Shadow #16 - Rich Greek & Veronica Smith
Sunshine Cafe, New York.
Kening Nicholas tak bisa berhenti berkerut heran saat matanya melihat dengan jelas adegan demi adegan yang muncul di monitor di ruangan manager Sunshine Cafe sekarang.
Sang manager cafe, Mrs. Donn, akhirnya mengiyakan permintaan sang detektif untuk melihat rekaman kamera cctv agar dianggap sebagai masyarakat yang kooperatif dalam membantu penyelidikan kasus kematian yang menimpa salah satu pengunjungnya di hari pembantaian Town Square beberapa hari ke belakang.
Mr. Donn juga menjelaskan kepada Nicholas, bahwa pria bernama Rich Greek itu datang sendirian sebelum akhirnya kelima kolega kerjanya menyusul dan duduk bersamanya. Ia juga menambahkan, semua makanan dan minuman yang mereka pesan sudah diperiksa kualitasnya sebelum disajikan ke atas meja.
"Apakah kau masih ingat, makanan atau minuman apa saja yang mereka pesan hari itu?" tanya Nicholas.
Mr. Donn dengan cepat menganggukkan kepalanya. "Sekertaris Tuan Greek memesankan makanan yang sama untuk mereka. Pasta salmon dan americano."
"Mereka menyantap sebuah pasta dengan secangkir kopi?" Nicholas menatap Mr. Donn tak percaya. Tapi pria bertubuh tambun dengan jas abu-abunya itu segera mengiyakan perkataan sang detektif. "Bukannya ini terdengar aneh?"
"Tak berselang lama, kami mulai mendengar suara tembakan dari luar dan para pengunjung berlarian meninggalkan cafe," katanya menjelaskan. Matanya juga mengawang, seolah ditarik kembali ke hari yang mengerikan itu. "Suaranya yang sangat besar, benar-benar membuat pengunjung kami terkejut dan berlari ketakutan."
Nicholas kemudian mengangguk paham. "Apa ada sesuatu yang aneh saat ia sedang menunggu para koleganya di sini?" tanyanya penasaran.
Namun Mr. Donn menggeleng. "Kurasa tidak. Ia justru tampak sangat senang saat datang ke tempat ini." Ia lalu mengedikkan bahunya cepat. "Tuan Greek seperti baru saja memenangkan lotre jutaan dollar."
Sangat senang, seperti baru saja memenangkan lotre jutaan dollar.
Nicholas lalu mulai berpikir, mungkinkah Rich Greek memang baru saja melakukan sesuatu yang menyenangkan hatinya sebelum ia datang ke tempat ini sampai-sampai orang lain sadar bahwa ia sedang bersuka hati hari itu.
Tapi apa yang ia dapatkan sebelum datang ke tempat ini?
"Apa ada hal lain lagi yang dapat kami lakukan untukmu, detektif?" tanya Mr. Donn.
Dan Nicholas yang sempat tenggelam dalam lamunan-pun agaknya sedikit terkesiap karena suara Mr. Donn barusan. Tapi pria bertubuh tinggi itu buru-buru menjawab, "Kurasa tidak. Terima kasih sudah membantuku memeriksa rekaman cctvnya." Lalu ia-pun berlalu pergi meninggalkan ruangan sang manager setelah mengucapkan salam dan berpamitan dengan sopan.
Pria berambut hitam kecokelatan yang telah lama menjadi seorang detektif itupun kemudian melanjutkan perjalanannya menuju sedan perak miliknya yang terparkir rapih di halaman luar cafe. Dengan sosok Alicia yang sudah berdiri menantinya di sana.
"Bagaimana?" tanya Alicia begitu Nicholas sampai di hadapannya.
"Kau benar soal pria itu. Rich Greek duduk bersama kolega kerjanya di tempat kita tadi dan kopilah yang menjadi pelarut racun berbahaya itu," terang Nicholas. Ia lalu berkacak pinggang dan mencebik kesal. "Tidak ada orang lain yang mencurigakan selama pertemuan itu berlangsung."
"Apa kau yakin kau tidak melewatkan sesuatu, Nic?"
"Aku melihat sendiri pramusaji itu berjalan menyajikan makanan ke meja." Nicholas mengusap dagunya perlahan. "Tidak ada siapapun, kecuali...," ucapannya terhenti begitu saja saat Nicholas teringat akan sesuatu. "Wanita itu."
"Wanita itu?" Alicia menaikkan satu alisnya penasaran. "Siapa?"
"Aku melihat seorang wanita menghampiri pramusaji itu, mungkin mereka berbicara sekitar tiga puluh detik sebelum akhirnya makanannya sampai ke meja." Tapi Nicholas justru memutar kepalanya dan mendesah frustrasi. "Sial! Tapi aku tidak bisa melihat jelas wajahnya karena ia terlihat menggunakan topi di layar."
Detektif berhidung mancung itu tampaknya benar-benar kesal sekarang. Tapi reaksi berbeda justru ditampilkan oleh gadis di hadapannya itu. Alicia justru menyilang kedua tangannya di dada dan menatap Nicholas santai. "Kenapa kau bisa melewatkan hal sepenting itu, Nic?" katanya diakhiri dengusan pendek sarat sindiran.
"Ah!" Ia memijit pelipisnya pelan sebelum kembali melihat ke arah Alicia. "Siapa kira-kira wanita bertopi hitam itu?"
