Louis's Mansion, Seattle.
08:00 am.
Setelah beristirahat sejenak pada sebuah kedai kopi untuk sekadar mengisi perutnya yang sudah kelaparan sejak semalaman, Noel pun mengemudikan mobilnya menuju Mansion Louis.
Rumah besar nan megah itu masih terlihat sama seperti pertama kali ia datang. Sepi seperti tak berpenghuni. Gerbang tinggi yang menjulang menutupi mansion pun otomatis terbuka seolah tak ada siapapun yang mengawasi. Noel kemudian memarkirkan mobilnya bersama mobil-mobil lain milik keluarga Harrison.
Wayne sang tukang kebun kemudian muncul dan menyambutnya, "Detektif Noel." Wajahnya tampak antusias. "Apa kau sudah memiliki jadwal pertemuan dengan Tuan Besar? Hari ini Tuan Besar ada di rumah, beliau sedang menikmati teh hijau kesukaannya di pinggir kolam renang." Ia lalu mengangguk sopan. "Aku akan mengantarmu."
Selama Wayne memimpin jalan, mereka tak banyak berbicara. Selain Wayne yang menanyakan kabar Maria dan kelanjutan kasusnya yang kini tengah dilanjutkan oleh divisi narkotika dan minuman keras. Setelahnya, keduanya hanya diam dan fokus pada jalanan.
"Silakan," kata Wayne begitu mereka sampai di pinggir kolam. Pria berusia tiga puluh lima tahun itu lalu melenggang pergi setelah Noel menganggukkan kepalanya penuh terima kasih.
Noel berjalan menghampiri Matthew Harrison yang kini tengah duduk pada sebuah bangku kayu di pinggir kolam. Matanya yang sayu menatap gamang ke air tenang di hadapannya. Sementara secangkir teh hijau hangat tersimpan pada meja berbahan sama di sisinya.
"Mr. Harrison?"
Pria paruh baya itu kemudian menoleh ke sumber suara. Kerut-kerut halus di sekitar wajahnya tampak lebih jelas dibandingkan pertama kali Noel melihatnya. "Hey, duduklah," katanya ramah. "Aku tidak tahu kau akan datang, Detektif."
Noel tersenyum tipis dan duduk di sebelah Matthew. Pandangan mereka kini sama-sama tertuju pada sebuah kolam renang yang tenang di depan sana.
Matthew menyesap teh hijaunya sebelum berkata, "Mau teh?"
"Tidak, terima kasih," tolak Noel sopan. "Omong-omong, kau tampak pucat. Apa kau sedang sakit Mr. Harrison?"
Matthew lalu meletakkan kembali cangkirnya ke meja. "Ah, ya, kebetulan sekali. Selagi kau di sini, aku ingin meminta sesuatu darimu," ucapnya. Ia lalu memijit kepalanya pelan sebelum menatap Noel yang masih memandanginya. "Kurasa aku tak bisa melanjutkan penyelidikan ini. Aku ingin menghentikannya saja."
Mata cokelat Noel yang gelap membulat tak percaya. "Kau ingin menghentikannya lagi?"
Kemudian Matthew mengangguk. "Aku hanya memberi kalian tiga puluh hari, tapi pelakunya belum juga tertangkap, bukan? Aku justru dibuat pusing oleh kasus narkotika yang kini melibatkan anakku dan Maria," ujarnya berterus terang. "Sepertinya ancaman pelaku yang ingin menghancurkan keluargaku akan segera menjadi kenyataan."
Noel mengernyitkan keningnya. "Ancaman?"
Pria bertubuh tambun itu kemudian merogoh saku celana untuk mengeluarkan sebuah amplop kecil berwarna putih. "Aku menerima surat ancaman ini sehari sebelum insiden kecelakaan itu," katanya sembari menyodorkan surat tersebut pada Noel. "Bacalah."
Noel pun segera mengeluarkan secarik kertas yang ada di dalam amplop tersebut dan mulai membacanya. "Aku akan menghancurkan keluargamu seperti yang kau lakukan padaku." Noel menatap Matthew sejenak sebelum melanjutkan, "Aku akan mengambil semua yang seharusnya menjadi milikku sejak awal." Detektif muda itu lalu mengecek ke dalam amplop dan menemukan sebuah foto dengan potret Alexandra dan Louis di dalamnya. "Alexandra?"
Matthew menyahuti, "Aku tidak yakin pada siapa surat itu dituju. Kupikir awalnya, dia akan mencelakai Alexandra untuk memeras Louis." Ia lalu menggeleng perlahan. "Tapi sepertinya, dia memang menulis surat itu untukku. Dia akan mengambil semua milikku. Satu persatu, hingga aku merasa hancur dan benar-benar kehilangan," ungkapnya sedih. "Itulah sebabnya aku mulai berpikir untuk menghentikan semua ini, Detektif."
"Foto ini ... gaun hitam selutut dan kemeja biru dengan dasi bergaris putih." Noel menatap potret itu penuh selidik sebelum akhirnya menyimpulkan. "Ini adalah foto yang dicuri dari rumah Alexandra."
"Apa?" Matthew terdengar kebingungan.
"Pelaku datang ke rumah Alexandra saat kamera cctv di sana sedang diperbaiki lalu ia datang ke sini untuk memberimu surat ancaman ini," tukas Noel. "Kau tidak akan menyadari surat ancaman ini ditujukan untukmu karena pelaku tidak dengan jelas menyebut siapa dan apa yang akan dia lakukan."
Matthew mendesah kasar. "Bagaimana sekarang? Apa sesuatu akan terjadi pada Alexandra? Aku sangat khawatir."
"Kuharap tidak," timpal Noel cepat. "Tapi bisakah kau mengingat siapa saja orang yang datang ke pestamu malam itu?"
"Astaga, aku tidak yakin."
"Cobalah mengingatnya, Mr. Harrison," desak Noel.
"Malam itu kami menggelar pesta keluarga untuk menyambut pernikahan Louis, jadi banyak orang yang datang," jelas Matthew. "Kami juga menyewa pramusaji tambahan karena berniat menggelar acara barbeque."
Kesaksiannya konkret dengan ucapan Wayne tentang pesta barbeque itu. Ia sungguh menggelar pesta keluarga yang mewah. Namun, di Mansion sebesar ini, pelakunya pasti bisa bersembunyi dimana pun. Pelaku mencuri foto di rumah Alexandra lalu menyelinap masuk untuk menyimpan surat ancaman ini sebelum berbaur di tengah-tengah pesta.
"Pelaku pastilah orang yang tidak memiliki foto Alexandra dan Louis, ia sampai harus repot-repot mencuri ke rumah Alexandra hanya untuk menyimpan ini," kata Noel seraya mengembalikkan surat ancaman itu pada Matthew. "Dia tidak dekat dengan Louis atau pun Alexandra, tapi dia pasti bukan orang asing. Pelaku tampak cukup mengenal korbannya."
"Ini mengerikan. Apa yang harus kulakukan sekarang?"
"Mr. Harrison, bisakah aku memeriksa kamera pengawasmu malam itu?"
"Sebenarnya, satu-satunya kamera pengawas yang berfungsi malam itu hanyalah yang berada di titik parkiran menuju jalan keluar," katanya.
"Apa yang terjadi? Bagaimana bisa kalian hanya memiliki satu cctv di Mansion sebesar ini?"
"Beberapa cctv di titik utama kami sedang diperbaiki, Detektif."
"Astaga!" []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top