Extra Part Variant Ganteng-Cantik Altama

Extra Part| Variant X Liam! Zedd ke laut ajah!

Mangkuk di tangan aku didorong lho. Nah. Nah. Jatuh kan.

Bad cat! Aku menggeram cantik.

Iya aku cantik kok. Kata Liam sayangnya aku, aku cantik. So aku nggak perlu ralat kata-kata aku dengan kata ganteng. Kalo dia lagi benamin kontol dia di dalam pantat aku, dia selalu meracau gitu. 'Oh cantik...', 'Enak cantik.' 'Coba kamu yang gerakin, cantik.' 'Sempit banget aku nggak bisa maju, cantik.' 'Oh iya, cantik. Oh tidak, cantik!' Gitu deh.

Aku melotot ke Purrine yang melotot ke aku. 'You don't do that to me, lady!' kata mata aku yang udah mau keluar dari ceruknya. Oh no. Habis ini harus aku pijat supaya bentuknya balik syahdu lagi kaya matanya Maudy Ayunda. Apa Purrine mengerti isyarat mata aku yang so serious ini? Dia buang muka ke kanan.

Itu berarti dia understand.

Kucing kan gitu. Mereka tahu banget apa yang kita omongin, hanya saja their basic instinct is to ignore. Makin disuruh, makin bandel. Kaya Zedd aja gimana, makanya mereka akhir-akhir ini getting along kemana-mana.

"Sini nggak kamu!"-ancam aku.

Purrine itu maunya apa sih?

Udah tau sakit, masih aja nggak mau makan. Kalo aku sakit, aku aja nurut sama Mommy disuruh makan aku mau. Minum obat, aku mau. Ini kucing udah dibujuk, 'ayo makan Purrine, nanti kamu kurus. Jelek kaya Edd!' dia malah buang muka dari aku. Udah gitu dia curling di pangkuan Zedd dan mereka putar bola mata bareng ke aku yang berkacak pinggang kaya Angelina Jolie kalo lagi sebel sama Brad Pitt.

Uh whatev deh! Susah-susah aku bikin tuna tim ala aku, dia nggak mau. Biasanya kalo Mommy yang bikinin dia tuna tim, dia seneng banget. Aku tinggalin aja mereka sambil kibas rambut halus aku yang habis aku maskerin pake Makarizo Volume and Glossy. Bentar lagi habis graduation mau aku panjangin rambut aku, biar cantik- nggak ganteng, kaya Jeong Han. Aku pernah lihat itu Hikari Atsuko di tag foto Jeong Han sama temen fujonya. So pretty. Mereka kya-kya-kya nggak tahu kalo muka aku sama cantiknya kaya Jeong Han. Nanti deh kalo aku udah come out to public, aku pasang foto aku di facebook. Biar fujo-fujo pada drolling.

Mereka itu-Purrine sama Zedd, lagi samaan patah hati. Zedd lagi sebel karena beasiswanya ngga lolos. Ya, keleus! Negara ini udah hancur karena korupsi gitu ya, masa iya mau-maunya keluarin uang lagi buat cowo yang masih mikir Jerman itu ada di benua Amerika. Like seriously, Edd? Dia bakal malu-maluin dunia yaoi Indonesia nanti. Jadi gay itu harus febeles dong kaya aku aja gimana. Pinter, ganteng-cantik, sopan dan bertanggung jawab. Zedd is none on the category. Yah meski aku sebenernya kasian sama dia. Itu berarti dia bakalan LDR-an sampai paling nggak dua tahun sama Ray. Itu juga kalo Ray nggak kecantol cowo Jerman. Sokor! Palingan dia nanti putus asa dan jatuh ke pelukan Ada.

Fu fu fu.

Aku harus ganti lagi dream book aku, nih! Sambil berdoa semoga rayuan Zedd ke Daddy buat bayarin dia sekolah tinju di Jerman nggak masuk budget pendidikan dia. Hihihi... Uh no! Aku nggak boleh jahat!

