༺CHAPTER 5༻

Sanemi menghela napas berat, matanya terpaku pada sebuah cincin di tangannya.

Pada akhirnya ia tidak memberikan cincin itu kepada [Name], mengingat pada waktu itu [Name] mengatakan bahwa Sanemi dan [Name] sama sekali tidak ada apa-apa, Sanemi hanya sebatas simpati dan mungkin hanya sebatas itu.

Mungkin.

Tapi entah kenapa rasanya sesak dan sepi saat [Name] pergi.

Sanemi menatap sekitar, ruangan ini yang dulunya ramai karena [Name] pasti sedang bergulat di dapur, namun kini hanya ada dirinya seorang di rumah tersebut.

Ah, benar.

Sanemi benci ketika ia jatuh cinta, namun ia sudah terlanjur jatuh cinta.

Ia benci ketika [Name] pergi jauh darinya.

"Shinazugawa-san, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

"Akhir-akhir ini aku bermimpi hal-hal aneh ... Dan merasa nyaman setiap saat aku bersamamu."

Andai waktu itu Sanemi mengatakannya, bahwa ia juga mengalaminya, semuanya persis seperti yang [Name] katakan.

Bahkan terkadang ia mendengar suaranya sendiri berbisik di telinga nya, mengatakan seberapa cintanya dirinya pada sosok yang sangat mirip dengan [Name].

"Sialan."

─🌹🗡️🌹─

Hari terus berlalu seperti biasanya, [Name] mulai terbiasa tinggal seorang diri, meskipun kadang ia merasa sepi, karena setelah kedua orangtua nya pergi, ia tinggal dengan Sanemi.

[Name] kembali bekerja di restoran milik pasangan suami-istri Iguro.

Kembali melakukan kebiasaan nya seperti sedia kala, bahkan terkadang keluarga jauhnya, keluarga dari ayah dan ibunya saat di panti asuhan, kadang mereka datang berkunjung dan memberi [Name] oleh-oleh dan kebutuhan makanan, oleh karena itu hidupnya terjamin meskipun gaji nya tidak sebanyak itu.

Terkadang [Name] juga melihat Sanemi bertugas di tempat dimana ia biasanya bertugas, namun anehnya Sanemi seperti terasa jauh.

Seperti tidak bisa di gapai.

Namun mungkin itu yang terbaik, karena [Name] menanamkan pemikiran bahwa selama ini Sanemi prihatin dan ingin menolong orang seperti [Name].

Sanemi hanya menjalankan tugasnya.

Tidak lebih dari itu.

Namun entah kenapa tiba-tiba semuanya terasa bosan, hatinya terasa sesak.

Kenapa Sanemi mengabaikannya?

[Name] pindah bukan bermaksud ingin menjauh dari Sanemi, ia hanya ingin menjaga diri karena mereka bukanlah siapa-siapa, tidak terikat oleh apapun, dan terlebih [Name] adalah anak dari korban yang kecelakaannya di tangani oleh Sanemi dan tim nya.

[Name] berjalan di zebracross, tatapan nya kosong, ia tengah melamunkan hal-hal yang harusnya tidak perlu dipikirkan.

Hingga tiba-tiba..

"[NAME]!!"

[Name] tersadar dari lamunan nya, namun sudah terlambat, matanya melebar ketika sebuah mobil berada tepat di depan matanya.

BRUKK!!

─🌹🗡️🌹─

[Name] sama sekali tidak merasakan sakit, namun ketika membuka kedua matanya, mendapati dirinya berada di dalam ruangan putih yang tidak ada ujungnya.

"Dimana ini?" gumam [Name].

Ia menatap ke sekitarnya, namun masih tidak menemukan apapun.

Tiba-tiba sebuah angin berhembus dengan sangat kencang, hampir membuat [Name] terdorong kebelakang jika saja ia tidak memasang kuda-kuda.

Angin itu membawa semua ingatan, semuanya yang [Name] lalui di jaman taisho, dimana ia bertarung demi untuk tetap bertahan hidup, dimana ia bertemu Mitsuri dan Obanai, dimana ia bertemu dengan Sanemi, menjalani hidup sebagai kekasih, dan berkeluarga setelah berhasil mengalahkan Muzan.

Air matanya tiba-tiba saja menetes meskipun ia tidak mau, bahkan [Name] bingung mengapa saat ini ia tengah menangis.

Semuanya bertabrakan di dalam otaknya, antara dirinya yang dulu dan dirinya yang sekarang.

Sampai-sampai [Name] lupa, yang manakah dirinya sebenarnya?

