabrak tubuhnya.

Anshara tidak menanti sebuah kata pelebur dosa akan keluar dari mulut sinis Theana. Dia tidak peduli, lagi pula Theana sepertinya sengaja melakukan itu. Benar saja, meski mata mereka bersirobok, bibir Theana tidak bergerak sedikitpun.

Anshara berjalan kembali. Namun, kali ini lebih santai dari sebelumnya. Tiba-tiba saja seseorang yang hendak menyusulnya hampir terpeleset, beruntung Anshara sigap menahan tangan laki-laki itu. "Gathan?" gumam Anshara. "Hati-hati," imbuhnya sembari membantu Gathan untuk berdiri tegak.

Gadis 17 tahun itu tercenung saat bayangan gelap menguasai pikirannya. Dia melihat Gathan berlari mengejar Theana hingga ke jalan, namun tiba-tiba sebuah mobil menghantam tubuh Gathan hingga terpental, sedetik kemudian bayangan itu menghadirkan Gathan yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

Hal itu membuat Anshara terkesiap. Dia membuka mata dan menatap Gathan. "Sepertinya kamu harus lebih berhati-hati."

Gathan mengangguk, dan dia mencoba melepaskan genggaman tangan Anshara yang justru semakin menguat. "Gathan, aku mohon kamu harus lebih hati-hati lagi," ucap Anshara mengulangi kalimatnya.

Namun, kali ini Gathan terlihat kesal. Dia mendorong tangan Anshara dengan kasar. "Dasar cewek aneh," dengkusnya sembari berlari.

Anshara tergemap. Apa dia benar-benar terlihat aneh? Perlahan dia menggerakkan kakinya, anak tangga yang tinggal beberapa itupun justru terasa jauh membentang memisahkannya dengan orang-orang yang lalu lalang masuk ke dalam kelas masing-masing, bahkan saat ini Anshara merasa kakinya berat untuk melangkah. Ada apa dengan dirinya?

Dia seolah tidak peduli, ketika lorong sudah sepi dan anak-anak sudah berkumpul di kelas untuk melanjutkan jam pelajaran yang sempat terjeda.

Anshara masih memikirkan perkataan Gathan yang menyebutnya aneh. Akhir-akhir ini dia merasa tidak mengenali dirinya sendiri. Apalagi bayangan barusan yang jelas-jelas menyebutkan kalau Gathan akan mengalami kecelakaan dan koma. Bagaimana ini? Apa dia harus mempercayai bayangan aneh itu?

Anshara sudah berada di kelasnya, dia mendaratkan bokong dengan sangat pelan, kemudian mengedarkan pandangan, tak ada satupun yang memperhatikannya. Sebenarnya Anshara adalah gadis yang cuek, hanya saja perkataan Gathan seolah menjadi tamparan keras, padahal dia sudah biasa di sebut aneh.

Namun, keanehannya begitu terasa saat dia melihat bayangan hitam tentang Gathan. Anshara masih tercenung, sehingga dia tak mendengar perkataan Lana yang sedang menerangkan tentang gravitasi bumi.

Buku dengan sampul hitam pekat dikeluarkan untuk menulis materi yang baru saja disebutkan guru fisikanya itu. Semua aksesoris serba hitam membuatnya begitu mencolok.

Rupanya Anshara bukan menulis apa yang sedang diterangkan Lana, dia malah menulis soal tadi. Dia kemudian meletakkan kertas tersebut di atas meja Gathan yang kebetulan berada di sebelahnya.

Alis dan sudut bibir Gathan terangkat ke atas, jelas itu adalah sebuah cibiran. Namun, Anshara tak melihat ekspresi menyebalkan laki-laki itu.

Gathan membuka lipatan kertas yang diberikan Anshara. Deretan huruf merangkai sebuah kalimat, bukan kata-kata cinta, atau kalimat rayuan lainnya. Hanya sebuah kalimat yang tersusun menjadi satu paragraf yang berhasil membuat Gathan ingin sekali memukul kepala Anshara, jika saja makhluk itu bukan perempuan. Namun, Ibunya selalu mengajarkan Gathan untuk menghargai perempuan.

Baiklah Gathan akan mencoba membuang egonya. Dia menarik napas, kemudian menuliskan pesan balasan pada perempuan aneh itu.

[Nona Anshara, saya tahu, tadi saya memang teledor karena kurang berhati-hati, entah kenapa kaki saya berlomba-lomba untuk bisa segera sampai ke kelas, hingga tak menyadari ada kamu yang sedang berjalan. Terima kasih untuk bantuannya, saya janji tidak akan mengulanginya lagi.]

Gathan menekan ujung bolpoin yang runcing itu untuk mengakhiri kalimat terakhirnya dengan sebuah titik. Penekanan itu dia lakukan untuk mewakili kata "Puas?!" yang ingin dia ucapkan pada Anshara.

Dia melempar kertas itu pada Anshara. Setelah Anshara membacanya dia kemudian menuliskan balasan.

Melihat Anshara sedang menulis balasan, Gathan mendengkus kesal. Sumpah demi orang-orang yang dia sayang, dia tidak berharap Anshara untuk membalasnya lagi, atau memperpanjang masalah sepele ini.

[Gathan, aku mohon agar kamu tidak mengejar Theana ke jalan, karena aku melihat sebuah mobil menabrak kamu dan kamu masuk rumah sakit karena koma.]

Anshara hendak melempar kertas itu pada Gathan. Namun, kertas itu tak sampai ke meja Gathan dan malah jatuh ke lantai, Lana yang kebetulan lewat segera berjongkok dan membaca semua pesan itu dari awal hingga akhir. Tak tanggung-tanggung wanita itu membacakannya dengan keras, sehingga seisi kelas dapat mendengarnya dengan jelas.

Mata Gathan membola, dia terperangah dengan apa yang baru saja dia dengar. Begitupun dengan Theana, dia tidak mengerti dengan apa yang baru saja Lana bacakan dan pertanyaan besar yang bersarang di kepalanya, kenapa Anshara bawa-bawa dirinya? Apa ini soal tadi, yang dia menabrak Anshara saat hendak pergi ke toilet?

"Ini maksudnya apa?" tanya Lana seraya maju ke depan kelas. "Anshara, bisa kamu jelaskan?"

Anshara bergeming. Dia tidak ingin menjawab pertanyaan gurunya itu.

Lana menarik napas. "Baik kalau begitu, kamu Gathan, bisa kamu jelaskan?"

Gathan menegakkan tubuhnya. Apa yang harus dia jelaskan? Dia saja tidak mengerti dengan apa yang dituliskan Anshara di sana.

Namun, Theana menginterupsi seraya bangkit. "Bu, nggak usah diladeninlah, Anshara, 'kan aneh," ejeknya.

"Iya, Bu, nggak penting juga. Kayaknya dia cuma mau nakutin Gathan aja deh," ucap Natasha teman sebangku Theana.

Anshara tak memberikan sanggahan untuk membuat pembelaan terhadap apa yang baru saja Theana dan Natasha katakan. Dia hanya merasa intuisinya terlalu kuat, sehingga dia merasa harus menyampaikan ini pada Gathan.

Sementara Gathan hanya bisa menggelengkan kepala sembari memijat pelipisnya. Sudah cukup dengan apa yang dia rasakan. Anshara benar-benar cewek aneh, gumamnya dalam hati. 

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top