Shadow #18 - Inikah akhirnya
Greek's house, New York.
"Aku memang membencinya, tapi bukan berarti aku yang membunuhnya."
Veronica jelas tak terima saat seorang sekertaris menudingnya sebagai dalang dari kematian suaminya sendiri. Tidak masuk akal baginya.
Tapi Rose juga berkali-kali mengatakan bahwa menerima pesan penuh ancaman yang dikirimkan oleh Veronica. Ia bahkan dapat membuktikan semua omongannya dengan pesan beruntun yang memintanya meracuni Mr. Rich Greek atau hidupnya akan menderita.
"Tapi pesan ini dikirimkan melalui ponsel anda, Nyonya," tukas Nicholas.
"Sudah kukatakan beberapa kali, aku tidak pernah mengirimkan pesan seperti itu padanya," pekik Veronica. Ia kini duduk di sofa bersama dua pengawalnya yang bersiaga di belakang, sementara Nicholas menginterogasinya.
Detektif berbahu lebar itu juga sudah menghubungi Noel dan memintanya segera datang bersama anggota kepolisian dari team-nya untuk menahan dua wanita itu.
"Bukankah setelah kematian suami anda, seluruh harta kekayaan dan hak waris jatuh ke tangan anda?" tanya Nicholas curiga. Matanya juga meneliti Veronica penuh selidik. Akankah dia menemukan kebenaran dari sorot netra biru di hadapannya?
Namun reaksi Veronica selanjutnya justru ia bergidik jijik dan menyilang kedua tangannya di dada. "Kau pikir aku membunuhnya karena semua harta ini?" Ia mendengus pendek. "Asal kalian tahu saja ya, dia bahkan tidak akan bisa mengembangkan bisnisnya tanpa bantuan dana dari keluargaku," bebernya sombong. Ia juga mencondongkan tubuhnya ke arah Nicholas dan melotot. "Jadi jaga bicaramu selagi aku masih berbaik hati."
Nicholas tak bergeming. Tak ada ketakutan dalam raut sang detektif, meski wanita itu sudah mengancamnya barusan. Ia justru menghela napas panjang dan beralih pada Rose. "Lalu darimana kau dapatkan racun-racun itu, Nona Rose?"
Gadis berambut pirang itu lagi-lagi menatap Nicholas gugup. Ia bahkan hanya bisa memainkan jarinya di atas paha untuk meredakan gemetar yang berasal dari tubuhnya sejak tadi. "Pesan itu mengatakan bahwa racunnya ada di dalam ruangan Tuan Greek." Mata hitam itu melirik Veronica sesaat. "Jadi, aku hanya mengikuti instruksinya saja."
Kening Nicholas sontak berkerut dalam. Dan sebelum kembali melempar pertanyaan, ia sempat bertukar pandang dengan Alicia yang duduk di sebelah Rose. "Maksudmu, racun itu seperti sudah direncanakan berada di sana?"
Dan Rose mengangguk mengiyakan. "Nyonya Veronica--"
"Itu bukan aku!" potong Veronica cepat. Ia juga mendelik tajam saat Rose menoleh ke arahnya.
"Pesan itu terus mengancamku," koreksinya. "Ia bilang akan menghentikkan seluruh perawatan Ibuku dan hidupku akan menderita jika aku tidak menuruti perintah itu." Wajahnya lalu tertunduk lemah, menatap keramik di bawah kakinya pasrah. "Aku tidak bermaksud membunuhnya. Tapi Ibuku... adalah segalanya bagiku."
"Dia berkata jujur," kata Alicia tiba-tiba.
Setelah dari awal interogasi gadis itu hanya diam, kini suaranya justru terdengar meredamkan suasana. Veronica memang masih mendelik sinis ke arahnya, tapi Rose justru menoleh kepadanya dengan tatapan lega. Sejatinya Rose bersyukur karena akhirnya seseorang--mungkin--berpihak padanya dalam situasi yang pelik ini.
"Dia hanya menjadi umpan," sambung Alicia. Ia lalu melihat Veronica yang justru langsung membuang wajah darinya. "Begitu juga dengannya."
Wanita bermata biru yang tadinya enggan mendengarkan Alicia, buru-buru menoleh dan melebarkan matanya tak percaya. "Aku?"
Nicholas-pun memandang Alicia sekarang. Ia berharap gadis itu akan segera menjelaskan semua perkataannya barusan kepadanya. "Bagaimana maksudmu, Alicia?"
"Pelakunya mungkin Nyonya Veronica atau Nona Rose," katanya sembari melihat Veronica dan Rose bergantian. "Tapi mereka berdua punya alibi yang konkret saat kejadian."
Nicholas-pun mengangguk setuju. "Jadi, siapa diantara mereka yang harus kita jadikan tersangka sekarang?"
