11. Dia yang Menghilang
Gini nih kalo Bang Bhum sama si Juni chatting.
Ujung-ujungnya bahas duit!
Makin penasaran kan gimana cerita Bang Bhum sama si Juni yang bertolak belakang masalah duit?
Penasaran? Ayo!
Juni dan Isi Dompetmu masih open PO loh~
Sampe tanggal 20 Agustus 2020
Jangan sampe lepas! Jangan kasih kendor!!!!
###
Surya mendesah lega saat air hangat mengguyur seluruh tubuhnya. Otot-ototnya yang beberapa saat lalu terasa tegang akhirnya rileks seketika. Senyuman tercetak lebar memenuhi garis bibirnya. Ia telah mendapatkan Mentari seutuhnya. Ia telah menjadi salah satu bagian dari wanita itu meskipun tak bisa dipungkiri hati kecilnya mengolok-olok sikap bajingannya baru saja. Namun, ia tak peduli. Hal yang paling penting adalah Mentari sudah sepenuhnya menjadi miliknya.
Biarkan saja jika suami wanita itu mengetahui apa yang telah terjadi pada istrinya. Pria itu pasti akan sangat terkejut mendapati istrinya dalam keadaan telah terjamah pria lain. Dan jika pria itu berniat membuang Mentari, maka Surya dengan suka rela akan memungutnya dan menjadikannya miliknya seorang. Ya, itulah yang akan ia lakukan. Bahkan jika suami Mentari tak melakukannya-pun, Surya akan terus berusaha mengambil mentari dari sisi pria itu.
Mentari. Nama itu seolah menyihirnya. Bagaimana mungkin belasan tahun berlalu namun aura memabukkan itu masih begitu nyata mengikatnya. Bahkan setelah Surya menikmati tubuh indah itu, rasa ingin mencoba lagi dan lagi masih begitu mengakar kuat dalam dirinya.
Ia tahu ia sudah semakin gila. Memaksa wanita itu untuk melayani nafsu bejatnya. Salahkan saja keinginan wanita itu yang mencoba menjauhinya. Surya tak akan membiarkannya. Ia bahkan seperti kesetanan saat berusaha mendapatkan Tari beberapa jam yang lalu. Bahkan, ia dengan tak tahu diri menampar wanita itu beberapa kali karena terus menerus memberontak. Setidaknya setelah ini ia akan memastikan agar wanita itu baik-baik saja.
Tiga puluh menit berlalu, Surya keluar kamar mandi dengan tubuh yang jauh lebih segar. Kali ini ia akan memesan makan siang yang sudah begitu terlambat dan menikmatinya bersama Mentarinya. Pasti akan sangat menyenangkan. Menikmati makan siang setelah sesi percintaan mereka yang begitu luar biasa menguras tenaga. Mentarinya pasti akan makan dengan begitu lahap dan setelah itu mereka akan kembali melanjutkan sesi-sesi percintaan berikutnya hingga mereka tak akan kuat karena kelelahan.
Namun, khayalan tak sesuai kenyataan. Begitu pintu kamar mandi terbuka, sosok Tari yang beberapa saat lalu masih tergolek lemas di atas ranjang besar itu tenyata kini tak terlihat.
Surya mengedarkan pandangan menyapu sekeliling ruangan. Kosong. Tidak ada Mentarinya di sini. Bahkan Baju wanita itu yang tadi tercecer di lantai juga ranjang luas itu-pun tak terlihat lagi.
"Sial!" umpat, Surya. Segera dibukanya lemari penyimpanan baju dan mencari baju untuk ia kenakan. Beberapa menit sesudahnya ia keluar dari kamarnya mengedarkan pandangan di lorong hotel demi bisa menemukan sosok Mentari. Namun, tak ada tanda-tanda wanita itu ada di sana.
Ia kembali membuka pintu kamarnya, mengangkat gagang telepon di samping tempat tidurnya, "Ga, cari Mentari sekarang juga. Dia baru saja meninggalkan kamar. Cepat!" Napas Surya turun naik. Mentarinya harus segera ditemukan. Ia tak akan membiarkan wanita itu pergi lagi meninggalkannya.
Tiga puluh menit kemudian Dirga sudah tiba di kamar Surya. Wajah datarnya tampak berbeda. Maklum saja ia masih gamang. Memikirkan akan seperti apa reaksi atasannya saat mendengar kabar yang ia bawa.
"Di mana Mentari, Ga?"
Dirga menarik napas sekilas sebelum berucap, "Ibu Mentari saat ini berangkat ke rumah sakit, Pak."
Surya mengerutkan kening. Perlahan didekatinya pria yang sudah bertahun-tahun menjadi asistennya itu.
"Apa maksud kamu? Kenapa Mentari ke rumah sakit? Siapa yang sakit?" tanya Surya tak sabar.
"Baru saja saya mendapatkan informasi dari beberapa orang di lobi. Suami Ibu Mentari kecelakaan beberapa jam yang lalu. Melly mengantarkan beliau ke rumah sakit dengan menggunakan mobil hotel. Sampai sekarang Pak Manaf, sopir yang mengantar mereka masih belum kembali ke hotel."
Surya mendesah lelah. Didudukkannya dirinya di sofa tak jauh dari tempat ia berdiri. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Bahagiakah dirinya saat pria yang sudah mengalihkan dunia Mentari itu mengalami musibah seperti saat ini?
"Bagaimana keadaan suami Mentari, Ga?" Surya kembali berucap setelah terdiam cukup lama.
"Saya masih belum mengetahui kondisinya saat ini. Yang tahu pasti Melly karena dia yang menemani Ibu Mentari."
"Hubungi Melly dan Manaf. Tanyakan di mana suami Mentari dirawat dan bagaimana keadaannya saat ini."
"Baik, Pak." Dirga pun berpamitan meninggalkan kamar Surya. Namun, saat hendak meraih gagang pintu, Surya kembali memanggil. Pria itu pun menghentikan langkahnya dan berbalik mendekati Surya.
"Suruh seseorang membereskan kamar dan satu lagi," Surya terlihat berpikir sebelum melanjutkan kalimatnya. "Jangan sampai ada orang yang tahu kejadian tadi."
"Iya, Pak." Dirga menunduk. Setelah mendapatkan perintah ia pun meninggalkan kamar Surya. Tanpa dijelaskan Dirga tentu sudah tahu apa yang atasannya perintahkan.
Pria itu tentu tidak akan mau skandal yang baru saja ia ciptakan tercium orang lain. Namun, Dirga sendiri tak yakin akan hal itu mengingat bagaimana ulah Surya akhir-akhir ini.
Pria itu terlihat begitu jelas menginginkan wanita yang entah ada hubungan apa di masa lalu mereka itu. Dirga tak tahu. Yang ia tahu hanyalah ia harus bekerja sesuai perintah atasannya. Atasan yang sudah lima tahun ini menjadi dewa penolong atas semua kemalangan yang menimpanya. Apapun akan ia lakukan untuk membalas jasa pria itu. Termasuk mungkin menyerahkan nyawanya sendiri jika Surya memintanya pun akan ia lakukan.
###
Mau up cepet2 tapi takut wkwkkwkwk.....
Nia Andhika
15082020
Masih kuat nahan erosi? 🤣🤣🤣
Oh ya, Di karya karsa sudah tayang lengkap ya. Kalau mau ngebut cus ke sana dan follow penulisnya juga ya. Wkwkwkwk🤣🤣
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top