Oh iya. Purrine juga patah hati. Suaeb jatuh cinta sama Zaenab, kucing liar blok sebelah. Ini rahasia, ya? Aku yang jodohin Suaeb sama Zaenab, sebab aku nggak mau anak aku punya hubungan sama kucing domestik. Bukannya aku jahat dan beda-bedain kucing, bukan. Ini semua demi kebaikan Purrine, dia harus nikah sama kucing bangsawan juga. Kenapa? Supaya dia pertahanin darah birunya. Aku cuma Mommy yang inginkan hal terbaik buat putrinya semata wayang. Lagipula, kasian Suaeb nanti, Purrine itu seleranya tinggi. Dia mana mau dikasih makan sisa atau ikan asin, maunya Royal Canin tuna in Jelly. Diganti Whiskas aja dimuntahin. Meh! Dasar kucing nggak tahu diri. Nala yang celebrity cat aja maemnya Whizkas gitu, bisa bikin rich Mommy-nya! Sementara dia, di ajak ke kontes kerjaannya nguap doang. Nggak ada manis-manisnya sama sekali.

Sekarang dia marah sama aku. Biarin deh. Suatu hari nanti di masa depan, kalo dia lihat Zaenab hamil dan nggak dinafkahin sama Suaeb, dia akan tahu kalo Mommy-nya sudah bertindak benar. Anak perawan kan selalu kaya gitu.

"Yang... Memangnya salah ya Jerman itu di benua Amerika?"

Suara itu mengagetkan aku.

"Aku udah kasih tau Edd gitu, masa kata Edd, dia disalahin di kertas jawaban ujian beasiswanya."

Oh iya.

Liam sayangnya aku habis selesai mandi. Dia habis bobo di sini sama aku karena Mom dan Dad lagi pergi arisan ke luar kota. Ya ampun! Mommy semakin menjadi-jadi. Arisannya udah sampai ke luar kota, targetnya tahun depan mulai arisan ke luar negeri. Aku dan Edd putar bola mata sampai nyaris nggak bisa balik lagi waktu denger cita-cita Mommy itu. Daddy of course setuju, memangnya dia mau nggak dikasih pegang tetek Mommy kalo bobo? Dad kan nggak bisa bobo kalo nggak sambil kenyot atau paling nggak mainin dada Mommy. Oh. Puh-lease!

Tapi nggak apa-apa, kalo Mom dan Dad nggak di rumah, aku bisa main rumah-rumahan sama Liam setiap hari. Kami jadi keluarga homo yang sakinah gitu deh, aku bahkan masakin Liam kue-kue. Aku coba bikin kue sus fla keju kaya Mommy biasa bikin. Edd bilang kue buatan aku selain bentuknya kaya eek Purrine, rasanya kaya play dough. Kurang ajar! Tentu aja itu bohong, buktinya Liam selalu nangis kalo aku suruh habisin kue bikinan aku. Itu tandanya dia terharu saking enak rasanya. Aku sih nggak nyobain, itu kan aku bikin dengan segenap cinta dan sayang aku. Masa aku makan sendiri?

"Ngapain sih ngomongin gituan, yang?" tanya aku kemudian, sambil aku duduk di pangkuan Liam.

"Yang! Jangan gitu dong!" Bibir Liam merengut lucu, badannya mundur-mundur. "Nanti berdiri lagi, keluar lagi, harus mandi besar. Nanti siang kan jum'atan!"

"Halah!" kibas aku gemas. "Kaya kamu jum'atan aja sih, yang!" -Aku lingkarin lengan aku di leher Liam sekarang. Oh. Oh. Ini dia. Liam-sayangnya aku ini gampang banget berdiriin kontolnya, digesekin dikit di belahan pantat aku aja langsung menyapa helo. Kalo lagi aku isep juga gitu, baru dibebasin dari celana dalem-tuing aja udah langsung menampar muka aku. Helo- Helo- Helo seolah mulut kepala kontolnya ngomong gitu.

Aduh aku sebenernya nggak suka ngomong kontol. Sounds eyuh. Tapi punyanya Liam-sayangnya aku memang besar dan panjang, jadi kalo dipanggil titit takutnya nggak nengok.

Like always, Liam-sayangnya aku selalu luluh sama pesona dan sex appeal aku. Tanpa aku suruh, lengannya udah melingkar di pinggang aku sementara mulut kami saling memagut lembut. Lembut. Lembut. Sampai aku mulai mengunci pinggul Liam dengan ke dua kaki aku dan aku mainin putingnya yang imut dengan jari aku yang ternutrisi, ciuman kami masih lembut. Begitu puting Liam bisa dipelintir, aku melakukannya dengan pelan. Aku cubit, Liam mendesah berat. Aku cubit lagi, Liam menyebut nama aku 'Iaaaaaan' panjang gitu kaya kontolnya. Kalo aku cubit lagi, pasti aku di-push down kaya Souichi senpai.

