• Empat Belas •
Seattle Department Police.
08:00 am.
Beberapa jam setelah insiden kemarin, Alexandra tak kunjung menampakkan keberadaannya. Noel yang duduk di dalam ruang kerjanya pun sudah beberapa kali mengirim pesan tapi tetap tidak ada balasan. Alexandra bak hilang ditelan bumi.
Lalu Smith datang dengan wajah bersemangat. "Noel, kau harus melihat ini!" Ia pun menyerahkan selembar kertas pada Noel. "Tim analis menemukan ponsel pelapor aktif beberapa menit yang lalu," katanya sembari menunjuk sebuah titik koordinat pada peta kecil yang tergambar di kertas tersebut. "Dari titik koordinat ini, lokasinya cocok dengan Mansion korban."
Noel menatap Smith lurus-lurus. "Maksudmu, pelapor kini ada di rumah korban?"
"Kemungkinan besar begitu," ucap Smith. "Sebaiknya kita bergegas dan menangkap basah pelaku sebelum ponselnya kembali di nonaktifkan!"
Noel dan Smith bergegas menuju mobil patroli mereka untuk kemudian bergerak ke lokasi Mansion Louis. Nomor pelapor misterius diduga tengah berada di rumah korban saat ini. Tampaknya pelapor benar-benar terlibat dengan pelaku atau mungkin dialah pelakunya.
Butuh waktu dua puluh menit untuk sampai ke Mansion Louis karena Smith mengebut. "Bagaimana sekarang? Kita tidak mungkin berpencar di tempat sebesar ini," kata Smith panik. "Pelaku bisa saja kabur saat mengetahui keberadaan kita."
Maria, sang asisten rumah tangga lalu muncul. "De--detektif?" Ia melihat Noel dan Smith bergantian. "Ada apa kalian kemari?" Tidak seperti sebelumnya, nada suara Maria terdengar bergetar dan lebih rendah. "Nyonya dan Tuan sedang--"
"Kami akan memeriksa kamar Louis," potong Noel dengan tegas.
"Ta--tapi, begini, sebenarnya aku--" ucapan Maria kembali terpotong setelah Noel tiba-tiba melenggang pergi meninggalkannya. Wanita paruh baya itu lalu berlari kecil menyusul Noel dan Smith di depannya. "Kamar Tuan Muda selalu dikunci oleh Nyonya semenjak kecelakaan itu, Detektif."
Noel menghentikan langkahnya di tengah-tengah ruangan dan mengedarkan pandangannya ke sekeliling. "Dimana kamar Louis?"
Maria menggigit bibirnya gugup dan tangannya yang kurus mulai mencengkram ujung celemek hitam yang selalu dipakainya dengan gusar. "Aku tidak bisa memberi tahumu, Detektif."
Pria yang tubuhnya jelas lebih tinggi dari Maria itu pun menoleh dan menatapnya penuh selidik. "Apa...," Noel maju satu langkah ke arah Maria. "yang kau sembunyikan di rumah besar ini, Nyonya Maria?"
Mata mereka bertemu dan Maria tak bisa berkata apa-apa selain raut wajahnya yang semakin pasi.
"Noel, sebaiknya kita berpencar sebelum kita kehilangan pelakunya," sergah Smith. "Waktu kita sedikit, ayo!" Smith lalu berlari menuju ke kanan sementara Noel ke arah lain.
Noel kemudian menemukan sebuah kamar di sudut lantai satu dalam keadaan terkunci. Sekali, dia mencoba mendorong kenop pintu. Kedua kalinya, ia mulai mendorong pintu dengan tubuhnya dan pada kali ketiga barulah pintu itu berhasil dibuka olehnya.
Pemandangan serba putih langsung menyambut indera penglihatannya di sana. Ranjang besar dengan seprai dan selimut putih, dinding putih bercorak bunga-bunga mawar senada dan lantai marmer yang juga didominasi oleh warna yang sama.
