• Lima Belas •

(Christian, 27 tahun. Pernah berkelahi dengan Louis di club malam.)

Seattle Department Police.

11:00 am.

Noel duduk bersama Smith di dalam ruang kerjanya sejak sepuluh menit yang lalu. Setelah dilakukan penggeledahan resmi oleh pihak kepolisian, Maria pun ditahan dalam kurun 2 x 24 jam di kantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut terkait penemuan banyaknya narkotika di dalam Mansion milik Louis.

Matthew Harison dan Paula Adora sebagai orang tua Louis pun ikut diperiksa terkait keterlibatan mereka dalam kasus ini. Namun tampaknya, Noel justru tak berfokus pada hal ini. Ia duduk di sofa sembari mengamati artikel yang muncul dalam ponselnya.

"Maria ketakutan bukan karena menyembunyikan pelakunya, melainkan karena narkoba," ujar Smith menyimpulkan. "Tampaknya wanita itu memang tidak tahu apa-apa tentang insiden kecelakaan itu, Noel."

Noel hanya menggumam pendek sebelum mendongak pada Smith yang duduk di sebrangnya. "Ya, analisis suaranya pun berbeda dengan pelapor misterius. Aku yakin pelakunya adalah seorang pria berusia tiga puluh tahunan akhir."

"Jangan lupa dengan kemungkinan suara yang diredam oleh sesuatu," kata Smith mengingatkan. "Pelaku bisa saja lebih muda dari dugaan kita."

Mata cokelat gelap milik Noel kembali menatap layar. "Bagaimana dengan kesaksian Mr. Harrison dan istrinya?" lalu kembali beralih pada Smith.

"Mereka mengaku tidak terlibat dan tidak tahu mengenai anaknya yang mengonsumsi narkoba," jawab Smith. Pria berambut cokelat terang itu lalu bersedekap sambil melanjutkan, "Omong-omong, saat kita menemui tiga saksi lain, aku menemukan fakta bahwa Louis mengonsumsi obat penenang yang biasa dikonsumsi oleh pasien dengan gangguan jiwa."

Noel mengernyitkan keningnya tak percaya. "Sungguh?"

"Informasi itu berasal dari Carl, tapi tim lapangan mengaku belum menemukan obat yang dimaksud tersebut dan kita belum bisa memastikan," ungkap Smith. "Tampaknya kasus ini membuat kita banyak berspekulasi, tapi tak ada satu pun informasi yang seratus persen akurat."

Noel pun mengangguk setuju untuk kemudian menunjukkan layar ponselnya pada Smith agar rekannya itu dapat melihat artikel di internet yang ditemuinya beberapa saat lalu. "Lihat, Smith," kata Noel. "Bagaimana kedua orang tua korban menikmati liburan mereka bersama sang anak angkat, sementara polisi berusaha mati-matian mengungkap kasusnya?"

"Bukankah itu Shawn?"

Noel mengangguk lagi. "Mr. Harrison bahkan ingin menutup kasusnya sejak awal. Bukankah seharusnya kita curiga?"

"Tidak, Noel!" timpal Smith. "Kau tahu siapa Mr. Harrison, 'kan? Dia sangat berpengaruh dan kaya raya. Jangan macam-macam dengannya."

"Tugas polisi adalah untuk menegakkan keadilan. Kita tidak bisa menutup mata seperti ini, Smith," sahut Noel tegas.

"Tapi kita tidak punya bukti apapun yang mengarah padanya."

"Itulah yang sedang kupikirkan sekarang, Smith," tukas Noel. Ia kemudian beranjak dari sofa dan meraih jaket varsity putih dari atas meja kerjanya. "Aku akan pergi mencari sesuatu yang mungkin bisa menjadi barang bukti. Kabari aku jika kau mendapat informasi lain." dan pergi meninggalkan ruang kerjanya.

Noel pergi dengan mobil pribadinya menuju Mansion Louis untuk mencari tahu latar belakang dan karakter asli Matthew Harrison dan Paula Adora. Sebagai orang tua yang kehilangan putra kebanggaan, mereka tampak lebih tenang dan santai. Alih-alih menguak kasus kecelakaan Louis, mereka berdua justru tertangkap basah tengah menikmati liburan bersama anak angkat mereka yang baru saja kembali dari Inggris.

Bukankah sudah sepantasnya Noel curiga atas hal tersebut, atau detektif muda itu memang hanya berlebihan saja?

Ketika hendak melewati belokan menuju Mansion Louis, Noel tiba-tiba berubah pikiran. Ia memutar kemudinya di jalanan yang sepi dan berbalik ke arah yang lain, menuju pemakaman Louis. Entah apa yang membawanya ke sana, tapi Noel merasa perlu memeriksa.

Detektif berusia dua puluh sembilan tahun itu pun memarkirkan mobilnya di pelataran parkir area pemakaman dan berjalan menuju makam Louis. Namun sesuatu berhasil menghentikan langkahnya bahkan sebelum ia sampai.

Noel menyipitkan pandangannya dan menemukan Shawn tengah berdiri di samping makam Louis dengan pakaian serba hitam. Ia sempat tidak yakin apakah itu Shawn atau bukan karena pria bertubuh atletis itu menggunakan topi yang membuat wajahnya tak terlihat jelas begitu ia menunduk. Namun setelah beberapa saat, Shawn mengangkat kepalanya dan menyeringai.

Pria dengan rambut ikal kecokelatan itu memandangi makam Louis dan terus tersenyum. Ia tidak tampak sedih seperti saat pertama kali datang bersama Alexandra. Noel merasa ini aneh dan keganjalan semakin dirasakan olehnya saat Shawn terlihat mengeluarkan setangkai mawar hitam dari balik jaket hitamnya.

Noel mengendap-ngendap. Berusaha lebih dekat dengan posisi Shawn dengan bersembunyi di balik pepohonan besar dimana ia pernah bersembunyi sebelumnya.

Shawn terlihat mendengkus pendek. "Kau seharusnya tahu, betapa aku sangat bersyukur dengan kematianmu ini, Kakak," ujarnya sembari melempar mawar hitam itu ke makam Louis. "Semoga kau mendapat balasan yang setimpal di sana."

Noel mengerutkan dahinya bingung. Pertanyaan seperti apa yang sebenarnya sedang dilakukan Shawn dan bagaimana perasaan Shawn sebenarnya kemudian mengusik perasaan Noel. Namun tiba-tiba, ponselnya berdering keras.

Noel panik setengah mati. Ia buru-buru menunduk dan merogoh ponsel dari saku varsitynya untuk kemudian menonaktifkan ponselnya. Jantungnya berdetak lebih cepat barusan dan kini tampaknya jantung itu hampir melompat dari tempatnya saat tubuh Shawn mendadak muncul dari balik pohon.

"Kau ... Apa yang kau lakukan di sini, Detektif?"

Mulut Noel terbungkam, jantungnya pastilah sudah berhenti berdetak sekarang. Apa yang harus dilakukannya sekarang? []

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top