Nggak mau ah!

Aku capek ya semaleman kami udah ngentot. Eyuuuuuh. Maksud aku making love- lah ya. Aku sama Liam-sayangnya aku kan lagi lovey dovey. Liam is so seterong. Sampe lubang pantat aku sakit binggo. Ngga lecet sih, tapi kaya perih gitu. Kaya habis lahiran pup sebesar kontol Liam, pas udah lepas, rasanya lubang pantat aku masih ngebuka gitu deh. Maklumlah aku kan baru lepas keperawanan. Ini harus dirawat dulu, sebelum kami bercinta yang selanjutnya. Aku nggak mau Liam nggak puas kalo jepitan pantat aku nggak ketat lagi. Nanti dia tinggalin aku. Dia kan straight.

Uh!

Somehow, excitement aku langsung surut begitu aku ingat itu lagi. Aku takut kalo suatu hari Liam bosan sama aku. Sekarang sih dia masih jadi budak cinta aku. Kaya pug gitu. Di suruh duduk, duduk. Disuruh lari, lari. Disuruh tusuk pantat aku, happy. Nanti kalo dia sadar kalo dia bukan gay gimana? Like oh la la dia ketemu cewe yang tete-nya gede kaya Jupe lalu dia nggak mau aku lagi? Kokoro aku pasti hancur. Zedd pasti ngeledek aku. Oh aku tarik ucapan aku tentang Zedd jatuh ke pelukan Ada, nanti aku kena karma.

Nggak mau. Nggak mau. Nggak mau.

"Yang... Kamu kenapa? Kok geleng-geleng?" Liam sentuh pipi aku, mengarahkan mulut aku ke mulutnya tapi aku mundur-mundur cantik.

"Errr... Nggak apa-apa..." jawab aku manis kaya biasanya aja gimana. Aku turun pelan-pelan dari pangkuan Liam, bikin bibir Liam melenguh kecewa. Aku senyum dan ulurin tangan aku, "Ya udah, turun yuk. Aku masakin kamu nasi goreng, ay..." kata aku.

Muka Liam somehow memucat "Nasi goreng?" tanyanya ngeri. Meh! Apa maksudnya, hm? "Kita makan di luar aja yuk, ay. Aku yang bayarin. Aku habis menang taruhan bola sama Edd semalem. Kamu mau makan apa?"

"Nggak usah..." kata aku bijaksana. "Uangnya kamu tabung aja... Nanti kan kita mau kuliah di Singapura. Meskipun Daddy kamu juragan angkot, kamu harus tetap hemat, yang... Sekarang kita maem dulu, yuk... Nanti di Singapur biar kamu terbiasa sama masakan aku. Oke,baby... Yuk! Kamu juga harus belajar bahasa Inggris lebih keras lagi. Kamu udah tahu kan gimana caranya nanya nama orang? Yang kemaren aku ajarin itu?"

Liam nggak ngejawab, malahan menelan ludah beberapa kali. Dia jorok banget sih! Kalo haus kan minum, jangan telan ludah. Aku tampar tembolok Liam sekali biar dia nggak telen-telen ludah lagi. Liam batuk-batuk.

"Yang! Ayoook!" kata aku manja. Aku tarik-tarik tangan Liam sampai akhirnya cowo ganteng sayangnya aku itu berdiri lunglai. Demikian juga kontolnya. Maksud aku, kontolnya lunglai juga, bukan berdiri juga.

Seudah Liam pake celana dan kausnya, aku gandeng lengan Liam mesra keluar kamar. Zedd juga lagi keluar kamar.

"Edd!" kata Liam girang, "Makan nasi goreng, yuk?" ajaknya.

Zedd menjawab dengan girang juga, "Yuk! Lo yang bayar!"

"Nasi goreng buatan aku..." sambar aku manyun. "Kalo kamu maksa mau makan juga, ya udah nggak apa-apa aku bagi---"

"Sorry ya!" seru Zedd kejam, potong kalimat aku. "Gue belum mau mati! Kalian berdua aja sono mati bareng!" gitu katanya, lantas berjalan sambil menghentak-hentakkan kaki melewati kami.

