Shadow #21 - Tentang Mrs. Karenina Portman

Town Square, New York.

"Mrs. Portman tidak mungkin hamil!"

Pekikan Alicia tampaknya cukup menarik perhatian, karena beberapa orang yang melintas di sekitar gedung teater Town Square sontak menoleh ke arahnya dengan pandangan heran.

Lain lagi dengan Nicholas. Detektif berparas tampan yang tengah menggunakan kemeja denim dan celana chino-nya itu justru mengembuskan napas jengah. "Dokter forensik sudah melakukan otopsi dan korban dinyatakan tengah mengandung dua bulan," katanya memberi tahu.

"Tapi ... Mrs. Portman tidak pernah terlihat seperti wanita yang sedang hamil," sanggah Alicia tak percaya. "Dia tidak mungkin hamil, Nic."

Merasa lelah menjelaskan, Nicholas akhirnya lebih memilih menunjukkan hasil otopsi milik Mrs. Portman pada gadis berambut hitam itu. "Kau bisa memeriksanya sendiri."

Dan dengan cepat, Alicia meraih selembaran kertas dari detektif muda itu. Pada kertas itu terpampang foto Mrs. Portman dan hasil forensik yang menyatakan bahwa korban seratus persen positif hamil. Yang langsung membuat kepala Alicia mendadak berputar hebat. "Ini...,"

Nicholas menarik kembali kertas itu dan buru-buru menyimpannya di dalam saku celana. "Aku sengaja membawa itu karena kau bukan orang yang mudah percaya," tukasnya sarkas. "Sekarang permasalahannya, kenapa dia harus dibunuh di lokasi yang sama dan cara yang sama dengan Natalie Heele?" Nicholas memijit keningnya pelan. "Apa mereka juga saling berkaitan?"

Alicia kemudian terdiam. Mencoba mengendurkan sarafnya yang menegang akibat kenyataan yang harus ia terima tentang dosennya itu, selagi Nicholas terus berbicara di hadapannya.

"Oh ya, omong-omong, Nyonya Veronica sepertinya memang tidak tahu apa-apa soal kematian suaminya," kata Nicholas. "Tapi Rose juga belum buka suara terkait kemungkinan ia tahu siapa sebenarnya yang menyuruhnya melakukan itu."

Namun seolah tak berminat membahas hal lain, Alicia menghela napas panjang dan melipat kedua tangannya di dada. "Bagaimana dia bisa meninggal secepat itu?" Mata birunya yang sejak tadi mengamati TKP, kini beralih pada Nicholas. "Kurasa pelaku hanya memiliki waktu satu jam untuk mengeksekusi korbannya. Karena Mrs. Portman meninggalkan gedung setelah satu jam pertunjukkan berlangsung dan seseorang melaporkan kematiannya, beberapa menit sebelum penonton pertama melewati gang dan menemukan jasadnya."

Detektif berparas tampan itu mengangguk setuju. "Ya. Kurasa dia sudah mengatur semuanya dengan baik."

Mata mereka lalu bertemu. Dengan pandangan gamang, Alicia menggumam, "Mungkinkah pelaku adalah orang yang sama dengan orang yang membunuh Natalie ataupun Rich?" tanyanya dengan hati-hati.

Selang beberapa detik, barulah Nicholas meresponnya. "Aku tidak yakin." Ia menggeleng putus asa. "Sampai detik ini, kami bahkan belum menemukan keterkaitan apapun antara korban pertama dan korban kedua."

Lalu secara tiba-tiba, ponsel Nicholas berdering dan mengejutkan keduanya.

"Noel," katanya memberi tahu. "Semoga ia mendapat informasi yang penting." Sejurus kemudian, Nicholas segera menerima panggilan itu dan mendengarkan informasi yang diberikan rekan kerjanya baik-baik. Dari raut mukanya yang antusias, tampaknya detektif itu baru saja mendapatkan kabar baik.

Namun karena bosan menunggu, Alicia memilih untuk kembali mengamati lokasi kejadian yang kini telah dilindungi garis polisi. Barangkali ia menemukan sesuatu yang dapat dijadikan bukti di sana. Tapi intuisinya justru menggambarkan adegan demi adegan yang mungkin dilakukan pelaku saat kejadian.

Dalam pandangannya, ia melihat Mrs. Portman dibekap dan ditarik menuju gang sempit itu. Untuk memastikan, Alicia mendongak dan melihat ke seluruh sudut tempat tersebut dan menemukan lampu-lampu yang telah pecah.

"Jadi ia sempat merusak lampunya," batin Alicia. "Apakah ada seseorang yang mungkin mendengar aksi itu?"

Kemudian Nicholas datang dan menepuk pundak gadis berambut hitam itu. Ia tersenyum kecil saat Alicia berbalik dan memandangnya. "Noel berhasil menemukan barang bukti."

Dan tentu saja, Alicia langsung mengernyitkan keningnya tak percaya. "Apa?"

"Ya. Stocking yang kemungkinan besarnya digunakan pelaku untuk membunuh Natalie dan Mrs. Portman ditemukan sepuluh kilometer dari lokasi ini," ujar Nicholas. "Ia akan segera membawanya ke rumah sakit untuk uji lab dan pengecekan sidik jari. Apakah kau akan ikut denganku ke rumah sakit, Alicia?"

