Shadow #27 - Lebih baik atau lebih buruk
Amore restaurant, New York.
"Aku ...,"
Mata cokelat gelap milik lelaki muda itu mendadak berkilat tajam. Menghunus netra biru milik Alicia yang tak dapat berkutik di hadapannya.
"Apa yang sudah kau dan Nicholas lakukan, Alicia?" ulang Ace. Ia bahkan meninggikan suaranya kali ini. "Kalian bertemu lagi, bukan?"
"Aku--ini tidak seperti yang kau pikirkan, Ace," sanggah Alicia.
Satu-satunya yang terlintas dipikirannya kini hanyalah bagaimana Ace bisa tahu semuanya. Mungkinkah Brittany tega melaporkannya? Atau Ace justru menyewa seseorang untuk mengawasinya selagi lelaki muda itu bepergian.
"Katakan semuanya, Alicia," ucap Ace penuh desakan.
Sorot tajam memancar dari iris cokelat itu. Sekali lagi, Alicia dibuat tak berkutik bahkan hanya karena tatapannya. Ace tampak lebih dingin dengan sikapnya yang ia tunjukkan sekarang. Hingga lidah Alicia mendadak kelu hanya untuk sekadar menjelaskan semuanya.
Terjadi keheningan lagi. Terutama setelah Alicia menundukkan kepalanya penuh rasa bersalah. Bahkan tanpa ia duga, gemetar mulai menjalar di sekujur tubuhnya. Alicia sangat merasa bersalah pada Ace.
"Aku selalu memercayaimu, Alicia," ujar Ace sarat akan kekecewaannya. Kemudian ia mengembuskan napas berat sembari memalingkan wajahnya dari sang kekasih itu. "Bahkan ketika seseorang terus mengatakan bahwa kau menemui detektif itu di belakangku, aku masih berusaha memercayaimu." Lalu ia mendengus pendek;terdengar mencemooh. "Tapi tidak kusangka kau mengecewakanku sekarang."
Keduanya masih beradu pandang, meski tak ada suara yang keluar dari mulut mereka. Bahkan ketika pramusaji datang dan meletakkan sup iga panas itu, selera makan keduanya tak sedikitpun tergugah.
"Aku membantunya mengusut kasus Mrs. Portman," kata Alicia singkat. "Tidak lebih."
Namun dengusan pendek justru terdengar dari pria muda itu. Ia mengalihkan pandangannya pada makanan di depannya. Tanpa minat, ia menarik sendok dan garpu di atas meja dan menyiuknya perlahan.
Dan seolah merasa diabaikan, Alicia kembali bersuara. "Kami tidak sering bertemu seperti apa yang kau pikirkan, Ace," ungkapnya berterus terang.
Hingga gerakan Ace yang dipaksakan tadi, mendadak berhenti. Ia melepaskan garpu dan sendok itu dengan kasar ke dalam mangkuk, sehingga bunyi nyaring yang terdengar begitu memekik telinga Alicia. Ia terperangah saat Ace yang biasanya tak pernah seperti itu, justru bersikap seratus delapan puluh derajat sekarang.
Netra cokelat gelap itu lagi-lagi menghunusnya dengan tatapan yang mengintimidasi. "Selera makanku sudah hilang. Akan kuantar kau pulang sekarang," tebasnya dengan nada yang begitu dingin.
Pria muda yang kini tengah sibuk menggantikan posisi ayahnya sebagai orang penting itu-pun, langsung berdiri dan berjalan meninggalkan Alicia. Menyisakan tanya dan kebingungan besar dalam benak gadis itu.
***
"Jadi maksudmu, seseorang akan bersaksi tentang kebenaran Natalie Heele?" tanya detektif muda itu antusias.
Dan Noel-pun mengangguk mengiyakan.
Nicholas kemudian berdiri. "Kalau begitu, segera persilakan dia masuk," dan memberi perintah kepada rekannya itu dengan semangat.
Seorang wanita paruh baya dengan blus putih dan rok hitam selutut kemudian masuk ke dalam ruangannya. Didampingi oleh Noel, wanita itu lalu duduk di hadapan Nicholas.
"Selamat sore, Nyonya," sapa Nicholas hangat. Ia bahkan tersenyum di akhir kalimatnya;yang mana tidak seperti biasanya. "Aku sangat menghargai kedatanganmu ini."
