Chapter 3 Zaydan and Zaryella
Ichiro tidak begitu mendengarkan penjelasan Kouta, ia hanya ingin kembali ke tempat asalnya, lalu menjalankan aksi tersebut.
Pemuda itu bersurai coklat itu menatap pandangan sekitar, ia tidak mengerti. Bagaimana mungkin ia bisa menghancurkan topeng itu hanya karena ia memiliki kristal amber? Ia tahu bahwa kristal yang dimaksud ialah matanya sendiri.
Menurut Ichiro, mereka bisa saja menghancurkan topeng Manmasaku, mengingat teknologi di Orbisworld lebih canggih dari teknologi di bumi, apalagi mereka mungkin bisa melakukan sihir atau semacamnya, namun sayangnya mereka tidak bisa menghancurkan topeng itu sehingga menaruh harapan pada Ichiro. Memangnya topeng itu terbuat dari apa?
Rasanya Ichiro ingin mengamuk, aksi yang ia rencanakan gagal akibat omong kosong tersebut. Ajal menunda pertemuannya dan meminta Ichiro untuk bertemu di lain waktu, entah kapan itu.
"Apa kau tidak mendengarkanku?" tanya Kouta sambil menatap Ichiro dengan tajam. Sementara pemuda bersurai coklat itu mengabaikan pertanyaan tersebut.
"Dengar, Manmasaku juga ingin menguasai bumi dan membunuh semua makhluk yang ada di bumi, pikirkan keluargamu, teman-temanmu, dan orang-orang yang kau sayangi. Bagaimana jika mereka terbunuh? Kau pasti tidak ingin itu terjadi 'kan?"
Mendengar itu, Ichiro menundukkan kepalanya dan mengepalkan tangan. Bagaimana mungkin ia melakukan itu sementara dirinya tidak dipedulikan sama sekali.
Andai saja mereka mengetahui hal ini, tentu mereka akan memohon padanya, bahkan rela menyerahkan harga diri masing-masing. Ichiro sangat muak dengan hal itu, jika semua sudah berakhir, sudah pasti ia akan dilupakan. Habis manis sepah dibuang.
Ichiro tidak peduli jika Manmasaku membunuh umat manusia, ia sudah tidak ada tujuan hidup. Jadi ia tak perlu berada di dunia lebih lama, andai saja ia bisa menyaksikan di mana Manmasaku membunuh umat manusia, terutama orang yang ia benci.
Kemudian Ichiro menegakkan kepalanya dan menatap Kouta, lalu ia melihat ke arah yang lain dan ingin mengatakan sesuatu, namun ia merasa ragu.
Segera Ichiro menghilangkan rasa ragu tersebut, ia tahu hatinya berat untuk mengatakan hal tersebut, tapi ia harus segera mengatakannya.
"Aku ... hidupku sudah hancur. Aku tidak punya teman, setiap hari aku selalu ditindas di sekolah. Bahkan orang tuaku sudah bercerai. Rasanya ingin mati saja, jika orang itu ingin membunuh seluruh makhluk hidup, maka biarkan saja. Aku akan menantikan hal tersebut," jelas Ichiro. Kini ia merasa lega telah mengungkapkan semuanya. Meski saat ini mata Ichiro terlihat menciptakan kaca, tapi ia bisa menahannya agar air mata tidak menetes.
Kouta meletakkan tangan pada dagunya dan menganggukkan kepala. Kini ia mengerti perasaan anak itu, pasti sulit jika berada di posisinya. Pria itu berpikir sejenak agar Ichiro mau mengalahkan Manmasaku. Tak lama kemudian Kouta mendapat ide, ia mendekatkan mulutnya pada telinga Ichiro.
"Begitu ya? Aku akan membantumu dalam menghadapi masalahmu asal kau mau mengalahkan Manmasaku. Bagaimana?" bisik Kouta sambil memberikan sebuah tawaran.
Netra amber itu mengecil begitu mendengar tawaran dari Kouta. Ichiro merasa tertarik pada tawaran tersebut. Pemuda itu ingin menerima tawaran itu, tapi di sisi lain ia mulai berpikir. Jika berhasil, tentu Kouta akan membantunya. Tapi jika gagal, Ichiro tidak akan mendapatkan apa pun.
Tapi apakah pria ini bisa dipercaya? Mungkin saja ia ingin menipu Ichiro agar mendapatkan keinginannya. Tiba-tiba Ichiro mendapat sebuah ide, pemuda itu akan menerima tawaran dari Kouta, lalu Ichiro berusaha melakukan sesuatu agar ia terbunuh ketika ia berhadapan dengan musuh, kemudian Ichiro akan tewas. Ini adalah cara bunuh diri paling bagus daripada melompat dari gedung ataupun menusuk diri dengan benda tajam.
Tiba-tiba pintu otomatis terbuka, memperlihatkan dua remaja kembar dengan surai pendek sebahu, serta iris merah gelap.
Seorang remaja mengenakan jas hitam, bersurai hitam dengan biru tua di ujung surai tersebut. Awalnya Ichiro mengira bahwa remaja itu berjenis kelamin perempuan, namun perkiraannya salah begitu ia menyadari bahwa remaja itu mengenakan celana panjang dan terlihat gagah dibanding saudara kembarnya.
Sementara gadis itu juga mengenakan jas hitam dengan rok di atas lutut, bersurai hitam seperti saudara kembarnya, namun dengan ungu tua di ujung surai tersebut. serta iris si kembar itu berwarna merah gelap.
Si kembar hendak mengatakan sesuatu begitu memasuki ruangan tersebut, namun pandangan pertama mereka saat masuk tertuju pada Ichiro. Mereka menatap satu sama lain, kemudian menatap Ichiro kembali.