"Kenapa kau perlu bingung?"
Nicholas kontan mengernyitkan keningnya. "Apa maksudmu?" Untuk apa Alicia menanyakan hal yang seharusnya ia sendiri sudah tahu jawabannya. Jelas Nicholas sangat bingung sekarang, karena tidak bisa melihat dengan jelas siapa sosok wanita bertopi hitam yang tertangkap kamera cctv tadi. Lalu, kenapa Alicia masih bertanya? "Aku tentu bingung karena tidak bisa mengetahui siapa wanita bertopi hitam, yang mungkin memasukkan sianida itu ke dalam kopi mereka, Alicia. Kenapa kau masih bertanya?"
"Kau belum sadar rupanya." Alicia menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. "Dalam pertemuan itu, hanya ada satu wanita di sana. Wanita yang bisa mengatur pertemuan itu, memesankan makanan dan minuman apa yang akan mereka santap dan tentunya, wanita itu juga yang memiliki hak untuk berdiri dan membantu pramusaji menyajikan cangkir kopi kepada mereka semua." Seperti menyadari sesuatu, Nicholas melebarkan matanya tak percaya. "Wanita itu juga pasti tahu, cangkir mana yang akan disajikan untuk tamu istimewanya... Rich Greek."
"Nona Rose!" Nicholas langsung menyebut nama itu dalam satu hembusan napasnya.
Wanita itu adalah Rose... sekertaris pribadi Rich Greek. Nama yang tiba-tiba terlintas di dalam pikiran Nicholas.
"Wanita itu sudah merencanakan semuanya," tukas Alicia.
Iya. Nicholas juga baru menyadarinya sekarang.
Wanita bernama Rose itu tidak pernah bisa hadir dalam undangan penyelidikan kasus dengan berbagai macam alasan dan detektif bermata cokelat terang itu merutuki dirinya sendiri karena tidak sadar akan hal itu selama beberapa hal ini.
"Apa kau bisa menemuinya sekarang?" tanya Alicia penuh harap. "Jika boleh berterus terang, kau baru saja melewatkan saksi kunci kita, Nic."
"Aku akan mencoba menghubunginya," tutur Nicholas. Ia buru-buru menekan nomor yang ditinggalkan Rose untuknya saat pemeriksaan TKP dan mencoba menelponnya beberapa kali.
Sepertinya sudah dua atau tiga kali Nicholas mencoba, tetapi tetap saja sang sekertaris itu tak menjawab panggilannya. Sepertinya sengaja menghindari panggilan sang detektif.
"Dia tidak menjawab panggilannya." Nicholas mendesah kasar. "Bagaimana sekarang?"
Kemudian gadis berambut hitam itu mengangkat kedua bahunya malas. "Mari kita temukan jawabannya di rumah mereka," saran Alicia. "Kau tahu rumah dimana rumah mereka, bukan?"
***
Sebuah rumah besar bergaya modern menyambut netra Alicia dan Nicholas. Gerbang tinggi berwarna hitam dengan seorang penjaga bertubuh kekar yang siaga di depannya, membuat siapapun yang melintas akan tahu bahwa rumah tersebut dimiliki oleh seseorang yang penting di kota ini. Tidak main-main, seekor anjing jenis doberman berwarna hitam juga berkeliaran di sekitarnya.
Netra cokelat terang milik Nicholas juga menemukan dua kamera pengawas di sudut gerbang masuk rumah besar itu. Penjagaan yang super ketat.
Begitu Alicia dan Nicholas turun dari sedan perak tersebut, di saat bersamaan pula sebuah mobil ford hitam berhenti di depan mereka. Dan tak lama setelahnya, sosok wanita yang tak asing muncul dari kursi penumpang.
"Detektif Nicholas Gray?" Suara wanita itu terdengar rendah dan mengintimidasi. Memberi kesan ketidaksukaan yang terselubung. "Kau datang di waktu yang tepat."
Kemudian penjaga yang menggunakan pakaian serba hitam di depan rumah besar itu berlari kecil ke arah mereka. "Nyonya besar," sapa penjaga itu dengan sopan. "Anda pulang lebih awal hari ini."
Dan wanita yang Nicholas tahu bernama Veronica Smith itu hanya menyunggingkan senyum di hadapan mereka semua. "Aku merasa seorang tamu istimewa akan datang dan dugaanku tentang itu, ternyata benar," ucapnya sarat akan sarkasme. Ia lalu melihat Nicholas dan Alicia bergantian sebelum kembali pada sang penjaga. "Mereka berdua adalah detektif yang akan memeriksa rumah ini. Jadi pastikan, kau dan yang lainnya bersikap baik kepada mereka."
Veronica kemudian menyibak rambut panjangnya ke punggung sembari meleos masuk ke dalam rumah besarnya. Sementara seorang pria lain yang baru turun dari mobil dengan membawa tas mewah milik Veronica, buru-buru berlari mengekor di belakangnya.
Alicia mendengus geli. "Wanita itu terlihat baik-baik saja tanpa suaminya," bisikknya pada Nicholas. "Mungkin dari awal, penilaianmu terhadapnya memang sudah salah."
Nicholas menarik napas panjang dan menatap punggung Veronica yang menjauh dengan tatapan cemas. "Sepertinya kau benar. Aku telah tertipu oleh sikapnya yang sengaja dimanipulasi."
Tapi, apa tujuanmu melakukan itu, Veronica? []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top