Shoot me! Thrill me! Kiss me! Kill me!
Chapter 16 | Why everyone menginginkan aku, hm?
"Purrine! Bad cat!"
Aku nggak pernah ngajarin dia begitu. Bad-bad-bad cat. Biasanya dia suka banget Royal Cannin tuna in jelly ini. Dia akan tatap mata aku dengan mata berkaca-kaca seolah aku malaikat dengan sayap putih yang cantik kaya di cerita-cerita dongeng gitu. Dia akan muter-muter dan lompat-lompat senang saat aku pindahin jelly favorit dia dari kaleng ke mangkuk snack-nya. Lalu like only tiga detik, jelly itu akan lenyap. Mangkuknya licin. Habis itu dia akan duduk-duduk di pangkuan Daddy yang lagi baca koran sambil jilatin bibir dan bersihin paw dia. It means she is content. Happy to be part of the family, tidak lagi merasa dibedakan karena makan dry food setiap hari.
Unlike this time.
Aku seret ekor dia yang gerak-gerak siap kabur setelah dia melengos dan menjulurkan lidah ke semangkuk kecil tuna in jelly buat morning snack dia. Aku sesak napas waktu dia menggeram kesal ke arah Zedd yang duduk dengan dua kakinya naik ke atas sofa-dia nggak mau jempolnya bolong atau sekedar luka-luka.
Aku gendong Purrine dan aku dudukin dia di sofa di samping Zedd. Zedd minggir ke pojokan.
"Listen, Purrine!" kata aku galak, Purrine menguik. Kami saling tatap sekarang, tatapan aku bilang gini: 'Ini harganya mahal, Purrine baby. Ini dikasih Zedd buat apologize giftnya dia ke kamu. You know, ini bukan kejadian yang akan terjadi tiga puluh tahun sekali seperti fenomena blue moon atau lahirnya si jenius Justin Bieber. Oh maksud Mommy, John Lennon. Ini kejadian one of a lifetime. Never gonna happen in million years.'
Purrine putar bolamata kucing dia yang oh so adorable. Aku pengen cubit pipi dia karena cubit idung pesek dia itu nggak mungkin, tapi nggak aku lakuin. Aku lagi dalam mode 'Mommy hate your attitude' toward her. "Listen, baby girl. Kapan Mommy ajari kamu jadi kucing nggak sopan, hm? You have to act like a queen, talk like virgin princess, cute like a kitten and proud like supermodel. Did i tell you to roll eyes? Yes? NO! Mommy never-Oh so you bicara kaya Dono Baswardono Parenting, hm? Children don't listen to their parents, they imitate their action? Don't you ever give me that atitude, young lady!"
Zedd memekik, "Ant! Are you crazy? Oh of course you're crazy bencong. I mean, you seriously talk to that sil-ehm. That cat?"
"Shut up, Zedd!"-Aku angkat telapak tangan kiri aku ke muka Zedd. Purrine juga nge-glare dia, 'Shut up, barbarian! You slutty bitch, racun apa yang kamu taro di makanan aku, hm?'-kata Purrine. Like seriously.
"Dia nggak taro racun di tuna jelly itu, Purrine!" Aku yakinin dia sekali lagi, "Kaleng itu masih tersegel waktu Mommy buka, Zedd nggak mungkin taro racun di sana. Ayolah, good girl. Dia mungkin kesurupan, tapi everybody deserve a chance. Bahkan makhluk yang nggak bisa ngebedain mana masker timun, mana masker green tea kaya dia. Purrine mau kalo terjadi apa-apa sama Zedd dia masuk neraka karena kamu nggak mau maafin dia? Are you that kind of cat you're grown up to be?"
Alis Purrine mengerut turun.
Alis Zedd mengernyit naik.
Alisku berjajar rapi cantik, barusan aku sisir pake sikat maskara yang tintanya sudah habis. Ini tips you know. Kalo kamu nggak punya eyebrow mascara, kamu bisa pake sikat mascara lama kamu yang tintanya udah habis. Even better than pensil alis.
"So are we cool now?"-Purrine masih melengos. "Okay. What can make you cool now?"
Mata Purrine melirik ke Zedd. Oh. Aku tau maksudnya, dasar kucing manja.
"He wants you to pat her head, Zedd," kata aku.
Zedd memijit pelipisnya, "Ant, really? Lo beneran nggak butuh ketemu psikiater, hm?"
