Shadow #15 - Memulai semuanya
Sunshine Cafe, New York.
"Senang bertemu denganmu lagi, Alicia."
Nicholas kini tengah berjalan bersama Alicia menuju salah satu meja di sudut cafe. Mereka berdua telah membuat janji sebelumnya untuk kembali bertemu dan membahas kasus yang sedang mereka hadapi lebih lanjut.
Dan setelah mereka duduk, pandangan keduanya mulai berpendar ke sekitar.
Sunshine Cafe sendiri tampak sangat cozy dan bergaya santai dengan dinding berwarna biru muda. Bangunannya sendiri memiliki dua lantai, lantai pertama untuk penikmat ruangan indoor sementara lantai berikutnya cukup khas dengan kesan outdoornya. Cocok sekali bagi para pengunjung yang ingin merasakan langsung udara dan pemandangan jalan nan padat di area Town Square itu sendiri.
Tapi kali ini, Alicia dan Nicholas memilih bersantai di lantai dasar. Sebuah ruangan yang dipenuhi pendingin ruangan dan beberapa lukisan penuh warna di setiap dindingnya. Setiap meja terdiri dari empat kursi, yang artinya lantai dasar memang diperuntukkan untuk tamu yang datang dengan banyak teman, atau keluarga.
"Bagaimana kasusnya?" tanya Alicia langsung ke intinya.
Jujur saja, bertemu dengan Nicholas berdua saja di sebuah cafe seperti itu mengingatkannya pada kencan pertama mereka yang gagal sebelumnya. Dan hal itu secara mendadak membuat gadis keturunan Brooklyn itu merasa sangat canggung.
"Aku berencana pergi memeriksa data pribadi Natalie Heele di sebuah rumah sakit, tapi tiba-tiba, istri dari korban kedua kita datang dan bersedia melakukan wawancara kemarin," jawab Nicholas. "Jadi, kuminta Noel untuk menggantikanku ke sana."
"Lalu hasilnya?"
"Sama seperti artikel-artikel yang muncul di internet, perawat yang pernah bekerja di rumah sakit itu bukanlah Natalie Heele, melainkan Rosie Heele," kata Nicholas. Ia lalu mencebik. "Tapi sayang, pihak rumah sakit tak membeberkan dengan jelas data pribadi Rosie Heele. Noel tak bisa melihat foto atau dimana perawat itu tinggal."
Alicia lalu mengangguk paham. "Sangat disayangkan."
"Tapi begini, ada sesuatu yang aneh dengan istri Rich Greek saat kami berbicara kemarin," tukas Nicholas. Pandangan detektif muda itu sarat akan keseriusan sekarang. "Ia seperti sedang menyembunyikan sesuatu yang--"
"Permisi." Tiba-tiba, seorang pramusaji dengan seragam khas berwarna putih dan hitam berdiri menghampiri mereka. Dengan senyum, ia menyodorkan dua buku menu kepada Nicholas dan Alicia. "Ini menu kami hari ini. Apakah kalian akan memesan sekarang?"
Alicia dan Nicholas saling melempar pandangan bingung. Tapi buru-buru Nicholas menginterupsi, "Ah, iya. Aku mau pesan cappucino dan pudding cokelat saja." Ia lalu beralih pada gadis di hadapannya. "Bagaimana denganmu, Alicia?"
"Tapi kita ke sini bukan untuk bersantai, Nic."
"Ayolah, pesan saja. Jangan biarkan perut kita kosong selagi menangani sebuah kasus," titah Nicholas. Lalu ia kembali pada sang pramusaji yang masih dengan sabar, berdiri di dekat mereka. "Aku juga ingin memesan steak."
"Baik, bagaimana dengan anda, Nona?" jelas pramusaji itu melemparkan pertanyaannya untuk Alicia.
Dan dengan perasaan terpaksa, Alicia-pun harus meng-iyakan tawaran Nicholas. "Baiklah, aku juga ingin memesan steak dan es karamel."
Kemudian pramusaji bertubuh tinggi dengan kumis tipisnya itu tersenyum hangat setelah mencatat pesanan tamunya itu. Sembari mengambil buku menu dengan sopan, ia meminta Nicholas dan Alicia untuk menunggu sebelum akhirnya ia sendiri melenggang pergi meninggalkan keduanya.
"Kau tidak bosan dengan karamel-karamel itu?" kata Nicholas sembari terkekeh geli.
"Aku sudah menyukai karamel sejak lama. Jadi, kau harus berhenti khawatir."
Nicholas tersenyum sebelum kembali melanjutkan, "Jadi, wanita bernama Veronica itu--"
"Veronica?" sela Alicia penasaran.
