Shadow #17 - Rich Greek & Veronica Smith (2)

Greek's House, New York.

"Kenapa kalian hanya datang berdua omong-omong?"


Nicholas dan Alicia langsung dipersilakan duduk bersama sang pemilik rumah di ruang tamunya dengan secangkir teh hangat dan kue jahe sebagai suguhannya. Tidak banyak yang mereka lakukan selama beberapa menit tadi, selain melihat Veronica menyesap teh miliknya yang sesekali masih mengepulkan uap panas dari permukaannya secara berulang-ulang.

Mata mereka berdua juga disuguhkan oleh pemandangan yang luar biasa mewah begitu masuk dan duduk di sana.

Dinding yang dipoles berwarna putih, seakan cocok dengan berbagai furnitur serba mahal di sekitarnya. Tidak dapat dipungkiri, ruang tamu seluas itu dapat dikatakan sebagai salah satu yang termewah dengan berbagai elektronik mahal dan pajangan-pajangan lain yang bernilai seni tinggi. Salah satunya, lukisan asli Les Femmes D'Alger karya Pablo Picasso yang dilelang di balai lelang Christie New York dengan harga lima ratus juta dollar tahun lalu. Veronica bahkan bisa memilikinya dengan mudah.

Belum lagi, guci berlapis emas yang berderet rapih bersama beberapa piagam penghargaan di atas meja. Juga foto anak-anak mereka yang tampaknya sering menorehkan prestasi.

"Perlukah kami membawa satu pasukan khusus untuk memeriksa anggota dewan sepertimu?" balas Alicia sinis. "Kurasa kami berdua sudah lebih dari cukup."

Yang sontak membuat Nicholas terkejut dan buru-buru menimpalinya, "Apa kau sedang sendirian, Nyonya?" Mata Nicholas lalu memastikan ke sekeliling. "Kau bilang, kau memiliki dua anak. Tapi aku belum melihat mereka sama sekali." lalu pandangannya beralih kembali pada sang wanita yang duduk di hadapannya.

Veronica kemudian menatap Nicholas lalu Alicia bergantian, sebelum akhirnya mengangkat kedua sudut bibirnya yang tipis. "Mereka baru saja pergi berlibur ke Miami dan akan kembali pekan depan," ucapnya. "Aku khawatir kepada kondisi psikologis mereka, jika terlalu lama bersedih karena kematian ayahnya."

Mata Alicia yang sejak tadi berpendar ke sekitar, akhirnya menangkap sebuah foto keluarga di antara banyaknya foto lain yang tergantung di dinding. Di sana terlihat Veronica sedang bersama seorang pria bertubuh besar dan kedua anak lelakinya yang berusia sekitar dua belas dan tujuh belas tahunan.

"Tapi aku tidak perlu khawatir, karena aku memiliki banyak penjaga di sini," sambung Veronica dengan santai. Ia lalu kembali mengangkat cangkir tehnya dan menyesapnya dengan gaya yang anggun. Seolah meresapi setiap teguk yang mengaliri tenggorokannya.

"Omong-omong, apa kau sangat dekat dengan Nona Rose?" tanya Nicholas.

Mata biru itu tampak terkesiap sejenak, tapi sesaat setelahnya raut wajahnya kembali santai seperti biasa. "Aku mengenalnya karena dia adalah sekertaris pribadi suamiku," katanya sembari meletakkan kembali cangkir teh itu ke atas meja. Lalu ia memandangi Nicholas dan Alicia dengan sorotan yang misterius. "Wajar kalau aku khawatir saat suamiku terlalu dekat dengan wanita lain, bukan?"

"Itu...," Alicia menarik perhatian wanita itu sekarang. Dan di saat bersamaan, Alicia menunjuk foto keluarga milik Veronica tadi dengan hanya mengangkat dagunya. "Apa kalian hanya memiliki satu foto keluarga di rumah ini?"

Veronica lantas menoleh perlahan ke arah yang dimaksud Alicia. Kepada sebuah foto dimana Veronica dan keluarga kecilnya tengah menggunakan pakaian serba hitam dan duduk berdampingan di sebuah kursi panjang. "Kami tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan sesi foto," jelasnya.

"Mereka semua tersenyum di sana, tapi mengapa kau tidak?" tanya Alicia, pelan tapi mendesak.

Yang membuat perasaan Veronica mendadak menjadi tidak nyaman. Ia-pun kembali menyibak rambut cokelatnya ke belakang dan bersedekap. "Aku tidak terlalu suka di foto."

"Apa hubungan kalian semua baik-baik saja?" cecar Alicia.

Merasa disudutkan, Veronica akhirnya memilih bangkit dari sofa. Hendak pergi meninggalkan kedua tamunya itu. "Sepertinya aku harus pergi ke toilet sebentar. Bisakah kalian menungguku di sini?"

Namun belum sempat salah satu di antara mereka menimpali, seorang wanita lain dengan pakaian rapih datang menghampiri Veronica. "Permisi, Nyonya Smith." yang tentu membuat perhatian semua orang teralih kepadanya sekarang.

