#1
.
.
.
***
Mentari tenggelam dalam buaian cakrawala. Meninggalkan singgasana penuh agung dalam kesunyian malam. Aku menghembuskan napas dengan kasar. Semilir angin dengan lembut menjelajah buana. Melewati setiap celah dedaunan dengan gembira mengikuti alunan alam.
Perasaan lama telah lama tertutup rapat. Terkunci dalam perjalanan panjang penuh batu penarung. Tanpa sadar hampir melebur bersama deburan ombak dalam keheningan di penghujung hari. Bola mata mengerling pelan. Aku memberikan tatapan datar kepada bocah pendek berparas tampan dengan surai pirang.
"Bisa kau ulangi ucapanmu?"
Senyuman lebar terukir pada bibir tipis bocah tampan tersebut. Mengingatkanku kepada anak kecil yang berhasil aku tipu dengan sampah bungkus permen tempo hari lalu. Dengan bersemangat dia berkata, "Ayo menikah!"
.
.
.
Mari kita putar kilas balik beberapa waktu yang lalu.
Aku adalah gadis normal dengan kehidupan biasa yang saat ini sedang menginjak semester terakhir jenjang pendidikan perkuliahan. Hari-hari berjalan dengan purata. Begitu datar tanpa kendala. Tidak ada yang menarik pun istimewa. Kehidupan monoton dan membosankan bagi orang kebanyakan. Tapi itulah diriku.
"Hoi," seseorang menepuk pundakku. Secara tidak sadar, aku tersentak kecil. Terkejut dengan aksi pukulan tiba-tiba tanpa peringatan. "Tumben sendirian. Sedang apa?"
Meski mengetahui betul siapa pemilik suara tersebut, aku tidak keberatan untuk menaikkan pandangan. Sekedar untuk menatap lawan bicara. "Kepo sekali," balasku singkat.
Aku bisa mendengar decihan pelan. Melebur bersama udara berharap agar buana tidak mendengar. Dia mencibir secara terang-terangan di hadapanku. Mengenai tentang aku yang tidak senang dengan kehadirannya.
Aku hanya mengangguk tanpa mendengarkan seraya mengangkat bahu tidak peduli. Tidak ingin memperdebatkan tentang keluhan terbuka dari dirinya sebab aku tahu kalau dia akan semakin menggebu jika aku berbicara membalas perkataannya.
"Kau mendengarkanku tidak, sih?" sungut orang tersebut. Terdengar jelas dari suaranya jikalau dia merasa jengkel.
"Aku mendengarmu, Hina." aku menghela napas pelan sebelum melirik kearah gadis manis dengan surai panjang tersebut. "Jadi, apa yang kau inginkan?"
Hinata kembali mengerang. Dia memasang air wajah masam. Bibir mungil miliknya dengan sengaja dimajukan. Memberikan perasaan menggemaskan padanya. "Kau tidak mendengarkanku!" tuduhnya.
Aku sedikit meringis mendengar suara melengking gadis tersebut. Yah, yang dia katakan memang benar, sih. Aku tidak mendengarkannya sama sekali.
"Aku akan menikah bulan depan," ucapnya memekik senang. Begitu jernih hingga hampir menusuk gendang telinga. Terdengar begitu yakin dan percaya diri dengan beberapa perasaan terselip didalamnya.
"Hah?" aku yang hendak mengambil gelas berisi cairan bening mendadak berhenti. Tanganku menggantung di udara kala mendengar ucapannya. "Si culun itu akhirnya melamarmu?"
Air wajah manis gadis itu sedikit merengut. Aku selalu kagum dengan Hinata. Gadis itu selalu bisa mengubah ekspresi wajah dengan cepat. Terkadang aku curiga jikalau dia mempunyai kepribadian ganda.
"Berhenti memanggil Takemichi seperti itu," protesnya tak suka. Tak jarang gadis manis tersebut mengeluh mengenai panggilanku pada kekasih- ah, haruskah aku menyebut mereka sebagai tunangan sekarang?
Yah, bagaimanapun Takemichi dalam pandanganku akan selalu menjadi pria culun dengan nyali kecil. Tidak. Aku menggeleng pelan. Aku tidak sedang mengejek pria tersebut. Aku hanya mengatakan isi dalam pikiranku.
"Terserah." aku sedikit menghela napas sebelum memutuskan untuk tersenyum kecil, "Jika pria itu membuatmu sedih, tendang saja masa depannya. Mengerti?"
Bukan tanpa alasan aku mengatakan hal tersebut. Terkadang gadis di hadapanku saat ini berlari menemui diriku sambil menangis tersedu akibat pria tersebut. Dia sering berkeluh kesah hingga langit mengingat setiap penuturan yang ia ucapkan.
Hinata tergelak. Telapak tangan mungilnya memukul punggungku. Sedangkan tangan satunya digunakan untuk menutup mulut. "Takemichi akan kesakitan," ucapnya seraya tertawa.
Sebelum itu, sakit woi!
.
.
.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top