Shadow #25 - Membeberkan bukti-bukti

Kantor Kepolisian Kota New York.

"Alicia menutup komunikasinya denganku."

Nicholas kini tengah duduk di ruangannya yang berdominan putih. Tak banyak yang dapat kita lihat di sana, selain sebuah komputer di atas meja dan beberapa laporan yang sudah terselesaikan di sebelahnya. Untuk data-data yang bersifat pribadi, detektif muda itu justru menyimpannya di laci lain dalam keadaan terkunci.

"Kurasa kita tak bisa melibatkannya dalam kasus ini," tukas Noel. "Ia hanya akan menghambat langkah kita, detektif."

"Aku yakin dia tak akan melibatkan perasaannya dalam sebuah kasus pembunuhan," sanggah Nicholas. "Kita semua tahu bahwa dia tak mudah terprovokasi, bukan?"

Mungkin apa yang disampaikan Nicholas benar. Tapi Noel tak mampu menahan dirinya sendiri untuk kembali berkomentar, "Kali ini mungkin Ace terlibat dan gadis itu tak mungkin sanggup menerima kebenarannya." Noel kemudian menggedikan bahunya. "Perasaan itu mudah berubah sifatnya. Kurasa Alicia tak akan mampu mengendalikan perasaannya jika kita benar-benar bisa membuktikan bahwa Ace bersalah."

Nicholas menggumam pendek;sarat akan persetujuan. Ia kemudian mengusap dagunya dan menatap rekannya yang kini duduk di hadapannya dengan pandangan penasaran. "Apa kau sudah menemukan bukti lain dalam kasus ini?"

Merasa lega karena akhirnya sang senior berhenti membicarakan Alicia, Noelpun tersenyum kecil dan mengangguk. Sembari menyerahkan sebuah flashdisk berwarna hitam, Noel-pun menjelaskan, "Aku menemukan rekaman cctv si sudut tersembunyi milik Sunshine Cafe yang sempat dinyatakan hilang oleh managernya." Yang membuat Nicholas langsung mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi. "Hanya dari sudut itulah, kau bisa melihat kehadiran Ace yang terlambat pada pertemuan itu."

Buru-buru Nicholas memasukan flashdisk itu ke komputer dan memutar rekaman cctv itu untuk memastikannya sendiri.

"Tepat pada menit ke tiga lima puluh detik," kata Noel memberi tahu.

Dan seringaian penuh kemenangan itu mengembang cepat di sudut bibir Nicholas yang tipis. "Akhirnya aku menangkapmu, Ace." Lalu Nicholas kembali melihat Noel. "Bisakah kau pastikan alasan Ace terlambat datang ke pertemuan itu untukku, Noel?"

Noel-pun mengangguk menyanggupi. "Oh, selain itu, Ace Blake diangkat menjadi CEO dari beberapa perusahaan dan saham Golden Group sejak enam bulan yang lalu karena kondisi ayahnya yang memburuk," ucap Noel. "Kudengar Mr. Wilson Blake juga mengalami koma dan Ace terpaksa tidak melanjutkan pendidikannya karena hal itu."

"Terdengar menyedihkan. Tapi aku tidak menemukan motif apapun dari ceritamu," kata Nicholas. Ia kemudian menggumam panjang. "Bagaimana jika kau juga cari tahu hubungan Mr. Wilson Blake dengan ke tiga korban?"

Namun wajah tirus Noel mendadak berubah ragu. Ia juga menggaruk tengkuk lehernya yang sama sekali tak gatal. "Sepertinya agak sulit. Kudengar ia dijaga ketat oleh beberapa bodyguard setelah masuk ke rumah sakit." Noel kembali mengangkat kedua bahunya. "Sepertinya Ace sangat cemas pada ayahnya itu."

"Jadi seperti itu...," Nicholas mengangguk paham. "Tapi cobalah untuk mencari celah. Sepertinya akan sangat sulit mendapatkan informasi dari Ace, karena ia sangat membenciku."

"Kudengar dia sangat agresif dan emosional."