"Siapa dia?" tanya si kembar secara bersamaan.
"Dialah pahlawan kita yang akan mengalahkan Manmasaku," ujar Kouta.
"Apa?! Ternyata bocah SMP ini yang akan mengalahkan Manmasaku! Wah! Seberapa hebatnya dia?!" seru pemuda bersurai hitam bercampur biru tua.
Sontak Ichiro bangkit dari kursinya dan mengepalkan tangannya. Ia tidak terima disebut bocah SMP karena pada kenyataannya kini ia kelas tiga SMA.
"Bocah SMP?! Umurku delapan belas tahun?! Aku bukan bocah SMP, tahu!" bentak Ichiro.
"Maafkan aku. Aku tidak tahu karena kupikir kau masih SMP," balas pemuda itu sambil membungkukkan badan dengan perasaan bersalah.
Ichiro memutar bola matanya dan menghela napas. Ia sudah muak disebut bocah karena badannya yang pendek, pemuda bermata amber itu sudah melakukan berbagai cara untuk meninggikan badannya, namun tidak ada hasil sama sekali.
"Ichiro, perkenalkan ini Zaydan dan ini Zaryella. Zaydan, Zaryella, dia Ichiro." Kouta memperkenalkan Ichiro pada si kembar dan begitu juga dengan sebaliknya.
Ichiro dan si kembar saling berjabat tangan, lalu saling melempar senyuman. Kemudian Kouta menatap si kembar dan tengah memberi isyarat untuk membawa Ichiro ke suatu tempat, mereka pun mengangguk setuju dan segera beraksi.
"Ayo ikut kami!" seru Zaydan sambil menarik tangan Ichiro dan hendak membawanya ke suatu tempat.
"Lepaskan! Kau mau membawaku ke mana?!" pekik Ichiro sambil memberontak, namun Zaydan tetap menggenggam tangan Ichiro dengan erat sambil membawa pemuda bermata amber itu ke suatu tempat.
"Hei tunggu aku!" pekik Zaryella, lalu mengejar kedua pemuda itu.
🎭🎭🎭
Kini mereka berada di sebuah kamar. Zaydan memperlihatkan Pemuda bermata amber itu tempat ia akan tidur malam ini. Seketika ada sesuatu yang melintas pikiran Ichiro.
Sepertinya Ichiro tidak akan pulang sebelum mengalahkan Manmasaku. Meski begitu, ia tidak peduli dengan hal itu karena pemuda itu tidak ingin kembali ke rumah, lagipula tidak akan ada yang mencarinya.
"Mulai hari ini kau akan tinggal di sini dan ruangan ini adalah tempat kau tidur malam ini hingga seterusnya," ujar Zaydan.
Ichiro mengabaikan perkataan Zaydan dan memilih berjalan menuju jendela. Manik amber itu mengecil begitu melihat pemandangan jendela. Kini ia berada di lantai atas. Iris amber tersebut memperhatikan orang-orang yang kini memenuhi jalan.
Gedung itu tinggi sekali. Ia mulai membayangkan jika dirinya jatuh dari gedung tersebut. Sudah pasti Ichiro akan tewas jika jatuh dari gedung itu. Pemuda itu ingin sekali melakukannya, tapi ia sudah menetapkan rencana yang ia buat sebelumnya.
Tiba-tiba seseorang menarik tangan Ichiro. Pemuda itu terkejut begitu tangannya ditarik dan segera mencari pelakunya. Si pelaku itu tak lain ialah Zaryella.
"Kita mau ke mana?" tanya Ichiro.
Zaryella menoleh dan memberi senyum kecil pada pemuda itu. Kemudian kembali menghadap ke depan.
"Kau akan tahu begitu sampai," jawab Zaryella.
"Hei, jangan tinggalkan aku," ujar Zaydan tak terima karena ditinggalkan, lalu berlari kecil menyusul mereka.
🎭🎭🎭
Kini mereka berada di sebuah tempat makan yang telah disediakan untuk para pengungsi. Sejak Manmasaku menguasai Orbisworld, beberapa dari mereka yang tinggal di dunia canggih itu mengungsi ke suatu tempat di mana tempat itu tidak akan diketahui oleh Manmasaku serta pasukannya. Sementara mereka yang tidak mengungsi kini telah menjadi budak.
Ichiro menatap si kembar dengan tajam sambil melipat kedua tangannya. Pemuda itu sedikit kesal lantaran mereka menarik tangannya secara tiba-tiba. Padahal ia ingin menyendiri di suatu tempat, tapi si kembar telah mengacaukan rencananya.
Tiba-tiba seorang pelayan datang menghampiri mereka bertiga menyajikan makanan yang sama dengan pengunjung lain. Hanya ada makanan tersebut saat ini. Sebenarnya Ichiro tidak mau makan, namun sekelompok cacing tiba-tiba menjerit minta makan membuat pemuda itu memutuskan untuk makan. Ia baru ingat bahwa belum makan sejak tadi malam.
Ketika ia hendak menyantap makanan, manik amber itu mendapati si kembar tengah menyantap makanan dengan rakus. Pemuda itu menghela napas sambil menahan kesal terhadap si kembar. Ichiro harap ini terakhir kalinya ia bertemu dengan mereka.
Suara jeritan datang secara tiba-tiba hingga menarik perhatian orang-orang sekitar, begitu juga dengan Ichiro dan si kembar. Segera mereka datang dengan tergesa-gesa menuju sumber suara. Mereka tidak percaya dengan sesuatu yang mereka lihat saat ini.
🌻To be continue🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top