part 12

Kenneth vs Mama Rayyan

Qyra vs Mama Rayyan

Po masih sisa 17 hari lagi ya gengs. Pdfnya ready februari setelah po tutup.

Waiting list pdf boleh ya gengs. Wa aja. 0857 8819 0001.

***

Calvin kembali ke kediamannya setelah mengantar Briella ke kediaman milik keluarga Evangellyn. Liburan serta kegiatan bisnis yang Calvin bayangkan akan berjalan dengan lancar dan menyenangkan tidak berakhir seperti yang ia inginkan.

Liburannya hancur karena si penelpon. Perjalanan bisnisnya tidak berjalan mulus karena negosiasi yang ia lakukan tidak mencapai kesepakatan.

Wajah Calvin terlihat tidak menyenangkan. Ia seperti diselimuti aura gelap yang siap menghisap orang lain.

Mobilnya sampai di depan kediamannya. Ia turun dari sana dan disambut langsung oleh Meisie yang berlari ke arahnya dengan wajah berseri.

Suasana hati Calvin yang buruk menjadi sedikit membaik karena melihat senyuman Meisie. Sudah lama ia tidak melihat wajah bahagia Meisie.

"Sudah kembali?" tanya Kenneth yang mengekori Meisie.

"Kau berharap aku tidak kembali, heh?" Calvin melangkah melewati Kenneth bersama dengan Meisie yang kini digendongannya.

"Bisnismu sepertinya tidak berjalan lancar." Kenneth memiringkan wajahnya menatap Calvin yang tersenyum pahit.

"Kau memang peramal hebat," sahut Calvin.

"Wajahmu ketika masuk menjelaskan segalanya. Kau seperti awan mendung."

Calvin terkekeh geli. "Benarkah?"

Kenneth tidak perlu memperjelasnya.

"Meisie tidak merepotkan Paman Kenneth, kan?" Mata sendu Calvin bertemu dengan mata berbinar putrinya.

"Tentu saja tidak, Papa. Meisie anak baik." Meisie menjawab percaya diri.

Calvin dan Kenneth tertawa bersama. "Benar, Meisie anak baik." Calvin mencium gemas putrinya.

Dari arah lain, Qyra menyaksikan bagaimana Calvin sangat menyayangi Meisie. Bagaiman jika Meisie adalah anaknya, apakah Calvin juga akan menyayangi Meisie seperti saat ini? Qyra merasa ragu. Ia yakin Calvin akan cukup kejam pada Meisie jika Meisie adalah putrinya.

"Terima kasih sudah menjaga Meisie dengan baik. Aku akan sering-sering merepotkanmu." Calvin mengedipkan sebelah matanya.

Kenneth berdecih. "Aku akan memasang tarif setelah ini."

Calvin tergelak. Sejenak ia lupa bahwa ia memiliki masalah yang membuatnya sakit kepala. Masalah yang sudah menyita waktu dan perhatiannya.

"Aku memiliki jam sore hari ini. Jadi aku akan segera pergi."

"Kenapa tidak mengambil libur hari ini? Kakak akan mentraktirmu makan sebagai ucapan terima kasih."

"Lain kali saja, Kak. Aku memiliki operasi."

"Ah, baiklah. Kalau begitu besok malam, bagaimana?"

"Besok malam."

***

Calvin mendengarkan celotehan Meisie sepanjang jam. Gadis kecilnya menjelaskan aktivitas yang ia lakukan selama Calvin tidak ada. Calvin sudah mendengarnya dari Qyra, tapi ia tetap jadi pendengar yang baik bagi putrinya.

"Papa tahu? Masakan Bibi Qyra sangat enak." Meisie melemparkan tatapan pada Qyra yang saat ini tengah membereskan mainan yang berserakan di lantai.

"Benarkah?" Calvin tampak penasaran. Ia seolah sangat bersemangat untuk mendengarkan jawaban putrinya. Sebagai seorang ayah Calvin memang ayah yang baik.

"Tentu saja benar. Papa harus merasakannya. Meisie yakin Papa akan menyukainya," seru Meisie antusias.

"Baiklah. Papa akan mencobanya nanti," putus Calvin.

Meisie bersorak riang. "Okay."

Tidak menunggu lama, Calvin mencicipi masakan Qyra hari itu juga karena Meisie tidak ingin makan jika bukan masakan Qyra.  

Saat memasak makanan itu, Qyra ingin sekali memasukan racun ke dalamnya, tapi jika Calvin mati sekarang itu tidak akan menyenangkan. Mati perlahan jauh lebih menyiksa daripada mati cepat karena racun.

Hidangan yang Qyra masak terlihat menggoda. Bukan hanya itu, baunya juga wangi membuat Calvin merasa lapar.