"Ih... Dia kenapa sih ya, yang? Kayanya dia udah mulai sinting gegara udah lama nggak nganu-nganu. Untung Purrine itu cewe, kalo cowo, mungkin udah diperkosa sama Edd. Ya yang, ya?"

Liam (entah kenapa) ngangguk sambil lap keringat di jidatnya. Oh. Mungkin sayang aku ini udah laper banget dan nggak sabar mau makan masakan aku. Uh la la.

**

Liam udah ngga sayang aku lagi.

Tetsuhiro Morinaga

Where is the love? :-(

Kirim.

87 Likes

Anisa Jamalenda

Kyaaa kyaaaa... Apa kabar? Kok nggak pernah keliatan? Duh yang udah in a relationship. Gimana esek-esek, lancar? Kenapa kok sedih?

Rendi Febrian

Avada Kedavra!

Halaone Pevensie

Bencong drama!

Ipul R Setiawan

TEAM VARIANT X LIAM. YAYYYYYY!!!! AKU SHIPPER KAMU LHO! SORRY CAPSLOCK AKU JEBOL.

Huh!

Aku mau remove ini Rendi Febrian sama Halaone Pevensie. Mereka jahat dan suka fitnah aku banci. Kurang ajar! Dasar bencong teriak bencong! Aku itu nggak banci, ya! Aku itu feminin dikit tapi nggak banci. Cantik tapi nggak banci. Huh! Bukan cantik. Aku ganteng. Liam jahat! Dia nggak sayang aku lagi, aku nggak mau dibilang cantik lagi. Aku ganteng ganteng ganteng!

Bayangin, masa dia nggak datengin aku waktu jam istirahat pertama dan kedua. Dia nggak ada Line atau bbm aku sama sekali. Aku udah nggak lihat muka dia selama enam jam tiga puluh menit delapan belas detik selama di sekolah! Padahal biasanya Liam selalu munculin muka ganteng dia lima menit sebelum bel istirahat terdengar. Sampai pernah diseret sama guru bimbingan konseling karena dia selalu ada aja alasan buat keluar lebih awal dari yang lain, supaya bisa jemput aku buat pacaran di belakang perpustakaan.

Kaya hari-hari dia pendekatan sama aku dulu. Di sana, aku selalu bisa dengar lagu itu seperti disenandungkan oleh ranting-ranting bambu I look to you... I look to you... when all the memories are gone, in you i hear a song... i look to you... gitu.

Aku kan sebel. Hari ini aku sengaja bawa bekal buat dia. Aku udah kasih tahu itu lewat bbm tadi pagi, tapi di READ doang.

Aku tanya Zedd aja deh.

VARIANT GANTENG ALTAMA

PING!!!

PING!!!

ZEDD ALTAMA

What?

VARIANT GANTENG ALTAMA

Kamu lagi sama Liam?

ZEDD ALTAMA

Nggak.

VARIANT GANTENG ALTAMA

Lagi sama Ada?

ZEDD ALTAMA

Mau mati lo?

End chat.

Huh! Kok dia nggak sama Zedd sih? Kemana coba?

Fix. Liam jauhin aku. Dia nggak cinta lagi sama aku. Oh. No. Pasti dia lagi dekat sama anak perempuan sekarang. Aku sering lihat kok Liam diam-diam curi-curi pandang ke cewe kalo lagi jalan sama aku. Kata Tiara itu aku lagi delusional aja karena kebanyakan minum sperma straight. Tiara juga nyebelin. Kalo aku lagi ngerasa insekuritas tinggi sama Liam, dia selalu bikin aku menguatkan keyakinan aku. Tapi, nanti kalo aku udah yakin apa yang dia bilang itu benar, biasanya dia langsung marah-marah.

"Makanya, bencong. Gue bilang juga apa. Lo sih pacaran sama straight! Cowo straight itu semuanya brengsek when they come to a gay guy. Palingan juga kalo mereka bosen sama yang sempit-sempit, mereka mulai nyari-nyari lagi yang elastis dan nggak usah ribet pake pelicin kalo mau ngentot. Ik udah bilang yey sama Jerome aja. Dia masih cinta sama yey orang, tauk. Tuh lihat matanya. Masih aja suka lirik-lirik ke yey! Lo lihat dong tuh, cong! Lihat!!!"-Dikutip persis seperti apa yang keluar dari mulut pelacurnya.