"Zedd, really? Kamu serius mau minta maaf ke kami berdua, hm?"
"Lo curi-curi kesempatan, Ant!! Lo manfaatin kelemahan gue!"-Oh. Look at that preman tantrum itu. Oke terserah kamu aja Zedd. Whatever, kamu kan yang mau minta maaf. Bukan aku. Aku duduk sambil pangku Purrine, kami sama-sama nengok ke arah lain dan angkat dagu kami.
"Shit! Okay!!"
"Reallyyyyy???"-Oh i am so happy! Purrine juga, kuping dan ekornya berdiri. Yes, baby. Kita menang!
Purrine ngelompat dari pangkuan aku, dia goyang pantat dan ekornya ngedeketin Zedd. Kepalanya dia tekuk dan uh lala-she curls now di pangkuan Zedd. Aku melotot, kasih isyarat supaya Zedd gencat senjata. Dia melenguh panjanggggg-lebay sekali seperti temen bencongnya yang bule itu-lalu menepuk kepala Purrine dua kali. "That's not how you pat a cat, stupid!" geram aku. Zedd bales melotot, tapi menyerah pada kekuatan dewa-dewi kami. Elusannya di kepala Purrine semakin halus, sekarang Zedd mulai sentuh dagu Purrine dan Purrine menerimanya. Mata aku berkaca-kaca. For the first time in my life, aku menerima Zedd sebagai kembaran aku.
"Bulunya halus..." desis Zedd pelan. Pelan banget.
Aku menangis sekarang, uh uh so mengharukan sekali. Aku menggeser duduk aku dan mulai cerita bagaimana Purrine di-grooming tiap minggu di klinik dokter Sayekti. Zedd protes karena harga sampo dan perawatan Purrine satu minggu lebih mahal dari toiletries dia setahun. Ya dia kan mandi pake sabun colek!
"Purrine udah maafin kakak, ya?" Mommy muncul dari dapur dengan celemek pink manisnya. Di tangannya ada sepiring kue mangkuk yang masih mengepulkan uap panas. Aku nggak suka kue mangkuk. Zedd benci kue mangkuk. "Tenang, ladies. Kue mangkuk ini buat arisan nanti sore. Kue buat kalian ada di dapur: kue sus fla keju. Hadiah karena kalian udah jadi anak manis-manis pagi ini."
Aku melompat. Zedd juga melompat. Purrine terlempar ke udara karena Zedd melompat. Tapi kali ini aku nggak peduli, ini momen berantem kue kami. Aku harus dapet kue yang taburan kejunya paling banyak, bentuknya paling sempurna dan bagian bawahnya nggak gosong. Zedd biasanya ambil kue yang aku incar, karena itu kami balapan sampe ke dapur.
**
"Vairy, apakah kamu sudah belajar untuk kuis kimia jam kedua nanti?"
Aku tersenyum ke Hanna, maksud aku Maesaroh. Aku panggil dia Hanna sebab dia cantik kaya Dewi Sandra waktu main sinetron Islami lalala lilili. Hanna itu setengah Pakistan, setengahnya lagi Aceh. Aku suka banget sama matanya yang belok dan garis matanya yang alami. Aku juga kagum sama cara dia menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pokoknya menurut aku sih dia itu rebel, coba, mana ada anak di Indonesia yang masih pake kata 'apakah' waktu nanya ke temen sekelasnya?
"Udah, Hanna. Kamu mau duduk di sebelah aku?"
"Aku bukan Hanna, Vairy, melainkan Maesaroh. Aku memohon padamu supaya kamu tidak mengganti namaku. Maesaroh adalah nama pemberian orang tuaku, mereka memberiku nama itu karena artinya yang indah."
Baiklah.
"Kalau Vairy mau, silakan duduk di sebelahku. Mae enggan berpindah tempat duduk, terlalu riskan zinnah mata."
Buset.
Akhirnya aku pindah dua bangku ke depan. Aku nggak keberatan ngasih contekan ke Hanna, meski biasanya habis nyontek dia akan ke Mushola buat pengakuan dosa. Dia lemah pelajaran Kimia, katanya banyak nama-nama yang tidak sesuai kaidah Islami, bikin dia pusing tujuh keliling. Nah, kalo pas pelajaran Agama, aku gantian nyontek Hanna. Dia bisa kerjain huruf arab gundul sambil pake celak arab, seperti aku kerjain matematika sambil rapiin alis. Hanna nggak rapiin alis, dia bilang itu haram. Nehi, nehi. Aku nggak opposed dia, of course-nggak kaya Tiara yang akan langsung rapiin alis pake gunting kebun di depan muka seseorang kalo dikatain haram-aku senyum aja, tapi kerjain apa yang aku mau. Rapiin alis itu my nature call.