"Ya. Istri dari Rich Greek bernama Veronica Smith itu datang ke kantor dengan wajah yang sedih. Bahkan hanya dengan melihat wajahnya, kita semua bisa tahu bahwa ia sangat kehilangan setelah kematian suaminya," terang Nicholas. Ia lalu mengernyitkan kening setelahnya. "Tapi saat aku bertanya apakah dia mengenal Natalie Heele, sikap dan ekspresi wanita mendadak berubah. Seperti takut, kesal atau apalah aku juga tidak bisa menggambarkannya dengan jelas."
"Jadi menurutmu, mereka saling mengenal?"
Nicholas langsung menganggukkan kepalanya dan menyilang kedua tangannya di dada. "Rencananya, aku akan mengunjungi kediaman mereka untuk memeriksa beberapa hal hari ini. Bisakah kau ikut denganku?"
Yang kontan membuat Alicia kembali merasa tak enak. Keputusannya untuk membantu Nicholas dalam menangani kasus ini, tentu membuatnya berinteraksi lebih banyak dengan detektif muda berparas tampan itu. Dan Alicia semakin merasa khawatir sekarang.
Semakin jauh ia melangkah bersama Nicholas, perasaannya kepada Ace justru seperti terombang-ambing di lautan lepas.
"Alicia?"
"Ah, ya, ya. Bagaimana?" Gadis itu baru saja sadar dari lamunannya.
Namun Nicholas justru tertawa saat melihat tingkah Alicia itu. "Ada apa denganmu, Alicia? Apa ada sesuatu yang kau pikirkan?"
Dan buru-buru gadis bermata biru itu menepisnya. "Oh, tidak. Aku baik-baik saja. Hanya sedikit lapar," dalihnya.
"Baiklah, kita akan makan dulu sebelum membahas kasus ini lebih dalam." Nicholas kemudian tersenyum jahil. "Aku tidak mau membawa partner yang nantinya justru merepotkanku."
Alicia tentu memutar kedua bola matanya malas. Tapi mendadak, ia teringat akan satu hal. Ia kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar dan menyadari sesuatu. "Nic, ada banyak kamera pengawas di sini," kata Alicia.
Yang membuat Nicholas langsung berpaling dan ikut memerhatikan langit-langit ruangan ini. Ada empat kamera di setiap sudutnya. "Mau memeriksa kamera pengawasnya sekarang?"
Lalu seorang pramusaji yang sebelumnya mencatat pesanan mereka, kembali dengan sebuah nampan berisi makanan. Ia tersenyum sembari meletakkan satu persatu makanan itu ke atas meja. "Silakan," katanya dengan sopan.
"Ah, maaf." Nicholas lalu menunjukkan identitasnya sebagai polisi kepada pria itu. "Bisakah kami memeriksa data kamera pengawas beberapa hari yang lalu?"
"Oh, begitu." Sang pramusaji tampaknya agak terkejut saat mengetahui bahwa kedua pengunjungnya adalah bagian dari kepolisian. "Tapi sepertinya aku harus meminta izin kepada managerku dulu."
"Silakan," ucap Nicholas mengiyakan. "Katakan padanya, aku akan memeriksa data kamera pengawas saat pembantaian di pusat Town Square terjadi."
"Baik, detektif."
Pramusaji itu lalu pergi meninggalkan Nicholas dan Alicia.
"Silakan makan, Alicia," ujar Nicholas lembut. "Santai saja saat bersamaku."
"Aku tahu dia di sini," kata Alicia tiba-tiba.
Mendengar jawaban yang tak sinkron dengan ucapan Nicholas barusan, sontak membuat detektif berusia dua puluh lima itu mengerutkan dahinya dalam-dalam. "Apa?"
"Aku tahu Rich Greek duduk di tempat yang sama dengan kita," kata Alicia dengan nada yang misterius. "Posisi ini adalah letak yang pas bagi seorang Rich yang perfeksionis."
"Aku tidak mengerti. Tapi... ya, mungkin kau benar." Nicholas menggaruk tengkuk lehernya yang sama sekali tidak gatal. "Kudengar Rich memang suka duduk di tempat yang strategis dan melihat ke segala arah. Tapi aku tidak tahu, kalau kau sangat memperhatikan hal itu, Alicia." Ia-pun mengedikkan bahunya cepat. "Lalu, bagaimana kau tahu hal itu?"
Alicia mendongak, menatap Nicholas serius. "Kita akan segera mengetahui semuanya setelah melihat data dari kamera pengawas yang ada sudut udara ruangan ini." []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top