Tapi itu benar.

Jerome masih suka senyumin aku penuh arti. Kadang di kelas, dia sering nanyain aku penuh perhatian. Apalagi kalo ada kuis, dia pasti langsung minta duduk di sebelah aku dengan mesra. Meh! Itu sih dia mau nyontek jawaban kuis aku aja!

But seriously, Jerome memang masih ada rasa sama aku. Maesaroh aja ngerasa. Dia bilang gini, "Vairy, entah mengapa aku merasa Stevan begitu sering memperhatikanmu. Ingat Vairy, kalian sama-sama laki-laki. Jangan sampai kalian terlalu dekat satu sama lain hingga tumbuh benih cinta. Itu dilarang Agama. Apakah kamu mengerti, Vairy?"

Aku biasanya salah jawab begini, "Aku mengerti, Hanna..."

Lalu Maesaroh akan jawab seperti biasa, "Aku bukan Hanna, Vairy, melainkan Maesaroh. Aku memohon padamu supaya kamu tidak mengganti namaku. Maesaroh adalah nama pemberian orang tuaku, mereka memberiku nama itu karena artinya yang indah."

Aku nggak ada putar bola mata, sebab itu akan menyakiti perasaan Hanna. Maksud aku Maesaroh.

Aku cek handphone aku sekali lagi, tapi tetap nggak ada pesan dari Liam. Kamu kenapa, Liam? Kamu udah nggak sayang sama aku lagi? Bulir-bulir air mata udah mulai siap membasahi pipi aku. Kokoro aku udah terancam bahaya. Aku menghirup udara memenuhi rongga dada aku, tapi saat aku menghembuskannya, kokoro aku justru terasa semakin pedih.

Ada apa ini? Rasa rindukah atau tanda bahaya? Kaya di lagu itu.

Tulut!
Oh. Aku kaget. Ada notifikasi facebook messanger.

Spankme Senpai

Hai

Jantung aku mencelos. Aku buru-buru dekap handphone aku ke dalam dada aku. Sudah lama banget aku nggak dapat message dari nama itu. Oh it brings back memories. Aku palingkan wajah aku ke kanan, kosong. Ke kiri, tembok. Aku putar kepala aku perlahan-lahan dengan anggun dan jantung aku berdebar-debar seperti bunyi ketipung yang waktu kecil dihancurkan the curious Zedd.

Di bangku paling belakang, aku melihat wajah tampan itu tersenyum untuk aku. Aku tersipu-sipu. Hati aku yang seperti bunga mawar seakan-akan berkembang malu-malu. Jerome menatap aku dengan tatapan yang manis, semanis senyumannya. Aku nggak sengaja gigit bibir bawah aku, lantas buru-buru aku palingkan wajah aku kembali ke depan. Aku menunduk.

Ya ampun...

Tetsuhiro Morinaga

Hai... Apa kabar, senpai?

Spankme Senpai

Baik, kohai. Nggak pulang bareng pacar?

Tetsuhiro Morinaga

Senpai nggak pulang?

Spankme Senpai

Nungguin kohai. Wanna make sure kamu pulang bareng pacar kamu, supaya aku yakin kamu sampai rumah dengan selamat.

Aku mati bersama Hayati di rawa-rawa.

Tetsuhiro Morinaga

Senpai pulang aja... Kayanya aku nggak dijemput pacar aku. Aku pulang naik taksi aja

Spankme Senpai

Liam kemana?

Aku jawab apa ya? Aku malu. Gimana kalo Jerome tahu hubungan aku dan Liam udah nggak harmonis lagi enam jam belakangan ini? Oh dia pasti akan tersenyum bangga, salah sendiri kamu ninggalin aku? Gitu misalnya.

Iya. Kenapa sih aku ninggalin Jerome? Remind me, please. Kenapa aku meninggalkan cowo berwajah Afgan yang mencintai aku ini untuk cowo yang nggak ada kasih kabar selama enam jam ke aku? Enam jam! Bukan enam menit!

Bayangkan!