Itu Nona Rose, sekertaris pribadi Rich Greek.

Sepertinya wanita bertubuh ramping itu belum juga menyadari kehadiran Nicholas ataupun Alicia di sana, sampai-sampai seorang Veronica harus mengedipkan matanya beberapa kali sebagai kode akan adanya kondisi darurat di depannya.

"Nona Rose," panggil Nicholas dengan hati-hati.

Dan tentu saja, seperti melihat hantu menyeramkan di siang bolong, wanita itu berteriak dan terhuyung jatuh ke belakang saat tahu Nicholas-lah yang memanggilnya barusan. Ia langsung merasa jantungnya berdetak tak karuan setelah mendapati Nicholas kini tengah berdiri dan menatapnya penuh selidik. Tubuhnya-pun tak bisa menahan gemetar yang menyerangnya tiba-tiba, sehingga rasanya untuk berdiri-pun, ia tak menyanggupinya.

Berinisiatif membantu, Nicholas segera mengulurkan tangannya dan menarik tubuh Rose untuk segera bangkit.

Mata mereka bertemu sekarang. "Ma--maafkan aku, detektif," ucapnya gugup. "Aku tidak tahu apa-apa, sungguh."

Nicholas menggumam pendek, sebelum akhirnya membiarkan wanita itu duduk di samping Alicia. "Kenapa kau tidak menjawab panggilanku? Apa kau sengaja menghindar dari pemeriksaan polisi?"

Wanita itu kemudian mendongak panik dan menggeleng cepat. "Tidak, tidak seperti itu. Ponselku hilang saat dalam perjalanan ke kantor tadi," dalihnya. Meski Alicia tahu, suara Rose jelas menunjukkan kebohongan dalam dirinya.

Lalu suara dengusan pendek terdengar dari Veronica. "Pantas saja kau datang kemari hari ini." Ia bersedekap dan menatap tak senang wanita berambut pirang itu. "Lupakan saja ponselnya, aku akan membelikanmu yang baru besok."

Alih-alih bersikap peduli, Alicia justru merasa curiga dengan ucapan Veronica barusan. "Kau tidak berencana mencegah Nona Rose datang ke sini karena kehadiran kami, bukan?" tanyanya begitu saja.

Yang membuat Veronica menjadi semakin kesal kepada gadis muda itu. Ia lalu mendesis sinis dan berkata, "Jaga bicaramu itu gadis muda."

"Nona Rose, selagi kau di sini. Aku akan mengajukan beberapa pertanyaan untukmu," tukas Nicholas. Yang langsung memotong pertikaian antara Alicia dan Veronica. "Jadi, bersikap kooperatiflah."

"Ba--baik, detektif."

Nicholas lalu beralih pada Veronica. "Nyonya, bisakah kau duduk kembali jika memang tidak jadi pergi ke toilet?" katanya sarat akan perintah. Dan wanita itu sontak duduk karena merasa tak enak pada sang detektif.

Nicholas kemudian berdeham. "Nona Rose, apakah benar di hari kematian Rich Greek, kau-lah yang memesan makanan dan minuman untuk pertemuan itu?"

Rose, wanita dengan blus putih dan rok merah selutut itu langsung menunduk takut saat menjawab, "Ya, detektif."

"Apa benar, bahwa kau juga yang membantu pramusaji mengatur letak pesanan di hari pertemuan itu?" lanjut Nicholas.

"Be--benar, detektif." Ia menatap lantai di bawah kakinya dengan gelisah. Sesekali wanita bertubuh kurus itu juga menggigit bibirnya.

"Itu artinya... kau seharusnya tahu bahwa kopi yang kau suguhkan untuk atasanmu itu beracun, bukan?" Kali ini nada bicara Nicholas sarat akan desakan.

Dan perlahan, kepala Rose mendongak ke atas sehingga matanya kini beradu tatap dengan iris cokelat terang milik sang detektif. Ia tampak meneguk salivanya dengan susah payah sebelum akhirnya secara tiba-tiba ia berlutut ke lantai dan menangis. "Kumohon ampuni aku, detektif!" Ia tiba-tiba merengkuh di bawah kaki Nicholas dan menangis sejadi-jadinya sekarang. "Aku melakukan semua ini karena perintah Nyonya Veronica," lanjutnya masih dengan suara yang terisak.

Sontak mata Nicholas dan Alicia langsung beralih pada Veronica. Wanita itu jelas melotot tak terima karena ucapan Rose barusan. Ia kemudian bangkit dan menunjuk wajah Rose yang masih berlutut di lantai. "Beraninya kau menuduhku! Aku tidak pernah menyuruhmu melakukan hal kotor seperti itu!" pekiknya ketus.

Namun Rose justru menggeleng lemah di hadapan mereka semua. "Aku tidak berbohong, detektif," sanggahnya lirih. "Periksa saja isi tasnya. Dia pasti masih menyimpan racun itu di sana." dan Alicia mendapati netra Rose yang mendelik tajam pada Veronica.

"Benarkah itu, Nyonya Veronica?" tanya Nicholas.

"Soal itu...," []

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top