"Papa, cobalah. Meisie yakin Papa akan menyukainya," seru Meisie.

"Baiklah, Tuan Putri." Calvin segera membalik piringnya. Kemudian mencicipi masakan Qyra. Calvin memiliki selera yang tinggi, selama ini ia hanya makan masakan koki bintang lima atau masakan Aletta. Meski ia tidak menyukai Aletta, tapi ia harus mengakui bahwa kemampuan memasak Aletta bisa diadu dengan masakan koki restoran terkenal.

Dan sekarang, Calvin menambah satu orang lagi yang bisa memenuhi seleranya. Qyra, wanita itu bisa memasak dengan baik.

Tanpa sadar Calvin menghabiskan makanannya.

Kali ini Qyra tidak begitu menikmati kesukaannya memandangi orang yang memakan masakannya dengan lahap. Ia malah berharap Calvin tersedak dan memuntahkan masakannya. Qyra merasa tidak rela memasak untuk pria yang sudah membunuhnya.

"Dari cara Papa makan, Meisie yakin Papa menyukai masakan Bibi Qyra." Meisie memperhatikan piring Calvin yang sudah kosong.

Calvin malu sendiri di depan putrinya. Kenapa ia terlihat seperti setahun tidak makan? Ah, biarkan saja, hari ini selera makannya sudah kembali membaik.

"Jika Tuan menyukainya, saya akan mengambilkannya lagi." Qyra ikut bicara.

"Bisakah?" Calvin benar-benar seperti orang yang kelaparan sekarang.

Meisie menutup mulutnya sembari tertawa. Ayahnya terlihat begitu lucu.

Qyra segera mengambil satu porsi lagi dan memberikannya pada Calvin. Setelah satu porsi itu habis, Calvin kini merasa kenyang.

"Aku akan menambah gajimu, Qyra. Selain menjaga Meisie kau juga harus memasak untuk kami." Calvin menambah pekerjaan Qyra sesuka hatinya.

Qyra tidak punya pilihan untuk menolak, jadi ia mengangguk dengan patuh.

***

Briella kembali ke kesibukannya menjadi model. Saat ini ia sedang menjalani proses pengambilan gambar untuk sebuah produk kecantikan yang berfokus pada memperhalus dan mencerahkan kulit.

Wajah cantik Briella dan tubuhnya yang sempurna membuat banyak perusahaan ingin menjadikan Briella sebagai model produk mereka.

Asisten Briella mendekat ketika ponsel Briella berdering.
"Briel, ponselmu." Jenny memberikan ponsel Briella pada pemiliknya.

Briella yang baru selesai mengambil gambar meraih ponselnya. Nomor tidak dikenal? Briella memiliki firasat buruk tentang panggilan ini.

Ia menjawab panggilan itu ragu.

"Halo." Briella menjauh dari lokasi pemotretan.

"Kau sudah membaca artikel itu?"

Benat saja, panggilan itu dari orang yang sama.

"Aku akan memberikan kau 5 juta dollar, jadi hapus artikel itu," desis Briella.

Suara tawa terdengar dari seberang sana. "Sayangnya 5 juta dollar sudah tidak menarik minatku."

"Berhenti bermain-main dan katakan apa yang kau inginkan?!" Briella mengepalkan tangannya geram.

"7 juta dollar. Aku mau uang itu besok sore dalam bentuk uang cash."

"Kau sakit jiwa!" Briella memaki kesal. Suaranya cukup keras hingga terdengar sampai ke telinga beberapa orang yang ada di sana. Sadar, Briella segera mengecilkan suaranya.

"Jika kau tidak ingin membayarnya tidak mengapa, kali ini aku akan mengunggah artikel sebenarnya. Serta fakta bahwa Meisie adalah putrimu dan pengusaha itu. Aku yakin berita itu akan menjadi topik pembicaraan yang menyenangkan."

"Kau pemeras tidak tahu diri!" Briella makin tidak bisa menahan dirinya.

Tawa Qyra semakin meledak. "Aku tutup teleponnya."

"T-tunggu!" Briella kesulitan bernapas sekarang.  "A-aku akan memberikan 7 juta dollar padamu. Namun, apa jaminannya kau tidak akan buka mulut?"

"Aku tidak bisa memberikan jaminan apapun. Kau mau percaya padaku atau tidak itu terserah padamu."

"B-baiklah, baiklah, aku akan menurutimu."

Senyuman puas terlihat di wajah Qyra.  Ia akan menepati janjinya dengan tidak akan buka mulut. Akan tetapi, tentu saja ia memiliki jalan lain untuk membongkar kebusukan Briella dan Calvin.

"Loker 128 terminal B, jam 4 sore. Jangan melakukan apapun karena kalian akan tahu akibatnya jika mengkhianatiku." Qyra memutuskan sambungan itu. Seperti yang lalu, ia membuang nomor sekali pakainya ke jurang lalu pergi.