Oh. Aku sudah nggak terlalu mikirin Jerome, by the way. Aku merasa enteng sekali setelah aku bentak dia kemaren itu. Aku udah bebas seperti burung camar terbang di atas lautan. Meski entah kenapa, aku ngerasa Jerome justru makin sering ketauan lagi ngeliatin aku. Tadinya aku nggak sadar, sampai beberapa anak berandalan yang berkuasa di tempat duduk belakang tiba-tiba sorak-sorak ngeledekin Jerome. Kata mereka, Jerome curi-curi pandang ke aku terus.
Hal lain yang bikin aku nggak terlalu mikirin Jerome, tentu saja, itu. Manusia ganteng yang selalu udah senyum-senyum di depan pintu kelas aku tiap jam istirahat atau jam pulang sekolah. Kata Zedd, itu habbit Liam. Dia selalu pura-pura mules lima menit sebelum bel apa aja, supaya bisa ngacir duluan ke tempat-tempat yang dia suka. Aku nggak bilang ke Zedd kalo sahabatnya itu masih godain aku mulu. Aku juga nggak bilang kalo Liam cinta aku, aku nggak mau Zedd masuk rumah sakit karena muntaber.
Aku pikir Liam akan ngejauhin aku gara-gara tempo hari aku usir dia. Aku curiga dia punya penyakit amnesia kaya Lucy di 50 first dates. Itu yang kalo pagi langsung lupa sama memori dia sebelumnya. Soalnya, dia kaya nggak punya harga diri aja gitu. Udah diusir masih aja deket-deket.
"Cantik, sini! Sini!" panggil Liam nggak punya aturan. Masih nggak apa-apa ya kalo dia panggil cantiknya pas kami berduaan, bukan di depan kelas sambil lambai-lambai centil seolah dia pacar aku. Aku kan malu, temen-temen aku jadi ikutan panggil aku cantik. Nggak Liam, nggak Tiara-- nggak cowo yang cinta aku, nggak sahabat aku-semua bikin aku officially bencong.
Aku ngelangkah cepet ke arah Liam, aku seret dia ngejauh dari kelas aku. Seperti biasa kalo aku pasang tampang galak, Liam justru makin excited. Udah dua hari ini aku pulang barengan sama Liam, sebab Pak Budi selalu lembur nganterin Dad kemana-mana. Dad lagi sibuk-sibuknya di kantor. Biasanya aku dapet uang lebih buat naik taksi, setelah tawar menawar panjang dengan Mommy tentu aja. Aku suruh Mom milih, kasih aku uang taksi atau bayarin perawatan tubuh aku yang akan gosong kalo aku bonceng Zedd naik motor.
Mom nggak suka aku deket-deket Liam sejak tahu aku gay. Mom bilang aku dan Zedd harus stay virgin sampe kami nikah nanti-like Oh my God. Tapi, berhubung nebeng Liam bisa hemat ongkos taksi, Mami akhirnya nyerah. Tiap aku berangkat sekolah, Mommy tiup-tiup ubun-ubun kepala aku. Katanya itu perlindungan buat anak perawan, Bik Nila yang kasih tahu. Bik Nila itu suka yang mistis-mistis, aku curiga dia suka ngepet tiap malem jumat. Habis, dia suka matiin lampu kamar dan pasang lilin. Zedd pernah bilang, bik Nila ucap-ucap mantera tiap mau tidur. Aku bilang itu doa sebelum tidur, Zedd. Zedd baru tahu ada doa sebelum tidur.
Meh!
Jujur aja, aku mulai ada debar-debar rasa sama Liam.
Habis dia manis banget kalo berduaan. Kalo kami jalan ke Alfamidi, dia selalu ambil posisi di kanan aku. Waktu kami nyebrang jalan dua arah, dia nyeberang di sisi kanan aku lalu di tengah jalan dia pindah lagi ke sisi kiri aku. Ngelindungin aku. Kalo aku mau ambil sereal yang letaknya di rak paling atas, dia selalu ambilin buat aku-padahal aku kan sama tingginya sama dia. Aku bisa ambil sendiri. Liam juga udah bisa bedain mana Ultramilk mana Indomilk. Dia tahu aku suka coklat yang pake almond, bukan kacang mede. Dia mulai ngerti apa fungsi timun buat kesegaran mata, meski dia nggak berhenti pake timun masker aku buat cemilan dia.