"Oh, tentu," jawab Alicia cepat. "Mari bergegas!"

***

Koridor rumah sakit bukanlah tempat yang baik bagi Alicia. Karena ingatan-ingatan di masa lalunya seolah ditarik kembali dan pemandangan tentang para korban bukanlah sesuatu yang pantas untuk diingat.

Namun, mau bagaimana lagi?

Selagi menunggu Noel keluar dari ruangan laboratorium, Alicia dan Nicholas hanya bisa menunggu di koridor dengan perasaan penuh harap. Setidaknya jika stocking itu memang barang bukti yang mereka cari, bukankah seharusnya mereka bisa bergerak lebih cepat untuk menemukan pelakunya?

Lalu tak berselang lama, Noel-pun keluar dengan barang bukti yang sudah terbungkus plastik di tangannya. Dan buru-buru mereka berdua menghampiri Noel.

"Bagaimana hasilnya?" cecar Nicholas tanpa basa basi.

Noel kemudian mengangguk mengiyakan dan menjelaskan, "Hasilnya cocok. Tapi kami kesulitan menemukan sidik jari pelaku pada stocking." Noel lalu bergidik. "Sepertinya pelaku benar-benar sudah andal dan sudah merencanakan semuanya dengan terstruktur."

Lagi-lagi Alicia dan Nicholas hanya bisa mendesah kesal. Mereka gagal menemukan harapan pada barang bukti pertama mereka.

Kemudian Noel berdeham pelan, "Tapi kabar baiknya adalah kami menemukan hubungan antara Nona Heele dan Tuan Greek," tuturnya.

"Apa?!" seru Alicia dan Nicholas hampir bersamaan. Lalu Nicholas menimpali, "Bagaimana maksudmu, Noel?"

Pria berambut pirang itu kemudian menatap Alicia dan Nicholas bergantian sebelum kembali melanjutkan, "Kami menemukan beberapa surat tagihan milik Natalie Heele di kantor Tuan Greek. Setelah dikonfirmasi kepada asistennya, Rose, ia juga membenarkan adanya biaya pengeluaran yang diberikan Tuan Greek secara tunai kepada Natalie setiap bulannya."

"Apa Rose tahu bahwa mereka berhubungan?"

"Kurasa Tuan Greek sengaja menutupi semua pengeluaran yang beratasnamakan Natalie Heele agar tidak diketahui oleh siapapun," kata Noel. "Termasuk Rose ataupun istrinya sendiri."

"Nyonya Veronica pasti sudah mengetahui perselingkuhan suaminya selama ini," pungkas Alicia. "Dia menghindari pertanyaan tentang Natalie, karena tak ingin terlibat. Kita bisa menyadarinya dari perubahan sikap yang kau beritahu padaku, Nic."

"Baiklah. Bagaimana jika kita menginterogasinya sekali lagi?"

"Dia tidak akan mengaku," timpal Alicia cepat. "Aku punya cara. Tapi bisakah kalian menahannya agar tidak pergi meninggalkan negara ini?"

Noel dan Nicholas saling bertukar pandang. Sebelum akhirnya keduanya sepakat dan mengangguk mengiyakan. "Statusnya menjadi saksi, mungkin bisa menahannya untuk beberapa hari," kata Nicholas.

"Bagus." Alicia lalu menatap Noel dan Nicholas bergantian. "Selain itu, apakah kalian sudah mendapat informasi tentang bagaimana dan darimana pelaku mendapatkan sianida?"

"Cyber Police kami sedang menyelidiki situs gelap yang mungkin masih aktif dan memperdagangkan barang-barang itu di sana," jawab Noel dengan lugas. "Semoga hasil laporannya bisa keluar dengan cepat."

Dan detik setelahnya, mereka diam dan merenungi kasus ini untuk sesaat. Sampai akhirnya, gadis bertubuh kurus itu membuka suaranya. "Omong-omong, apa kalian sudah mengecek daftar tamu VVIP pusat teater di hari kematian Mrs. Portman?"

"Tim kami sedang menyelidikinya," kata Nicholas. "Ada apa, Alicia?"

Gadis bernama Alicia Perth itu-pun menggumam pendek dan menjelaskan, "Sebelum dia pergi dari pusat teater, sepertinya seseorang menghubunginya. Kulihat dari ekspresinya yang cemas, sepertinya mereka membahas hal yang mendesak dan ia tampak terburu-terburu." Alicia lalu melihat Noel lalu ke Nicholas bergantian. "Apa kalian sudah memeriksa riwayat panggilannya?"

Tapi kemudian, hanya hening yang menembus atmosfer di sekitar mereka. Noel bahkan tampak kebingungan saat Alicia menatapnya.

"Ada apa, Noel?" tanya Alicia penasaran. "Kenapa kau diam saja?"

"Soal itu..," Noel menggaruk tengkuk lehernya dengan canggung. "Ponsel dan barang berharga korban yang lainnya dinyatakan hilang di lokasi kejadian."

"Apa?!" []

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top