40. Dan Akhirnya
Yang ketinggalan PO CINTAKU TERHALANG STRATAMU, sekarang bisa nyusul pesan di ig samudraprinting83. Ready stock, ya friends. Jangan sampai kehabisan.
###
Surya meringis kesakitan saat segumpal kapas basah yang telah diberi entah cairan apa menyentuh kulit wajah juga bibirnya. Hidungnya yang tadinya sempat mengeluarkan darah pun juga sudah dibersihkan. Seorang dokter telah dipanggil untuk memberikan perawatan pada luka-luka yang ia alami.
Satu hal yang ia syukuri, keluarga suami Tari sudah tahu tentang video itu dan bertambah lengkap dengan kabar kehamilan Tari. Kini ia hanya menunggu wanita itu untuk kembali kepadanya. Ia sudah begitu tak sabar untuk segera bertemu kembali dengan Mentari, matahari kecil dalam hidupnya.
"Maaf, Pak. Ada panggilan telepon untuk anda." Suara Dirga mengusik Surya dari pikirannya yang mengembara. Segera disuruhnya dokter yang telah selesai merawat lukanya untuk menyelesaikan pekerjaannya dan beberapa saat kemudian keluar kamar Surya dengan diantar Dirga di belakangnya.
Ia biarkan ponselnya terus meraung saat tahu jika panggilan telepon itu dari sang ayah. Pasti ulah bar-barnya beberapa saat lalu telah sampai ke telinga keluarganya di Jakarta. Hal yang sudah begitu mudah ditebak. Mereka semua masih selalu mengawasinya. Dan kini pasti sudah ada seseorang yang melaporkan kejadian di lobi tadi kepada keluarganya.
"Aku lelah, Ga. Kamu urus semuanya. Aku akan beristirahat." Mendengar perintah Surya, Dirga pun menunduk memberi hormat lalu tak lama kemudian pria itu pergi dari kamar Surya. Ia tak perlu diberi penjelasan panjang lebar atau diperintah dua kali. Pria itu tahu apa yang harus ia lakukan.
***
"Kalau kamu cuma bermain-main di sini sebaiknya kamu pulang ke Jakarta. Aku tak mau usaha turun temurun yang dibangun dengan tetesan keringat dan usaha yang tidak main-main seketika hancur di tanganmu." Kalimat itu meluncur keesokan harinya. Tepat sebelum jam makan siang di ruangan Surya.
Kresna, kakek Surya tiba-tiba saja sudah datang di hotel itu tanpa kabar sebelumnya. Pria yang sudah memasuki usia tujuh puluhan itu datang dengan asistennya yang selalu ikut kemana pun ia pergi. Sebuah tongkat ada dalam genggamannya meskipun ia masih mampu berjalan tegak.
"Maafkan aku, Kek. Aku sudah begitu gegabah. Kakek pernah muda, kan. Pasti kakek paham dengan hal itu." Surya membela diri.
"Bukan masalah muda atau tidak. Kamu berkelahi di lobi yang bisa saja dilihat tamu. Memalukan sekali."
"Tidak ada tamu saat itu, Kek."
"Kamu selalu pintar membela diri. Wanita yang kamu perebutkan itu sudah bersuami. Sungguh memalukan. Dan kabarnya suami wanita itu juga sedang terbaring koma hingga yang menghajarmu kemarin adalah adik pria itu?"
Surya mengiyakan. Ia benar-benar takjub dengan informasi yang kakeknya terima, begitu detail. Pasti salah satu karyawannya yang memata-matainya. Tak akan sulit karena kakeknyalah yang memegang kendali atas hotel ini. Pasti pria tua itu memiliki orang-orang kepercayaan di hotel ini.
"Kakek sudah berbicara dengan ayahmu. Tapi dia tetap seperti biasanya, tak bisa tegas kepadamu." Surya mengulum senyum. Pasti ayahnya sudah membelanya di depan sang kakek.
"Kabarnya dia adalah kekasihmu saat kamu dulu kuliah. Apa benar?"
Lagi-lagi Surya mengiyakan yang dibalas Kresna dengan desahan napas lelah.
"Video itu bisa saja menghancurkan kamu. Menghancurkan keluarga kita. Tindakan kamu benar-benar ceroboh. Tidakkah kamu berpikir jika video itu tersebar tidak hanya kamu yang terkena dampaknya. Kamu bisa membusuk di penjara lalu setelah itu tidak menutup kemungkinan skandal itu bisa menghancurkan bisnis keluarga kita."
"Aku sudah siap. Yang penting aku bisa bersamanya."
"Siap!? Lalu ratusan karyawan kita bagaimana nasibnya jika sampai bisnis keluarga kita hancur karena ketidak dewasaanmu? Ingat! Kamu tidak hanya hidup untuk dirimu sendiri. Kamu bukan orang biasa yang leluasa bertindak dan bersikap. Para investor tidak butuh orang seperti kamu. Pria labil yang mengagungkan cinta hingga memporak-porandakan semua."
Surya membisu. Tak berkeinginan menyahut.