Iya, dia mulai sering main ke kamar aku. Kami sering ciuman dan aku mulai nyaman baca buku sambil dipeluk Liam dari belakang. Tapi aku belum cinta Liam. Liam juga nggak paksa-paksa aku buat ngentot lagi lho. Nggak tahu deh. Aku jadi makin lemah aja sama Liam. Aku kan gitu orangnya, nggak bisa dikasarin tapi langsung lemah kalo disayang-sayang.
Karena Liam sering di samping aku, aku jadi jarang chat lagi sama Spankme Senpai. Aku hampir lupa soal rencana move on itu. Liam itu over protektif, kalo aku deket dia, aku nggak boleh mainan handphone. Waktu aku protes aku harus mainan apa, dia bilang aku boleh mainan kontol dia kalo aku mau. Tentu saja aku nggak mau.
Ew!
Kaya sore ini, aku janjian sama Tiara, Nana dan Bunga buat jalan sore-sore di mall. Dia nggak kasih aku jalan berempat, dia mau ikut.
"Jadi..." Tiara cemberut sambil kikir kuku, itu tandanya mood dia lagi buruk. Terakhir kali kami jalan dan dia kikir kuku adalah waktu juniornya di cheers pacaran sama mantan dia yang masih membekas di hati. Jangan tanya nasib anak itu, ya? Please. Aku nggak kuat ngebayangin anak itu alisnya digundulin sama Tiara.
Nana juga sulking, dia nggak mau lepas dari aplikasi mangarocksnya-baca ulang tiga kali Sunao Ja Nai Kedo. Bagian yang diulang tentu aja chapter empat. Chapter Shinomone thrust thrust kontol dia ke lubang pantat Yuki-Chan like semalam suntuk, ampe Yuki-Chan lemes mau mati.
Bunga nopang dagu sambil mainin sedotannya.
Aku pasrah aja kalo mereka bertiga mau bunuh aku sekarang saking aku malunya.
"Gue sama Nana dan Bunga udah bentuk team detektif buat selidikin Stevan itu gay atau enggak. Kesimpulannya masih simpang siur..." Tiara diem lagi, kikir kukunya masih dia gesak gesek terus bikin hati aku miris. Itu kutikula dia udah hancur lebur, sekarang dia mulai ngerusak kuku cantiknya sendiri.
"Keep going..." kata aku grogi.
Tapi Tiara nggak mau keep going. Dia flip table, nyaris flip table maksud aku. "Gue nggak bisa keep going kalo piaraan lo itu masih duduk satu meter dibelakang kita dengan muka senyum-senyumnya yang menjijikkan! Lihat dong senyumnya tuh. It's disgusting. Send him away. Panggil satpam, panggil dokter, dia harusnya dikarantina dan diterapi hipnotis biar pindah ke Kepulauan Aru. Dia nggak ngerti apa kita lagi rapat fujoshi, hm?"
Aku mendesah.
Yang dimaksud Tiara tentu aja Liam. Aku menoleh ke arahnya dan dia ngasih kecup jauh ke aku. Dia kaya bayi tanpa dosa gitu mukanya, mana dia peduli kalo Tiara mencak-mencak gitu? Mereka selalu lost in translation kalo adu mulut. Liam terus aja nanya Tiara ngomong pake bahasa apa, sementara Tiara hampir putus urat lehernya.
Sesorean ini dia ngikutin kami. Aku suruh dia pulang, dia nggak mau. Dia bilang mau jalan-jalan juga. Kami belok ke konter kosmetik, dia ikut nyobain parfum. Kami masuk ke konter baju cewe, dia sibuk godain mbak-mbak SPGnya bikin aku cemburu. Eh bukan cemburu. Maksud aku malu. Bukan cemburu, ya. Aku kan nggak cinta sama Liam. Tiara masuk ke konter lingerie, aku sama Liam diusir keluar. Ladies only kata mbaknya garang, huh! Padahal aku kan mau cobain yang berenda-renda pink di manekin yang badannya segede Hulk Hogan itu!
Akhirnya kami cape mau duduk-duduk, Liam duduk di meja kosong paling deket sama meja kami.
