Shadow #19 - Bayangan

Golden University, New York.

Alicia tengah menunggu Brittany di koridor utama kampus dengan floral dress selututnya. Gadis berambut hitam itu sudah berdiri di balik papan mading sejak lima menit yang lalu karena hari ini ia akan pergi menonton bersama Brittany.

"Holaaa, Alicia," sapa Brittany sumringah.

Gadis berpipi chubby itu menggunakan off-shoulder blus berwarna merah dan rok hitam selutut yang dipadu padankan dengan ankle boots berwarna gelap. Ia juga langsung merangkul Alicia yang kini sejajar dengannya karena Alicia sedang tak menggunakan sepatu berhak tinggi seperti biasa. "Aku terlihat lebih baik saat kau menggunakan flat shoes itu, Alicia," tuturnya.

Yang membuat Alicia langsung tersenyum tipis. "Apa kita akan berangkat sekarang?"

"Oh, tentu," jawabnya cepat. Brittany juga langsung menyodorkan sebuah tiket berwarna emas kepada Alicia. "Satu tiket istimewa untuk sahabatku."

Alicia hanya mendengus geli dan menganggukkan kepalanya. "Terima kasih, Brittany."

Setelahnya, Alicia dan Brittany segera pergi menuju pusat teater di Town Square, New York. Brittany sudah membeli dua tiket VIP untuk pentas solo broadway yang akan dilangsungkan sore ini melalui sistem daring. Pada rumor yang beredar, dikatakan bahwa cerita yang diangkat dalam kontes solo itu adalah kisah nyata seorang aktris yang tewas beberapa minggu lalu. Meski pihak panitia acaranya sendiri belum mengonfirmasi apapun terkait rumor tersebut.

Dan begitu mereka sampai, pemandangan deretan panjang orang-orang yang ingin menonton pertunjukan tersebut menyambut netra keduanya.

"Astaga, antreannya panjang sekali!" seru Brittany.

Mereka berdua kini tengah berjalan menuju antrean tersebut untuk bergabung bersama penonton yang lain. Bagaimanapun, tiket yang sudah dibeli tidak bisa dikembalikan dan mereka berdua akan sangat merugi jika tidak menonton pertunjukan ini.

"Beruntung aku pergi bersamamu, Alicia," sambung Brittany. Ia lalu berkacak pinggang dan menggeleng tak habis pikir. "Aku tidak tahu apa yang akan kulakukan pada deretan panjang ini tanpamu. Aku pasti sangat merasa bosan!"

Sementara Brittany terus menggerutu di depannya, pandangan Alicia justru tertarik pada papan reklame besar yang menunjukkan wajah para aktor yang akan tampil di sebelah pintu masuk.

Tidak, bukan pada papan reklamenya.

Tapi pandangannya terusik pada seorang pria yang berpakaian serba hitam dengan jas panjang yang hampir menyentuh lutut pria itu sendiri. Ia menatap papan reklame itu dengan sorot yang misterius. Tapi Alicia tahu, ada kebencian di dalamnya. Selain itu, pria yang memunggungi orang-orang ini juga tampak seperti Ace dari belakang.

Alicia lalu mencoba berjinjit, berharap dapat melihat siapa pria yang berdiri di depan sana.

"Kau sedang apa, Alicia?" tapi suara Brittany menghentikkan aksinya.

Yang membuat Alicia sontak menoleh kepada Brittany untuk memberi tahunya soal pria itu. "Aku seperti melihat Ace..." tapi begitu iris biru itu kembali beralih ke tempat pria tadi, ia sudah tak ada di sana. "Di sana," lanjutnya dengan nada yang terdengar kebingungan.

Brittany-pun mengikuti arah yang ditunjukkan Alicia barusan. "Ace?" dan tak ada siapapun yang dilihat Brittany di sana, selain papan reklame dari kontes solo yang akan mereka tonton sekarang. "Aku tidak melihat siapapun, Alicia."

"Mungkin aku salah lihat," ucap Alicia ragu.

Dan Brittany hanya bisa mengangguk mengiyakan perkataan Alicia barusan. "Ayo kita ke depan! Kau membuat antreannya semakin panjang," ajaknya. "Lagipula Ace tidak mungkin di sini. Bukankah kau bilang dia sedang berada di Itali?"

"Ya. Kau benar, Britt."

Alicia kemudian memilih menepis imajinasinya tentang pria misterius tadi. Dan detik setelahnya, ia hanya bisa meyakinkan dirinya sendiri bahwa pria tadi bukanlah kekasihnya, Ace.

Kemudian mereka masuk ke dalam gedung setelah tiket mereka diperiksa. Pemandangan gedung yang luas dengan tatanan lampu warna-warni langsung menyambut mereka. Sedangkan di panggung utama, sebuah tirai besar berwarna merah menutupi hampir keseluruhan panggung.