"Sudahi ini semua. Kamu sudah terlalu lama hidup dalam khayalan. Perbaiki hidupmu. Ada Airin yang menunggumu. Ingat! Video itu adalah video pemerkosaan yang kamu potong untuk kepentinganmu. Jika masalah ini masih berlarut-larut, jangan sampai menyesal jika dalam waktu dekat polisi akan memanggilmu."
Surya tercengang. Bagaimana mungkin kakeknya bisa tahu dengan begitu detail apa yang telah terjadi pada dirinya. Siapa yang telah memberitahu hal itu. Apakah Dirga? Hanya Dirga yang tahu ulahnya. Dirgalah yang menjadi kaki tangan semua kebusukannya.
"Apakah Dirga yang mengatakan itu semua?" Surya tak puas jika belum mengetahui siapa orang yang telah membocorkan ulahnya selama ini.
"Dirga ada di tempat ini untuk menjagamu. Saat tindakanmu sudah di luar nalar dan membahayakan, ia tahu apa yang harus ia lakukan. Jangan pernah menyalahkannya. Namun, sayang sekali, pemuda itu terlalu setia kepadamu hingga membiarkan kamu bertindak sejauh ini."
Surya tersenyum kecut. Kini ia tak perlu lagi mencurigai orang lain. Ia lupa, kedua orang tua Dirga adalah kaki tangan kakeknya. Keluarga mereka telah puluhan tahun menjadi orang kepercayaan sang kakek.
"Kembalilah ke Jakarta. Biarkan Arjuna yang memegang hotel ini. Perbaiki hubunganmu dengan istrimu dan tinggalkan kekasih gelapmu itu!" perintah Kresna tegas. Pria itu meskipun tubuhnya sudah lapuk termakan usia. Namun, kewibawaannya masih tak berkurang sedikit pun. Surya bahkan masih merasakan hal itu.
"Aku tidak akan pergi dari tempat ini."
"Ck... Ternyata ada budak cinta di keluarga kita. Usiamu sudah cukup tua untuk mengagungkan cinta."
"Belasan tahun aku menunggu kesempatan ini. Saat kesempatan itu ada di depan mata aku tidak akan melewatkannya begitu saja."
Kresna terdiam. Cucu keras kepalanya ini selalu mengingatkannya pada dirinya di masa lalu. Sama. Baik sifat keras kepalanya juga tindakan tak terkendalinya.
"Kamu harus sadar. Siapa dirimu dan juga dirinya. Kalian berdua mempunyai pasangan sah masing-masing. Keputusanmu yang begitu sembrono di masa lalu seharusnya jadi pelajaran. Pernikahanmu dengan Airin tak berjalan seperti seharusnya. Apakah kamu akan mengulang hal itu lagi sekarang dengan orang yang berbeda? Meskipun kamu bisa mengambilnya dari suaminya, apakah kalian akan bahagia? Dia sudah mempunyai anak juga kehidupan sendiri. Bahkan dia tidak menginginkanmu lagi. Sumber kebahagiaannya adalah suami dan anak-anaknya bukan kamu. Sadarlah, semua kisah manismu sudah berlalu belasan tahun lalu. Saatnya menata hidupmu lagi." Kresna masih mencoba bersabar dengan terus mencoba melelehkan kebekuan hati Surya.
"Aku tidak bisa. Aku akan menukar semuanya untuk bisa bersama dengan Mentari."
Embusan napas berat seketika terdengar begitu Surya masih kuat dengan tekadnya.
"Sepertinya kamu sudah benar-benar butuh pertolongan. Saat nasihat dari kakek dan orang-orang terdekatmu sudah tidak bisa menyentuh hatimu lagi, kamu harus mulai berhati-hati dengan sikapmu. Keinginanmu sudah membawa kehancuran pada hidup seseorang. Bahkan kamu sudah melakukan tindak kriminal dengan memperkosanya. Tak cukup di sana kamu juga mengancamnya dan yang terakhir kamu lagi-lagi bertindak diluar nalar dengan mengirimkan video itu dengan tujuan merusak rumah tangga wanita itu. Jangan lakukan kebodohan lagi. Penjara menantimu. Kakek akan membantumu jika kamu memang mau. Kakek mempunyai seorang kenalan, berkonsultasilah kepadanya. Sembuhkan dirimu dari semua hal-hal gila yang ingin terus kamu lakukan."
"Aku tidak gila, Kek!" Surya tak terima jika kakeknya berucap sembarangan. Pria itu masih cukup tahu diri jika tindakannya bisa membawanya ke jeruji besi. Namun, tidak dengan berkonsultasi dengan seorang psikolog atau bahkan psikiater."
"Kalau kamu baik-baik saja, kamu tidak akan melakukan tindakan-tindakan mengerikan itu. Berhati-hatilah. Kendalikan dirimu. Ulahmu sudah di luar batas normal. Pulanglah. Lakukan permintaan kakekmu yang sudah bau tanah ini. Ini semua demi kebaikanmu."
"Aku tidak bisa, Kek," Surya menjeda kalimatnya. "dia mengandung anakku."
###
Versi lengkap ada di Karyakarsa, KBM, dan google play store, ya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top