Sampai akhirnya, pertolongan datang. Zedd secara nggak sengaja juga lagi jalan sama temen-temennya di mall yang sama. Aku pengen sembah kembaran aku aja rasanya waktu Liam diseret paksa sama Zedd buat main ke TimeZone.
"Menurut gue," Tiara berdehem, kali ini sambil olesin base coat ke kuku dia. "Stevan itu homo. Lihat aja dia sukanya jalan sama cowo-cowo. Sometimes, gue ngeliat dia adu dada di lapangan basket habis cetak skor. Can you believe that? Dada sama dada. Puting sama puting, gesek-gesekan gitu. Gue yakin dia homo."
Aku puter bola mata aku.
Bunga menyahut, "Kalo gitu, semua pemain bola sama basket di dunia ini homo dong, beb?"-She got the point!
"Gue nggak yakin dia homo," Nana angkat bicara. Akhirnya dia tutup aplikasi baca komik scan di handphone-nya. "Kalo dia homo, harusnya dia udah jalan ama kita-kita. Kaya Vairy aja gimana. Pake kutek, rapiin alis. Lo lihat nggak alisnya? Tebel banget gitu, nggak rapi, memangnya dia sekeluarga ama Maesaroh?'
"Please deh, Ngek!!!" bentak Tiara. "Cuma botty yang jalan sama cewe-cewe dan nyolot waktu diusir dari konter Lingerie!"-Dia ngelirik aku. Aku buang muka. "Stevan itu top. Dia homo for God's sake! Cuma masih denial aja. Kembarannya Vairy juga homo, tapi dia berandalan kaya preman terminal. Homo itu terbagi menjadi dua kategori. Homo bencong dan homo tukang sodomi. Selain itu masuk kategori homo denial. Paham?"
"Enak aja! Aku nggak banci, tauk!" sungut aku kesel.
Tiara, Nana dan Bunga saling tatap. Nana yang duluan ngelus tangan aku, "Yes, dahling. Kamu nggak banci kok. Kamu cuman cantik aja, feminin kaya drag queen terpelajar. Tiara kan emang suka gitu mulut pelacurnya. Dia mana ngerti jaga perasaan orang, hm?!"
Tiara nunduk nyesel diserang pelototan mata Nana.
Aku udah bete duluan. Nggak berminat lagi dengerin diskusi mereka tentang team detektif buat nyelidikin kadar homo-nya Jerome. Nggak penting juga buat aku. Memangnya, kalo Jerome homo lantas dia pasti sayang aku? Cinta aku kaya aku cinta dia? Nggak kan? Memangnya lantas asal sama-sama homo, then we dum dum doo bi doo bi doo just like that. Ngentot sih mungkin. Cinta? Sayang? Belum tentu. Aku nggak mau. No. No.
Tadinya sih aku memang bilang aku bisa aja ngentot sama Liam tanpa perasaan, aku pikir aku bisa kaya Zedd yang bisa punya fuck buddy. But look at me now. I am not Zedd and i don't need to be Zedd at all. Baru dilindungin sama Liam aja aku doki-doki. Apa kabar ngentot? Aku bisa minta dia nikahin aku nanti. Not gonna happen. Aku nggak akan jadi botty tukang kejar-kejar, aku akan jadi botty yang dikejar-kejar. Aku akan dilamar di atas perahu di sore hari di tengah danau, bukan memaksakan cinta ke homo denial. Meski cinta aku sudah terpendam bertahun-tahun, nah nah! Never. Not gonna happen.
"Beb! Hape lo geter tuh." Nana nyubit tangan aku yang lagi ngelamun.
Oh. Notifikasi dari facebook messanger.
Spankme Senpai
Hai.
Tetsuhiro Morinaga
Hai juga.
Spankme Senpai
Kok nggak pernah ada kabarnya? Message gue sering dicuekin, nih... Udah baikan sama gebetan lo?
Aduh, aku senyum-senyum sendiri di-chat sama makhluk satu ini. Untung the babes lagi sibuk ngurusin Jerome.
Tetsuhiro Morinaga
Oh, sorry. Soalnya aku lagi punya anjing baru. Dia bikin aku sibuk setengah mati. Kemana-mana selalu aja ngikutin aku. Aku nggak bisa ngapa-ngapain.
Anjingnya namanya Liam. Tapi aku nggak bilang gitu.