Qyra tidak pernah memandang segala sesuatu dengan uang, tapi setelah ia kehilangan hidupnya, ia jadi tahu bahwa uang adalah nyawa kedua. Tidak ada uang maka dirinya tidak akan bisa melakukan apapun. 

Usai menelpon, Qyra kembali ke kediaman Calvin. Tadi ia meminta izin pada Calvin untuk pergi dengan alasan membeli bahan makanan.

Suasana hati Briella menjadi buruk. Ia segera kembali ke kediaman Calvin dan membatalkan jadwalnya hari ini dengan alasan dirinya sedang tidak enak badan.

"Kita perlu bicara! Aku ada di rumah." Briella menghubungi Calvin.

"Aku akan segera pulang." Calvin menutup panggilan itu. Ia meraih jasnya dan keluar dari ruangan CEO.

"Batalkan semua jadwalku hari ini," perintah Calvin pada sekretarisnya.

"Baik, Pak," jawab Anneth.

Calvin melangkah lebar, sedang Anneth menghela napas lelah. Ia harus menyusun jadwal ulang.

Sesampainya di rumah, Calvin langsung menemui Briella yang ada di kamar utama.

"Ada apa?" tanya Calvin.

"Wanita itu menelpon lagi, dan dia meminta 7 juta dollar."

"Brengsek!" Calvin mengepalkan tinjunya kuat. Hanya dalam satu minggu uang yang diminta naik hampir 50 persen.

"Aku memiliki 2 juta dollar, kau urus sisanya." Briella tidak mau memberatkan Calvin sepenuhnya. Meski ia jengkel karena tabungannya habis, tapi itu lebih baik daripada ia harus mendekam di penjara seumur hidup. "Loker 128 terminal B, jam 4."

"Wanita itu berani mencari masalah denganku. Lihat apa yang akan dia dapatkan."

"Apa yang mau kau lakukan, Calvin?" tanya Briella kesal. Kenapa Calvin sangat keras kepala? Tidak tahukah Calvin bahwa ia tidak bisa tidur nyenyak setiap malam karena hal ini?

"Aku akan menyiapkan uang itu, tapi tidak untuknya, melainkan untuk menangkapnya. Akan aku habisi dia dengan tanganku sendiri." Calvin terlihat begitu murka.

"Jangan coba-coba, Calvin. Jika kau ketahuan maka kita akan tamat," peringat Briella.

"Tidak perlu mengajariku, Briella." Calvin membalik tubuhnya dan meninggalkan Briella.

Briella mendengus kesal.  Ini semua karena kesalahan Calvin. Jika saja Calvin bisa menahan diri malam itu, maka tidak akan ada orang yang berani memeras mereka.

Calvin menghubungi orangnya lagi. "Datang ke rumah sekarang!" Kemudian ia memutuskan sambungan telepon itu dan pergi ke ruang kerjanya.

Ia mengambil dua tas hitam besar. Kemudian membuka brankasnya yang berada di ruangan rahasia yang terhubung dengan ruang kerjanya.

Di dalam sana terdapat tumpukan uang yang merupakan dana rahasia perusahaan yang tidak diketahui oleh Aletta.

Calvin mulai memindahkan uang itu ke tas hingga berjumlah 7 juta dollar. Kini uang tunai yang ia miliki hanya tersisa 13 juta dollar lagi. Ia mendapatkan uang ini dengan susah payah, jadi ia tak akan memberikannya pada orang lain dengan mudah.

Dua tas besar sudah terisi, Calvin membawa tas-tas itu keluar dan meletakannya di lantai. Ia menyalakan pemantik, menyelipkan sebatang rokok diantara bibirnya. Ketika ia memiliki masalah, Calvin menggunakan rokok untuk membuatnya sedikit santai.

Satu hisapan berganti dengan hisapan lainnya, hingga Calvin menghabiskan dua batang rokok, dan sekarang menyelikan batang ketiga.

Suara ketukan membuat Calvin berhenti merokok. "Masuk!" Ia mematikan rokok yang baru ia hisap setengah.

"Bawa tas ini ke loker 128, terminal B pada jam 4 sore. Awasi loker itu hingga ada orang lain yang mengambilnya, kemudian habisi orang itu."

"Baik, Tuan." Arion mengangkat dua tas di lantai kemudian membawanya pergi.

"Ckck, Calvin, kau mau membunuhku dua kali rupanya. Sayang sekali, kali ini rencanamu tidak akan berhasil." Qyra menatap Arion dari tempatnya bersembunyi.

Meski mendengar percakapan Calvin dan Arion, Qyra tidak akan membatalkan rencananya.





Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top