Spankme Senpai

Pulang bareng aku aja daripada naik taksi

Oh ya Tuhan! Gimana dengan rambut aku?

Spankme Senpai

Nanti rambut kamu dirumah langsung dicuci biar nggak berantakan lagi.

Oh ya Tuhan lagi! Dia begitu mengerti aku.

Tetsuhiro Morinaga

Senpai nggak apa-apa antar aku pulang?

Spankme Senpai

Nggak apa-apa. Sekalian jalan pulang, kok. Yuk!

Aku nggak jawab apa-apa lagi, sebab Jerome udah berdiri di samping aku. Sewaktu aku dongakkan kepala aku, muka Afgannya tersenyum lebar sambil mengangguk, bikin aku membalas anggukannya dengan pasrah. Aku beresin barang-barang aku: pensil mekanik, pensil 2b, stabilo, spidol 12 warna, pensil warna, pulpen biru, pulpen ijo, pulpen item, liquid tip-ex, paper tip-ex, penggaris, penghapus, buku pelajaran, buku catatan, post-it, notes dan diary aku. Eh. Kok aku bawa-bawa diary aku ke sekolah sih! Buru-buru aku sembunyiin dari Jerome, nanti dia tahu aku masih tulis diary sampai umur delapan belas. Kata Zedd itu memalukan, tapi kata Liam itu nggak masalah. Itu imut. Aku lebih percaya siapapun-lah dibanding Zedd.

Huh! Aku benci Liam!

Meja aku udah bersih, aku mengikuti langkah Jerome yang berjalan di depan aku. Dari tempat aku mengikutinya, aku diam-diam perhatiin bagian belakang tubuh Jerome. Oh lihat sosoknya dari belakang itu. Aku pernah bisa memeluk punggung itu semau-mau aku. Lihat rambutnya yang halus, apa rasanya masih lembut kalo aku sentuh seperti dulu? Lihat bahunya yang lebar, aku masih ingat gimana rasanya saat bahu itu bergesekan dengan bahu aku. Oh Geronimo bertopi bulu kemoceng kesayangan aku...

Waktu aku terbuai mengingat-ingat Jerome, tetiba sosok itu berhenti melangkah dan berbalik menghadap ke arah aku. Sontak aku ikut berhenti melangkah. "Ian!" panggil Jerome lembut, "Kok jalannya lama banget?" tanyanya. Tangannya terjulur ke depan, menunggu aku menyambutnya.

Aku bimbang, ya Tuhan... Haruskah aku sambut uluran tangan itu?

Oh kenapa tidak?

Liam udah menelantarkan cowo seganteng aku selama enam jam lima puluh tujuh menit tiga belas detik. Aku menjulurkan tangan aku juga, meskipun ragu-ragu. Kini, ujung jari terpanjang aku hanya berjarak beberapa centi meter dengan ujung jari Jerome. Cowo itu tersenyum, mengulurkan lengannya lebih panjang lagi dan membalik telapak tangannya.

Tiba-tiba aja...

PLAKKK!!!

"Aw!" aku menjerit seperti princess sambil secara refleks menarik tangan aku. Di depan aku, udah berdiri Liam dengan wajah yang kecewa. Sementara di balik punggungnya, ada Zedd jelek sedang menghadapi Jerome.

"Ian!" sebut Liam kecewa.

Aku palingkan wajah aku buat menghindari tatapan Liam.

"Bencongnya udah taken, bro. Shoo shoo!" kata Zedd ke Jerome. Aku bisa melihat Jerome mencebikkan bibir dan mengangkat bahunya sebelum berbalik menjauh. Zedd juga menjauh tanpa ngomong apa-apa, meninggalkan aku dan Liam berdua.

"Kamu ngapain sama bulu ayam itu?" kata Liam sengit, kedua tangannya mengguncang bahu aku dengan kasar.

"Aduh sakit tauuuuk!" kata aku kesal. "Salah sendiri kamu cuekin aku selama tujuh jam! Seharian nggak ada kabar, hm? Kemana aja kamu? Pasti kamu godain cewe-cewe, kan?!"

"Nggak!"

"Kamu bosen sama aku, kan?"

"Nggak!"

"Terus? Kenapa? Kamu udah nggak sayang sama aku lagi!"