Spankme Senpai
Lo suka anjing juga?
Tetsuhiro Morinaga
Siapa yang nggak suka anjing?
Spankme Senpai
Tukang soto tetangga gue. Dia udah haji tujuh kali, kalo lihat anjing dia pasti jongkok lalu ngerapal mantera. Kalo anjingnya dateng ke warung dia, disambit. Katanya malaikat nanti nggak mau masuk.
Tetsuhiro Morinaga
OH. Jadi warung soto dia bukan cuma buat manusia aja, gitu? Malaikat juga?
Spankme Senpai
Lo lucu deh. Gue kangen.
Aku blushing dikangenin.
Spankme Senpai
Gue juga suka banget sama anjing, gue punya anjing dirumah lho.
Tetsuhiro Morinaga
Really? Cool.
Spankme Senpai
So? Kita jadi nggak ketemunya? Kebetulan sore ini gue nggak ada kegiatan klub. Maklum udah kelas dua belas, jadi kegiatan dikurangin. Lo lagi sibuk?
Tetsuhiro Morinaga
Nggak kok. Aku lagi jalan aja sama temen.
Lalu kami ngobrol kesana kesini. Ngomongin apa aja nggak habis-habis. Aku sengaja muter-muter karena takut kalo Spankme Senpai ngajak ketemuan sekarang juga. Aku udah kasih tau sih aku lagi di mana, tapi aku nggak mungkin ninggalin the babes. Mereka bisa suntik mati aku kalo ninggalin mereka demi cowo nggak jelas. Girls are scary, fujoshi are even scarier. Kalo mereka udah shipping, they won't let anyone sank their ship. Aku udah dipatok mati ama Jerome. Jadian sama orang lain berarti cari musuh. Cari mati sengsara.
Tapi itu gampil gampil gampil alias gampang kaya upil. Aku tinggal bilang sama mereka kalo Mommy suruh aku pulang, lalu aku diem-diem temuin Spankme Senpai. Aku bilang aja kalo Zedd udah nungguin aku pulang bareng, sebab Mommy mau di roll-in rambutnya buat ke arisan. Mommy kan tiap hari arisan. Arisan berlian, arisan emas, arisan tanah, sampe arisan panci dan parutan buah. Yes. Gitu aja. Briliant, ganteng!
Masalah kedua masih ada Liam di mall ini. Liam itu serem. Dia itu bego soalnya. Masih mending yah kalo dia ngambek lantas kabur liat aku sama cowo lain, aku bisa tenang jiwa dan raga temuin Spankme Senpai. Nah ini? Bisa-bisa dia malah join ngobrol lalu sibuk nanyain orang ini pake bahasa apa. Just to annoy people. Kapan aku dapet pacar coba kalo kemana-mana aku dikira babysit orang gila?
Oh. Aku coba bbm Zedd aja.
Variant Ganteng Altama
Zedd. Still with Liam?
Zedd Altama
Yep.
Variant Ganteng Altama
Hold him still. Don't let him out of your sight, okay?
Zedd Altama
Why? Dia udah daritadi ribut mau balik ke tempat lo. Gue ada janji sama Herr. Ray bentaran lagi. Can't promise you that.
Variant Ganteng Altama
Just do it, Zedd. For once, make yourself useful for your brother, okay?!
Aku end chat bbm.
Buka Inbox messanger.
Tetsuhiro Morinaga
J-CO ya, senpai. Aku di bawah pot bunga paling gede di pojokan. See you later, aligator!
Spankme Senpai
After a while, crocodile!
Rencana berjalan mulus kaya paha aku aja gimana. Aku dadah-dadah ke arah the babes yang mutusin pulang karena nggak akan seru hang out tanpa aku. Aku punya alasan pisah sama mereka di pintu mall, sebab Zedd bawa motor dan the babes naik mobil Tiara. Begitu mereka nggak keliatan, aku langsung lari-lari kecil ke toilet. Mau mastiin muka aku nggak berminyak.
Dan kaya pertemuan-pertemuan aku dengan kebanyakan cowo ganteng di dunia ini, aku nyeruduk seseorang dan bikin dia kejedot pintu toilet. Pang! -gitu suaranya. Aku minta maaf sambil ketawa manis. But oh oh. Lihat siapa yang berdiri di depan aku sekarang.
"Gila ya. Ketemu lo tiga kali, tiga-tiganya lo bikin gue jantungan!"