"Hey!" seru Nyonya Veronica. "Sudah kubilang, aku tak melakukan apapun. Aku bukan pelakunya!" Ia jelas tak suka saat Nicholas lagi-lagi menuduhnya. "Apa kau tidak bisa melihat kejujuranku juga di sini, Nona muda?" tanyanya pada Alicia, sarat sarkasme.
Namun belum sempat menjawab, Noel dan dua polisi lain sudah masuk dan menghampiri mereka. "Detektif," tegurnya, memecah suasana.
Dan semua mata kini tertuju padanya. "Apa kami sudah bisa membawa tersangka ke kantor polisi?"
Detektif berparas tampan itu akhirnya beranjak dari sofa sembari mendesah pelan. Ia kemudian memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana dan menganggukkan kepalanya. "Kita harus membawa Nona Rose." Rose kontan menatapnya cemas. "Bagaimanapun, kau adalah orang yang memasukkan racun itu dengan sengaja ke dalam minumannya."
Wanita berambut pirang itu lalu menangis, bersamaan dengan petugas yang memegangi lengannya dan membawanya pergi meninggalkan ruang tamu di rumah itu. Sedangkan Nyonya Veronica, masih bersikukuh menolak untuk dibawa.
"Sudah kubilang, aku tidak pernah mengirimkan pesan apapun pada wanita itu!" serunya. Ia lalu menatap Nicholas kesal. "Seharusnya aku menyuruh pengawalku untuk mengusirmu daritadi."
Namun detektif bertubuh tinggi itu hanya mengembuskan napas pendek selagi memijit pelipisnya yang mulai terasa pening karena tingkah Nyonya Veronica. "Kami tetap akan membawamu ke kantor polisi untuk menjadi saksi, Nyonya," ucapnya berusaha menjelaskan. "Kami tidak akan langsung memasukkanmu ke penjara. Bisakah kau sedikit bersikap kooperatif dan menunjukkan wibawamu sekarang?"
Butuh beberapa saat hingga akhirnya hati keras itu luluh dengan sendirinya. Wanita dengan blus hitam dan blazer abu-abunya itu kemudian bangkit dari sofa dan berpaling pada pengawal yang berdiri di belakangnya. "Aku akan ikut dengan mereka. Jaga ketat rumah ini selagi aku tidak ada, jangan biarkan siapapun mensabotase barang-barangku." Setelah memberi perintah, Nyonya Veronica akhirnya berjalan keluar dengan Noel yang mengekor mengawasinya.
Setelahnya, Alicia dan Nicholas-pun bangkit. Mereka kini saling berhadapan dengan pandangan yang justru tampak kikuk.
"Jadi... sudah selesai, bukan?" Alicia mengedikkan bahunya.
Dan Nicholas menganggukkan kepalanya perlahan. "Ya, sudah selesai." Ia jelas mengatakannya dengan perasaan tak ikhlas. Karena bagaimanapun, jika kasus ini telah selesai itu artinya Nicholas dan Alicia harus berpisah dan tak akan bertemu lagi, sesuai kesepakatan mereka.
"Aku bersyukur kasus ini selesai lebih cepat dari dugaanku," kata Alicia lega.
Sementara Nicholas hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Alicia barusan. "Tapi bagaimana kita tahu kalau Nyonya Veronica akan berterus terang soal hubungannya dengan Natalie Heele?" tanya Nicholas, masih mencoba mencari-cari alasan.
Lalu Alicia tersenyum. "Desak dia dan katakan bahwa kau akan menuntutnya karena telah membeli lukisan-lukisan mahal melalui pasar ilegal," sarannya.
"Bagaimana kau tahu kalau lukisan ini dibeli dari pasar ilegal?"
Namun gadis berambut hitam itu justru terkekeh. "Aku tidak tahu. Tapi tidak ada salahnya mencoba, bukan?"
"Hah. Kau melakukannya lagi," kata Nicholas disertai kekehan ringan. Ia lalu menyilang kedua tangannya di dada dan menatap Alicia. "Kau akan kemana setelah ini?"
"Kurasa aku akan pergi menonton bersama Brittany." Alicia mengangkat kedua bahunya. "Aku sudah janji."
Kemudian yang bisa dilakukan Nicholas hanya mengangguk paham dan berusaha merelakan semuanya. Pada akhirnya, perpisahan ini akan datang juga, bukan? "Baiklah kalau begitu. Mari kuantar kau pulang, Alicia." Ia tersenyum pahit. "Akhirnya semua berakhir di sini, ya."
Setelah mengiyakan tawaran Nicholas, Alicia-pun berjalan meninggalkan ruang tamu. Kasus ini memang sudah selesai, tapi rasa-rasanya... ia seperti melewatkan sesuatu.
Kira-kira, Alicia melewatkan apa? []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top