"Alicia," sapa seseorang yang terdengar tak asing. Dan begitu berbalik, Alicia langsung menemukan Mrs. Portman di hadapannya.

"Mrs. Portman?" Alicia tersenyum. "Kau akan menonton juga?"

Dan wanita yang menggerai rambutnya ke belakang itu mengangguk mengiyakan. "Aku tidak bisa melewatkan pertunjukkan sebesar ini begitu saja," katanya antusias. "Omong-omong kalian akan duduk di sebelah mana?"

"Kami akan duduk di barisan kedua dari depan, Mrs. Portman," jawab Brittany sopan.

Dan wanita itu melebarkan matanya cepat. "Kita akan berdekatan rupanya," tukasnya. "Aku akan duduk di barisan pertama."

"Wah.. Kau menjadi tamu VIP juga, Mrs. Portman?" tanya Brittany kagum.

Dan Mrs. Portman lagi-lagi hanya mengangguk dan tersenyum lembut.

"Mengesankan. Ayo, mari kita segera duduk!"

Setelah ajakan Brittany barusan, keduanyapun berpisah pada baris duduk yang berbeda. Dan dari tempatnya berada, Alicia dapat melihat jelas dosen cantiknya itu. Apa yang sedang dilakukannya dan bagaimana antusiasnya dia saat pertunjukkan akan segera dimulai.

Ditengah-tengah pertunjukan, Alicia menyadari bahwa dosennya itu sedang menelpon seseorang dari tempatnya duduk. Ekspresinya lalu berubah cemas dan ia buru-buru bangkit meninggalkan pertunjukkan.

Ada apa dengan Mrs. Portman?

"Sepertinya aku melihat dosenmu keluar tadi," bisik Brittany, alih-alih takut mengganggu penonton lain.

"Ya." Alicia mengangguk. "Mungkin ada sesuatu yang mendesak," balas Alicia berbisik.

"Yasudah, mari kita lanjutkan pertunjukannya."

Selang dua jam, akhirnya pertunjukkannya selesai. Riuh rendah dan tepuk tangan penonton menjadi pemanis di akhir penampilan broadway itu. Semua penonton yang hadir benar-benar dimanja dengan penampilan yang memukau dari para aktornya dan sekarang, Brittany juga Alicia bisa keluar dari gedung dengan perasaan lega.

"Pertunjukkannya sangat keren!" pekik Brittany begitu meninggalkan panggung utama. "Aku benar-benar tidak menyesal untuk mengantre sepanjang itu untuk penampilan yang menakjubkan tadi."

"Ya, para aktornya juga sangat mendalami peran," puji Alicia.

"Astaga... mereka sangat luar biasa!" Brittany berjingkak gemas dan menarik tangan Alicia. "Maukah kau pergi denganku untuk menonton lagi besok?" tanyanya dengan nada manja yang dibuat-buat.

"Hentikan itu, Britt." Alicia bergidik jijik. "Kita terlihat seperti pasangan sesama jenis jika kau melakukannya lagi."

Namun Brittany justru tertawa puas. Ia melihat Alicia dan menimpali, "Selera humormu benar-benar rendah, Alicia." kemudian ia menjentikkan jarinya di udara seolah baru saja mendapat ide cemerlang di otaknya. "Aku akan pergi menonton lagi dengan Luke. Dia pasti mau menemaniku."

"Ya. Tentu. Dia menyukaimu, Britt," tukas Alicia.

"Oh, jelas. Dia sangat sangat menyukaiku dan aku tahu itu, Alicia," ucap Brittany percaya diri.

Begitu mereka sampai di pintu keluar, pemandangan tak biasa justru menarik perhatian keduanya. Dua mobil ambulans dan beberapa mobil polisi berhenti tepat di samping gedung teater. Sirine ambulans dan mobil polisi yang saling bertumpang tindih itu-pun, menarik perhatian penonton yang lain untuk ikut berkerumun.

"Astaga, kenapa ada mobil polisi di sini?" tanya Brittany.

Alicia menggeleng, merasa tak tahu. "Sepertinya ada kecelakaan di sana." Ia kemudian melihat Brittany. "Ayo kita lihat!"

"Ayo!"

Alicia dan Brittany berusaha menerobos kerumunan orang yang sudah lebih dulu berkumpul di depan gang kecil, di sebelah gedung teater. Tidak jarang beberapa di antara mereka juga merasa terusik dengan kedatangan Alicia dan Brittany.

Dan rasa penasaran itu langsung terjawab dengan sesuatu yang membuat jantung Alicia berhenti seketika.

Detik setelahnya, Alicia hanya merasa napasnya tercekat, matanya memanas dan tubuhnya bergetar. Karena apa yang menyambutnya di sana adalah sebuah mimpi buruk yang tak pernah ia inginkan menjadi nyata.

Alicia melihat mayat seorang wanita di hadapannya...

Dan wanita itu... adalah Mrs. Portman. []



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top