Aku cemberut, what a bad timing! "Enak aja, yang kedua kan kamu yang jedotin aku ke pintu klinik dokter Sayekti!"
Anjas lipat tangan dia di depan dada.
"Minggir, aku mau pipis!" kata aku. Aku dorong dia ke samping dan aku masuk dengan leluasa ke dalem toilet cowo. Aku tentu aja nggak pipis, aku keluarin face paper aku. Muka aku nggak berminyak, kok, tapi aku tetep mau keliatan the best waktu ketemu sama Spankme Senpai. Ya Tuhan. Ya Tuhan. Ya Tuhan. Semoga dia ganteng.
"Nggak jadi pipis?"
Ya ampun, ngapain sih dia balik lagi, hm?
"Nggak. Kamu kenapa balik lagi, hm? Mau pipis lagi? Kamu beser ya? Makanya kalo pipis dicuci yang bener, jangan kaya Zedd jorok."
Anjas nggak ngomong apa-apa. Dia cuma berdiri di samping aku sambil ngeliatin aku dari kaca lagi lap-lap muka aku. Dia senyum-senyum sendiri ngeliatin aku. Kenapa sih dia tatapannya mengandung racun, gitu?
Anjas tetiba ngeluarin senyum miringnya yang seksi-yang serem tapi seksi. NO! SEREM maksud aku! Nggak seksi sama sekali! Dia ngelirik ke aku masih dari pantulan cermin sebelum ngedesis. Mungkin dia bisa parseltounge kaya Harry Potter, sebab suaranya barusan seperti desisan ular, "Mau ketemu Spankme Senpai, ya?"
Aku shock. Kotak face paper aku ngeluncur jatuh ke wastafel. Aku biarin aja, itu bukan yang oleh-oleh Ella kok. Itu cuma Clean and Clear beli di indomaret, lagian udah mau abis. Uh. Oh. Lho... Kok dia tahu? Aku noleh ke Anjas yang senyumnya makin lebar. Dia berjalan pelan-pelan ke arah aku. Kok dia tahu Spankme Senpai? Gimana dia tahu? Jangan bilang kalo-No way. No way. No way!
Aku nggak mau kalo itu Anjas! Aku nggak suka cowo kasar. Aku lari aja kalo gini. Spankme Senpai itu ternyata Anjas?! EW! BIG EW! No way! Aku coba lari, tapi Anjas udah duluan pegang dua tangan aku. Dia desak aku ke dinding dan maksa mau cium aku. Aku meronta tapi ciuman Anjas udah duluan mendarat di bibir aku. Ciumannya kasar, bikin aku jijik. Waktu aku berusaha gigit bibir dia, Anjas berkelit. Aku coba dorong dia sekuat tenaga aku, tapi tinjunya keburu mendarat di perut aku. BUG!- gitu bunyinya sebelum rasa mual dan nyeri menyerang keseluruh tubuh aku. Kaki aku lemas dan aku jatuh ke lantai.
Jahat. Kenapa kamu pukul aku, aku salah apa sama kamu?
Kali ini aku tahu kalo orang pukul kita, itu bukan hanya karena mereka benci kita. Mungkin, mereka cuma orang jahat yang coba bikin kita lemah, supaya mereka bisa perlakuin kita dengan sesuka hati. Aku mau leave, sebab aku nggak suka disakiti. Tapi perut aku terlalu sakit buat bergerak. Harusnya aku dengerin Daddy buat ikutan Zedd latihan Kung fu atau tinju, tapi aku takut kuku aku rusak.
Anjas mau ngapain sih? Kenapa dia jambak rambut aku sekarang? Sakit, tauk! Spankme Senpai pembohong! Kamu penjahat kelamin!
A/N
Ih Zedd-Ian mau tamat!
Yeayyyyy tapi jangan kuatir, nanti dia mau jalan-jalan cantik sama Afrika di cerita baru saya hohoho
Kata Ren2 dia mau private chapter last part nya Zedd, jadi sebagai kembaran yang baik VAriant juga mau ikut-ikutan.
HA ha ha
Sebab sampai part terakhir, kamu nggak akan berhenti melongo sama endingnya Variant-side
Ya udah deh enjoy yah!
Vote dan komen yang banyak! Awas kalo nggak, nanti saya suruh Rendi gigit kamu, dia kan ganas nggak lembut kaya saya.
Bye bye!
Muah seribu kali, sejuta kali!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top