"Hm... ya, seperti itulah." Kening Nicholas kontan berkerut dalam. "Tapi, kenapa?"

"Mungkin kita bisa memancingnya dengan sesuatu?"

"Sesuatu?"

Kemudian Noel menganggukkan kepalanya. "Ya. Mungkin kau bisa memancingnya dengan Alicia. Katakan sesuatu tentang gadis itu, berbohonglah sedikit, detektif."

Namun Nicholas malah mencebik. "Sejujurnya aku malas untuk kembali." Ia lalu memijit pelan pelipisnya itu. "Anak itu benar-benar membuatku kesal. Aku ingin sekali menghajarnya."

"Lalu kenapa tidak kau hajar saja?" tanya Noel enteng.

"Hey, aku ini polisi! Bukan tukang pukul, sembarangan saja," sahut Nicholas kesal. Lalu ia menarik tubuhnya sendiri sehingga kursi beroda itu mundur menjauhi meja. "Lalu apa kau menemukan bukti lain pada korban pertama kita?"

"Menurut laporan data panggilan, korban pertama dan korban kedua sering berkomunikasi melalui telpon," terang Noel. "Komunikasi mereka semakin intens beberapa mingggu sebelum kematian Natalie. Tapi sepertinya, Rich mencoba menghapus jejak komunikasi mereka sebelum ia meninggal. Ia seperti tak ingin orang lain tahu tentang hubungannya dengan Natalie."

"Mungkinkah Rich benar-benar membunuh Natalie?"

"Melihat sifatnya yang tamak dan gila uang, kurasa dia akan melakukan apapun demi memperkaya dirinya sendiri," komentar Noel. "Ditambah lagi, semua harta dan asetnya dimulai dengan uang bantuan yang diberikan oleh istrinya. Harga dirinya pasti akan sangat terluka jika Veronica terus mengungkitnya."

Detektif berusia dua puluh lima itupun mengangguk setuju. "Pernyataanmu cukup konkret." Nicholas lalu menyeringai. "Kita hanya perlu menemukan bukti bahwa Ace-lah dalang di balik ini semua."

"Tapi...," Tiba-tiba Noel menyela. "Bagaimana jika ada orang lain di balik semua kasus ini dan Ace sama sekali tidak bersalah?"

Lalu Nicholas terkekeh geli. "Kita ini polisi. Tugas kita adalah mencurigai semua orang. Jika Ace memang tidak bersalah, menurutmu kita harus apa? Kita tinggal meminta maaf dan membersihkan namanya," jawabnya dengan santai.

"Tapi kurasa, Ace bukan tipe yang mudah memaafkan," tukas Noel dengan hati-hati.

Ia tahu benar, detektif di depannya itu sungguh berambisi dengan kasus yang sedang mereka tangani. Nicholas pasti tak akan menyerah sampai kasus ini tuntas. Apalagi, Ace adalah orang yang sangat ia inginkan menjadi tersangkanya. Alih-alih bersikap profesional, Noel mulai khawatir Nicholas tidak akan mampu mengendalikan perasaannya sendiri sekarang.

"Kenapa kau sangat khawatir, Noel?" Nicholas lalu tertawa;tawa pendek yang justru terdengar mencemooh. "Kita bahkan belum mengeluarkan pernyataan apapun di media."

"Kau benar juga," kata Noel lega.

"Kita tidak akan menaikkan statusnya sebagai tersangka sebelum aku benar-benar mendapatkan bukti yang kuat untuk menjebloskannya ke dalam penjara," tambah Nicholas tegas. "Aku tidak ingin, kecurigaanku justru berbalik menyerangku. Kau paham maksudku, bukan?"

"Ya, detektif."

"Kalau begitu, kau bisa pergi dan mulai cari tahu semuanya." Nicholas tersenyum tipis. "Aku mengandalkanmu." []





Wah... Kontes WWF sudah ditutup dan cerita ini belum selesai.
Tapi aku akan tetap melanjutkan ceritanya kok.
Tenang bae yak hihihi
Jangan lupa votes ceritaku yaaaa~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top