#3

.
.
.

***

Aku tersenyum lebar. Mengawali cerita dengan senyuman konon kata orang akan membuat hari menjadi lebih baik. Aku sedang membuktikannya sekarang. Tersenyum tertekan.

"Mam yang banyak ya." aku dengan sengaja melempar daging mentah ke atas akuarium. Membiarkan para ikan menggemaskan melakukan akrobat hingga menari jaipong.

Salah satu ikan piranha bernama Asep sedang rebahan di air. Dia melakukan gerakan free style dengan gaya. Ya Tuhan, mengapa Engkau mengirimku ke tempat seperti ini? Hidupku lawak sekali.

Aku hanya ingin menikmati perlombaan panjat pinang dengan khidmat dan khusyuk. Kemudian mengincar hadiah utama di puncak batang. Hadiah utama yang menjadi alasanku untuk mengikuti lomba tersebut, sepeda.

"Wuuk wuuk wuuk wuuuk," aku mencoba untuk berkomunikasi dengan salah satu ikan. Aku mengikuti cara salah satu reporter dari televisi yang pernah kulihat. Lalu, siapa tahu para ikan ini bisa menjadi tempat keluh kesah selama aku berada disini.

Pasrah sekali hidupku.

Ah, benar. Aku harus mencari cara untuk bisa kembali ke duniaku. Tidak mungkin aku berada disini selamanya. Aku menggeleng tidak setuju. Wanpis dan detective kecil belum tamat. Aku tidak mungkin melewatkan mereka semua.

"Stress sekali hidupmu." suara berat seseorang secara tidak sopan memasuki gendang telinga. Aku melirik pelan, sekedar melihat lalu kembali menatap para ikan.

Hidupku lebih stress setelah masuk ke dunia ini. Terlebih bertemu dengan seseorang seperti dirimu.

Ingin sekali bibir ini berucap. Tetapi aku memilih untuk menutup mulut dan kembali melempar daging mentah ke atas akuarium.

Jika tidak salah ingat, pria tampan dengan surai perak ini bernama Kurokawa Izana. Seorang pria tampan yang sudah berbaik hati(tidak) menampung seseorang tidak dikenal seperti diriku. Lebih tepatnya dijadikan sebagai babu.

Yh.

Aku tidak tahu informasi lain mengenai dirinya selain nama. Yang aku ketahui adalah pria ini merupakan pria tampan dengan gemilang harta kekayaan.

Gusti, aku juga ingin kaya. Semoga dengan tinggal disini, rezeki atau kekayaan dari Izana menempel padaku. Kemudian, aku bisa kembali ke duniaku dan menjadi orang kaya.

Jemari panjang Izana mengambil selembar daging mentah. Dia ikut memberi makan para bestie yang sedang melakukan gerakan reog. Tch, para ikan ini benar-benar tahu siapa majikan dan babunya.

"Aku pikir kau memiliki suatu pekerjaan yang harus diselesaikan," ucapku memulai pembicaraan. Aku sedikit melirik ke arah pria tampan tersebut. Ganteng bgtt tapi sayang.

Sayang aja sih.

Sayang kalau tidak kumiliki.

Dia mengangguk membenarkan, "Mengawasimu termasuk pekerjaanku." jawabnya singkat. Jemarinya tak berhenti melempar lembaran daging mentah.

Gabut sekali.

Karepmu lah, aku tidak bisa berpikir.

"Ikanmu hebat, ya." jemariku berhenti bergerak. Pandanganku lurus menghadap akuarium berisi air. "Kalau masuk audisi bakat hewan pasti akan menang."

"Aku sudah pernah mendaftarkan mereka kesana," balas pria tampan tersebut. Terdapat jeda beberapa saat sebelum ia kembali melanjutkan, "Tetapi terlalu membosankan."

Keheningan menyelimuti. Tidak ada pembicaraan setelah dia menjawab pertanyaanku. Tidak. Ini bukan perasaan canggung atau tidak nyaman. Hanya ketenangan damai dengan sejumput perasaan hangat karena melihat tarian reog para besti.

"Juga, waktu mereka terlalu berharga untuk sekedar mengikuti acara seperti itu."

Sungguh majikan yang pengertian. Aku masih sedikit bingung mengapa ia memelihara ikan piranha tapi tidak apa. Aku sudah mengetahui alasannya. Aku mengangguk mengerti.

"Bagaimana dengan makan daging piranha? Kau pernah?" tanyaku lagi.

"Kalau dagingmu saja yang kujadikan makanan mereka bagaimana?"

Aku buru-buru menutup mulut. Galak sekali, pikirku.

.
.
.

31 Agustus 2022

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top