"Nggak, ian! Ai laf yuuu..."-jerit Liam nggak pake malu. Aku yang malu. Meskipun lapangan sekolah siang itu udah sepi, aku yakin nyamuk dan kupu-kupu lagi ngetawain Liam sekarang. Tuh lihat! Kucing liar yang lagi duduk-duduk di deket tiang bendera udah gelundungan ngetawain dia.

"Terus apa?"-aku pura-pura nggak perhatiin kucing sinting itu dan mengembalikan fokus aku kepada Liam.

Liam menunduk dalam, kedua tangannya masih ada di bahu aku. "Aku takut..." dia bilang.

"Takut kenapa?"-Aku kan jadinya cemas. Aku sentuh tangan Liam dengan tangan aku, agar Liam yakin bahwa semengerikan apapun, cinta itu harus jujur. "Please... tell me..." bujuk aku. -Eh. Bisa runyam kalo Liam nggak ngerti. "Bilang, Liam..."

"Ian... Kalo aku bilang, kamu nggak boleh marah, ya? Nggak boleh ngatain aku nggak sayang sama kamu lagi. Promes?"

"Iya!"

"Promes dulu!" desak Liam.

Ya ampun. Roll eyes! "PROMES!"

"Kesiniin tempat bekal kamu!" Liam nyuruh.

Aku tersenyum senang, wajah aku berbinar-binar. "Kamu laper?"

Liam malah menatap aku dengan tatapan sendu sebelum menggeleng. Apa maksudnya?

Walaupun aku merasa janggal, tapi aku tetap memasukan tangan aku ke dalam tas dan menyerahkan tupperware kuning bergambar madagaskar kesayangan aku. Di dalamnya, ada butir-butir bitterballen yang aku bikin buat Liam. Kesayangannya aku itu membuka tupperware di tangan aku dengan hati-hati. Aku berdebar bahagia saat tangan Liam mengambil sebutir bitterballen yang aku bikin dengan kasih sayang. Oh how romantic...

Eh.

Kok malah disodorin ke mulut aku?

"Cobain..." katanya sedih.

"Itu buat kamu..." jawab aku.

"Iya. Aku seneng kamu selalu bikinin masakan buat aku, yang... Makanya... cobain deh kalo memang kamu sayang sama aku..."

Aku mengerutkan alis aku yang berjajar rapi, mendengus dan menurut. Aku gigit bitterbalen di tangan Liam. Merasakan lembutnya keju, renyahnya tepung roti yang digoreng garing--- Plueh!! Aku meludah. Plueh!! Plueh!!! Begitu bunyinya. Tapi belum cukup. Aku meludah lagi. Lagi. Sekali lagi. Liam buru-buru memeluk bahu aku dan membantu aku meneguk air mineral dari botol aqua yang disodorkannya. Aku udah nggak peduli lagi dengan bibir botol yang mungkin aja udah dipipisin tikus sewaktu botol-botol itu disimpan di gudang Alfamidi. Aku meneguk hampir separuh isi botol sampai rasa aneh dari bitterballen tadi lenyap dari lidah aku.

Dari sudut mata aku, aku bisa lihat Edd ketawa terpingkal-pingkal bareng kucing di dekat tiang bendera. Dengan kekuatan Sailormoon aku, aku lempar tupperware berikut seluruh bitterballen ke arah mereka berdua. Baru deh mereka bubar. Dasar bar-bar!

"Yang..."

Panggilan Liam membuat aku kembali memperhatikannya, "Kok kamu nggak pernah bilang sama aku?" tanya aku sedikit sebel. Aku malu. Zedd memang benar. Bitterballen itu rasanya seperti Play dough.

"Karena aku sayang sama kamu, Ian..."

"Kalo sayang, kamu harusnya bilang! Jadi selama ini semuanya rasanya begitu?"

Kepala Liam mengangguk takut-takut, "Ada yang rasanya kaya rendeman kaus kaki juga, yang..."

Aku pukul dada Liam. "Jahat..." mata aku berair.

Liam peluk aku. Erat. "Aku udah berkali-kali disuruh Edd kasih tahu kamu. Katanya, kalo aku sayang sama kamu, aku harus suruh kamu supaya sekali-sekali ikutan makan sewaktu ngeracunin aku-aduh, yang..."

Aku putar cubitan aku di pentil Liam.