Noel pun berjalan masuk ke dalam dan menemukan jajaran foto di atas sebuah lemari berukuran tinggi satu meter. Beberapa foto menunjukkan potret Louis bersama Alexandra, Jeff dan Stella. Ia pun berseru, "Smith! Smith, kemarilah!"
Tak lama kemudian, Smith bersama Maria datang dan masuk ke kamar Louis. "Periksa seluruh bagian di kamar ini. Kau bisa menyembunyikan apapun dalam ruangan sebesar ini," katanya sarat akan sindiran untuk Maria. "Pastikan kau menggunakan sarung tanganmu, Smith."
Maria lalu menghampiri Noel dan menatapnya penuh harap. "Kumohon jangan lakukan ini. Tuan Besar akan marah jika kalian menyentuh barang-barang Tuan Muda tanpa seizinnya seperti ini," ucapnya.
Namun Noel tak peduli. Ia tetap berdiri di sana dan memerhatikan susunan foto-foto yang ada di hadapannya dengan teliti. "Jeff ... menyukai Alexandra," tukasnya, yang langsung menarik perhatian Smith untuk berbalik padanya.
"Apa katamu?" Smith mendekat dan ikut mengamati foto-foto tersebut. "Mereka tampaknya memang akrab sejak awal."
"Perhatikan foto-foto ini, Smith," kata Noel sambil menunjuk jajaran foto di depannya. "Jeff selalu menatap Alexandra setiap kali ada kesempatan, sementara yang lain fokus pada kamera."
Smith menggumam pendek dan mengangguk. "Mungkin kau benar, tapi kita tidak bisa menyimpulkan Jeff menyukai Alexandra dalam cara yang lain," tuturnya. "Kudengar mereka sudah bersahabat sejak kecil, Alexandra pastilah sangat mengenal Jeff lebih dari ia mengenal Louis."
Kalimat itu lalu terngiang-ngiang di kepala Noel. Fakta tersebut mungkin benar, tapi firasatnya justru mengatakan bahwa ada sesuatu yang lain di antara mereka berdua. Noel lalu berbalik dan memeriksa spring bed yang ada di tengah-tengah ruangan.
"Kumohon." Maria menahan tangan Noel dengan cepat dan berujar lirih, "Jangan lakukan ini atau aku akan sangat menderita, Detektif."
Namun keputusan Noel tak mudah diinvasi. Ia menepis tangan Maria dan menatapnya dingin. "Sebaiknya kau tidak menghalangi penyelidikan atau kau akan dituntut atas hal itu, Nyonya." Pria berusia dua puluh sembilan tahun itu lalu mengangkat ranjang dengan kedua tangannya sendiri dan tercekat seketika. "Ap--apa ini?"
Smith segera membantu Noel dan mendorong ranjang tersebut ke lantai. Hingga beberapa kantung transparan di bawahnya kini terlihat dengan jelas.
"Maafkan aku, Detektif." Maria menangis dan berlutut di depan Noel. Ia menempelkan kedua tangannya dan memohon. "Aku hanya disuruh dan tidak tahu apa-apa soal ini. Kumohon maafkan aku, Detektif."
Noel mendesah pendek dan mengambil salah satu kantung transparan itu untuk kemudian memeriksanya. Ia mencium aroma dan meraba serbuk putih di dalam kantung transparan kecil tersebut. "Ini sabu," tukasnya tanpa keraguan. Wajahnya lalu berpaling pada Maria yang masih berlutut di lantai. Tubuhnya gemetar sementara matanya memerah karena menangis. "Inikah yang coba kau sembunyikan dari kami?"
"Maaf, Detektif," kata Maria lirih. "Aku sungguh tidak tahu apa-apa." Ia beringsut maju dan memegangi kaki Noel seraya bersimpuh. "Tuan Muda selalu memintaku menunggu di depan gerbang pada hari Selasa setiap pukul sepuluh, lalu seorang pria akan datang dan memberiku benda-benda itu."
Smith menyilang kedua tangannya di dada. "Kenapa kau menyimpannya di sini?"
"Karena ... aku memang dibayar untuk menyelundupkan narkoba oleh Tuan Muda." []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top