Wanita itu tersenyum canggung. Matanya yang kehitaman, melirik Nicholas dan Noel bergantian.
"Apa benar, kau mengetahui sesuatu tentang wanita yang bernama Natalie Heele ini?" tanya Nicholas langsung. Ia memang tak suka berbasa-basi.
Namun wanita berbibir tipis itu sempat tercenung sesaat begitu mendengar pertanyaan itu langsung terlontar untukknya. Ia agaknya kaget, tapi kemudian niat dan tujuan awalnya mendatangi kantor polisi-pun kembali muncul di pikirannya. "Ya, detektif," jawabnya waspada.
"Bisa kau ceritakan semuanya padaku, Nyonya?"
Ia-pun menganggukkan kepalanya--meski dengan gerakan yang ragu-ragu. "Namaku Sarah dan aku sangat mengenal Natalie." Ia memulai. "Kami bertemu di rumah sakit sebagai perawat magang. Sayangnya, kami harus dipisahkan karena sebuah kesalahan yang dilakukan olehnya."
"Jadi, Natalie benar-benar seorang perawat?" potong Nicholas penasaran. "Apakah kalian bekerja di Golden Hospital waktu itu?"
Secara kebetulan, Sarah mengiyakan pertanyaan detektif muda itu. Dan membuat garis-garis halus di dahi pria itu mendadak hilang dan berganti kelegaan. "Natalie adalah orang yang baik sampai kami semua tahu bahwa dia berusaha mencelakai seorang pasien," lanjutnya, tapi kali ini Sarah menceritakannya dengan nada yang sedih.
"Mencelakai seseorang?" kali ini Noel yang bersuara.
Dan wajah wanita itu langsung menoleh ke arah Noel. "Iya, detektif. Kami memergokinya tengah mencabut selang infusan seorang pasien yang sedang koma," tutur Sarah. Ia lalu menggeleng lemah. "Pihak rumah sakit langsung memberikan tindakan keras padanya. Ia dikeluarkan dan namanya dianggap tak pernah ada di sana."
Nicholas mengernyitkan keningnya dan beradu pandang dengan Noel sebelum kembali pada wanita bernama Sarah itu. "Apa pasien itu memiliki hubungan dengan Natalie?"
Namun Sarah menggeleng. "Kurasa tidak. Karena pasien yang sedang berusaha ia celakai adalah seorang anggota dewan yang kini menjabat di luar negeri." Ia lalu mengedikkan kedua bahunya. "Mana mungkin, orang rendahan seperti kami bisa berhubungan dengan wanita bangsawan itu."
"Tunggu, tunggu," sela Noel. Ia yang sejak tadi berdiri di sana, kini duduk di sebelah Sarah. "Apakah Natalie menggunakan nama Rosie saat ia bekerja denganmu?"
Tatapan mata wanita itu tampak mengawang entah kemana untuk beberapa saat, sampai akhirnya ia kembali melihat Noel dan Nicholas yang kini menunggunya dengan sangat penasaran. "Ya. Kudengar dia mendaftarkan dirinya dengan nama kakaknya yang sudah meninggal," jawab Sarah. "Tapi ia jelas memberitahuku soal nama aslinya."
Nicholas langsung mencebik di tempatnya. "Rumah sakit mencoba menutupi cacat dengan menyembunyikan identitas asli Natalie."
Kemudian Sarah-pun mengiyakan. "Seluruh staff dan dokter yang bekerja di sana diminta untuk merahasiakan kejadian ini sebelum rumor buruk mencederai citra rumah sakit," tambahnya.
"Mengerikan!" kata Noel.
"Sekarang kita menemukan motifnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa pelaku merupakan keluarga dari pasien itu," tebak Nicholas. Ia lalu beralih pada Noel. "Noel, sekarang bantu aku memeriksa riwayat keluarga pasien yang dicelakai oleh Natalie waktu itu dan Nyonya Sarah," kali ini ia melihat Sarah. "Bolehkah aku tahu siapa nama pasien itu?"
"Tentu." Wanita itu kemudian mencondongkan tubuhnya dan berbisik, "Angela Vasylchenko B." []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top