Bagian 2
*****
Rasanya baru beberapa menit Ran tertidur, tapi kini ia harus terbangun karena tidak tahan dengan sesuatu yang lembap yang sejak tadi menyentuh wajahnya berkali-kali. Ketika Ran membuka mata, hanya kegelapan yang tertangkap indra penglihatannya.
Apakah ia mendadak buta?
....
Tentu saja tidak mungkin.
Atau mati lampu?
Kenapa gelap sekali?
Pemuda jangkung itu pun lantas turun dari ... tempat tidur?
Bukankah ia tidur di sofa? Siapa yang memindahkannya? Rindou?
Ah, ngomong-ngomong kemana adiknya pergi? Kenapa sepi sekali? Apakah Yuki juga sudah kembali ke habitatnya?
Dengan hati-hati, Ran mulai berjalan untuk menemukan apapun guna menerangi ruangan yang gelap layaknya liang kubur ini.
Namun baru beberapa langkah, Ran tersandung sesuatu yang mengakibatkan pemuda itu jatuh tersungkur. Mengumpat pelan, pemuda Haitani itu lantas menyingkirkan sesuatu yang menghalangi jalannya. Ketika Ran menyentuh 'benda' yang membuatnya tersandung, kernyitan muncul di wajahnya.
Apa ini?
Dengan bantuan cahaya bulan yang menyelinap melalui jendela yang terbuka, Ran akhirnya bisa melihat benda apa yang ia pegang sekarang.
Iris batu kecubungnya membulat sempurna. Ran tidak bisa percaya bahwa yang ada di tangannya ini adalah rambut. Rambut miliknya yang berwarna pirang layaknya warna yang ia miliki di rambutnya ketika ia berusia 13 tahun.
"Apa yang ..."
"Ranpunzel! Turunkan rambutmu!"
Sebuah suara membuat Ran membeku seketika.
Apa katanya?
Ranpunzel?
Siapa Ranpunzel?
Berjalan ke arah jendela, Ran kembali menganga begitu mengetahui dirinya kini berada di bangunan yang sangat tinggi.
"Apakah ini ... menara?"
Gumaman shock Ran kembali diinterupsi oleh suara yang tadi memanggil namanya (?).
"Ranpunzel! Kubilang turunkan rambutmu, sialan!"
Apa-apaan?!
Perempatan siku-siku lantas muncul di wajahnya. Dengan kesal, ia menatap ke bawah dengan tajam. Meski hanya dibantu oleh sinar bulan, Ran bisa melihat siluet orang itu.
Pemuda itu kembali mengernyit begitu mengenali siapa orang di bawah sana.
"Sanzu?!"
Kenapa kuchisake ottoko itu ada disini?!
Sialan. Ran bahkan tidak tahu dimana tepatnya "disini" yang ia katakan barusan.
Mimpi buruk macam apa ini?!
Sebenarnya apa yang terjadi?
Ada dimana ia sekarang?!
.
.
.
.
.
Terakhir yang Ran ingat, ia tidur di sofa saat Rindou dan Yuki menonton film bodoh mereka. Ia terus meyakinkan dirinya sendiri bahwa yang kini ia alami adalah mimpi. Mimpi terburuk sepanjang hidupnya.
Ran ingat Yuki pernah menyamakannya dengan tokoh "Rapunzel". Entah itu kutukan atau apa hingga ia kini benar-benar menjadi "Rapunzel" seperti yang ada di dalam cerita Disney tersebut. Dan Rindou ....
Kalian tidak akan percaya dengan apa yang akan Ran katakan.
Kalian ingat sesuatu yang membangunkan Ran di awal narasi?
Sesuatu itu adalah kadal.
Kadal yang sebenarnya adalah adiknya yang disihir oleh penyihir jahat berambut merah muda bernama Sanzu Haruchiyo.
'Rindou yang malang. Kenapa kau malah cosplay jadi kadal?'
Ran menatap 'Rindou' dengan miris. Se tragis-tragisnya ia jadi 'Rapunzel', lebih tragis lagi Rindou yang kini jadi kadal buruk rupa.
"Ayo bernyanyi untukku, Ranpunzel."
"Suasana hatiku sedang buruk, dan kau menyuruhku bernyanyi?!" Ran mendelik pada Sanzu. Jika bukan karena Sanzu memliki tongkat sihir pimpimpom, sudah ia lempar si pinky ini keluar jendela.
Takut disihir ah, ngeri.
Lagian kenapa pula Ran disuruh bernyanyi? Memangnya ia biduan?!
"Oh? Kau tidak mau?" Sanzu, sang penyihir berjubah loreng itu memegang ujung ekor 'Rindou' dan membawanya ke perapian. "Kurasa kau tidak keberatan jika kadal bakar menjadi menu makan malam kita."
"JANGAN!" Ran berteriak panik. Meski berwujud kadal, tetap saja Rindou adalah adik kesayangannya.
"Baiklah. Aku akan bernyanyi untukmu. Kau request lagu apa?"
"Nah, gitu dong. Lagu pengabdi setan 2 sabi lah."
Dengan begitu, mengalunlah sebuah lagu di kesunyian malam ini.
.
.
.
Worlds : 562
Senin, 29 Agustus 2022
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top