"Shinazugawa-san selama ini adalah orang yang dulu pernah kucintai?" gumam [Name] sembari terisak.

"Reinkarnasi itu nyata? Pantas saja selama ini aku merasa tidak asing dengan mereka semua," gumam [Name].

"Bos ku di tempat kerja adalah Kanroji-san dan Iguro-san, Polisi lalu lintas ini adalah Sanemi-san dan Shinazugawa Genya, anak-anak SMA yang sering berlarian di jalan itu adalah Kamado-san dan Rengoku-san, kemudian tiga anak-anak SMA yang sering sekali berisik dan terus berkelahi itu adalah Agatsuma-san, Nezuko-chan, dan Kanao. Seorang peneliti muda yang ku temui di jalan beberap minggu yang lalu itu adalah Inosuke, dan teman-teman ku dari sekolah khusus putri... Kanae dan Shinobu adalah hashira Kocho bersaudara."

[Name] terus menyebutkan orang-orang yang pernah ia temui di jalan, semuanya orang yang ia kenal, mereka semua mendapatkan reinkarnasi.

[Name] mulai bertanya-tanya, apakah mereka semua memiliki ingatan yang sama?

Ataukah mereka lupa Seperti halnya [Name], Mitsuri, Obanai, Sanemi, Genya.

─🌹🗡️🌹─

Suara dari mesin pengukur detak jantung bergema di ruangan tersebut.

Sanemi duduk dengan kepala yang tertunduk, wajahnya sedikit pucat, mungkin karena kelelahan. Setelah Sanemi pulang bekerja, ia selalu datang kemari untuk menjenguk [Name].

Ini sudah hari ke 10, dan [Name] masih belum membuka matanya.

Dokter bilang, [Name] mengalami benturan otak yang cukup keras, dan benar waktu itu tubuh [Name] terpental jauh dari mobil yang menabrak dirinya.

"Kenapa kau selalu membuat masalah?" gumam Sanemi sembari mengusap wajahnya sendiri dengan gusar.

[FLASHBACK :]

Pupil mata Sanemi mengecil ketika ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, tubuh [Name] yang kecil, terhempas sangat jauh dari zebracross.

[Name] benar saat ia menyerang melewati zebracross, disaat yang sama, lampu lalu-lintas khusus untuk penyerang sudah berwarna biru.

Sementara mobil tersebut melanju, menyalahi aturan lalu lintas dan menabrak pejalan kaki.

"GENYA, HUBUNGI AMBULANS! AKU YANG AKAN MENGEJAR BEDEBAH ITU!" teriak Sanemi pada Genya, junior, sekaligus adik kandungnya.

Sanemi pun mengejar mobil tersebut dengan mudahnya, ia ingat dengan jelas jalan tikus di kota itu, terlebih lagi, Sanemi di kenal dengan julukan siapapun yang mencari masalah dengan Sanemi, pasti tidak akan ia lepaskan.

[FLASHBACK OFF]

Sanemi mendengus kesal ketika mendapati orang yang menabrak [Name] adalah suruhan dari orang yang sama yang telah menghilangkan nyawa dari orang tua [Name].

Pembunuhan berencana.

Sialnya lagi, semua orang suruhan tersebut pasti akan mati meskipun sudah di penjara, ketika mereka telah membeberkan nama dari orang yang meminta mereka.

KIE, mereka semua menyebut nama tersebut.

Di negara itu, ada berpuluh-puluh bahkan ratusan orang yang memiliki nama tersebut, terlebih dilihat bagaimanapun sepertinya itu bukan nama asli dari kepala pembunuhan berencana tersebut.

"Shinazugawa-san?"

Suara yang serak itu tiba-tiba mengejutkan Sanemi, sontak Sanemi mendongak.

"[Name]? Sudah sadar?! Tunggu sebentar, akan ku panggilkan perawat!" ucap Sanemi dengan panik, ia segera menekan bel yang berada di atas kasur [Name].

"Shinazugawa-san, aku─"

"[Name], apa ada yang sakit? Apa kepalamu baik-baik saja? Jangan terlalu memikirkan banyak hal, perlahan saja."

[Name] mengangguk, "Berapa lama?"

Sanemi seketika mengerti, "10 hari, hampir 2 minggu kau mengalami koma." ucap Sanemi.

"Shinazugawa-san, aku... Ingin bicara..."

"Setelah dokter datang dan memeriksa keadaan mu, oke?"

[Name] akhirnya menyerah dan menganggukkan kepalanya.

"Baiklah," ucapnya, dengan airmata yang tiba-tiba menetes.

―――――――――――――――――
To be continue...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top