"Aku nggak ada bakat masak dong, yang..." bisik aku sedih dalam dekapan Liam. "Aku nggak bisa jadi suami yang baik kaya Mommy. Mommy masakannya enak, Daddy nggak pernah makan diluar... Yah selain Mommy memang irit juga sih..."

"Nggak, yang! Kamu berbakat, kok! Dulu waktu kamu bikin puding labu pertama kali, rasanya kaya sayur lodeh dibekuin. Kemaren waktu kamu bikin nasi goreng, rasanya udah kaya nasi goreng kok, yang... Tapi nasinya belum mateng, yang... nyelip di gigiku dan aku harus ke dokter gigi sepulang dari rumah kamu itu..."

"Itu karena aku pake bumbu nasi goreng indofood yang emang udah sesuai porsinya, yang..." Aku meraung-raung.

Liam kelihatan makin menyesal udah jujur, tapi aku nggak menyalahkannya. Aku nyalahin Zedd yang nggak pernah mau bilang ke aku! Etapi kalo dipikir-pikir, Zedd-kan udah bilang berkali-kali. Akunya aja yang nggak mau dengerin. Oh Liam-sayangnya aku... Kasian. Aku udah hampir membunuh orang yang aku sayang. Aku peluk Liam lebih erat.

"Yang...Maafin aku..." bisik Liam. "Kalo tau kamu bakalan sedih gini, aku nggak akan bilang ke kamu. Aku mau kok makan semua makanan yang kamu bikin... Aku nggak keberatan, kamu jangan berhenti masak-masakin aku, yang..."

"Bener?"

"Iya yang... Cuma..."

"Cuma apa?" Aku mendongakkan kepala aku dari dadanya.

"Aku punya satu aja permintaan..."

"Apa itu?"

"Tolong sebelum dikasihin ke aku, kamu cobain dulu, ya, yang... Atau nggak kata Edd..."

"Kata Edd apa?"

"Kata Edd kalo kamu nggak mau cobain, dia suruh kamu taro makanannya di dalem kandang purrine. Kalo lalat lebih suka hinggap di eek Purrine daripada kue bikinan kamu, itu berarti kue bikinan kamu udah parah banget, yang... Lalat aja nggak doyan..."

Aku tonjok perut Liam yang keras. Liam ketawa kecil, sedangkan aku mengerucutkan bibir aku. Sedetik kemudian, bibir Liam yang bau rokok samar-samar udah menempel lembut di bibir aku yang lembab dan sehat karena setiap mau tidur selalu aku oles lipbalm. Aku membalas ciuman sayangnya aku dengan sama lembutnya. Nggak aku peduliin Edd yang lagi muntah-muntah bareng kucing beberapa meter dari tiang bendera.

Meh!

Terserah!

Yang penting pacar aku deket, ya!

Kasian deh huh pacar kamu jauh-jauh di Jerman. Makan tuh cam show dan virtual sex! Mampos!

Eat that!


AN:

Huh! Eat that Edd!

Hi hi hi hi

Kangeeennnnn sama Vairy cantik! Ya ampun... saya masukin semua tokohnya di sini saking kangennya. kecuali Anjas! Dasar cowo brutal tukang sodomi, mati sana kamu dimakan ikan paus! Huh!

Saya mau kasih tahu nih... Saya yang angelic ini mau bikin sekuel Variant- Zedd bareng sama Rencong! Ini panggilan sayang saya buat Rendi Bencong, ya... -_____-

Saya becanda kok yang soal sayang itu *roll eyes...

Saya itu cewe, Rendi itu cowo, jadi nggak mungkin, oke? Stop shipping2. Terutama kamu, Jamal!

Tapi yang bikin sekuel itu nggak becanda, lhooo

Saya mau bikin itu sama Rencong tapi belum ditulis. Hi hi hi... Nanti kalo saya kelar tulis Kenya Pelacur itu dan Rendi kelar tulis Jerry Bencong itu mungkin...

Tapi kamu nggak boleh baca gratis! Ini mau dibukuin. Ya ampun... kaya bakalan laku aja, ya!

Huahahaha

Ya gitu deh pokoknya. Sana kamu suruh Rendi tulis apa lagi soal Edd gih!

Saya kangen juga mulut sampahnya top satu itu.

Kalian juga kan?

Udah ya? Dadah...

Bidadari sign out dulu, muah!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top