Chapter 3: Why?

Fallyn: Oke, readers. Siapkan emosi kalian di chapter ini!

"Athy! Selamat ulang tahun!"

Athanasia tersenyum manis dengan mata yang sedikit berkaca-kaca karena rasa haru yang menderanya sekarang.

"Umm, terima kasih, Kak," lirih gadis bermata biru berlian itu sembari tersenyum lembut.

Tangannya menggenggam smartphone yang menampilkan wajah cantik Kakak Se-Ayahnya itu. Sungguh, Athanasia merasa sangat bahagia karena orang yang mengucapkan selamat padanya untuk pertama kalinya adalah Kakak tersayangnya. Meski melewati Video Call, ia sangat bahagia!

Suasana di sekitarnya begitu sepi, maklum sekarang sudah jam 00.05 dan Kakaknya menghubunginya untuk mengucapkan selamat ulang tahun.

"Hadiahnya nanti, ya, Athy! Berhubung kampus libur, kita akan bertemu di Chaldea Park! Hadiahmu ada di sana!" Seru (Y/N) dengan senyum manisnya.

"Umu!" Athy mengangguk semangat.

"Jaa, kamu harus tidur. Besok kita bertemu jam 11.00 ya! Oyasumi, sweet dream, my lovely little sister."

"Iya, you too, my beloved older sister."

Video Call itu pun selesai, Athanasia menaruh kembali Smartphonenya di nakas sebelah tempat tidurnya lalu kembali ke tempat tidurnya dengan senyuman manis yang menghiasi wajah tidurnya.

***

"Selamat pagi, Athanasia! Oh, dan Selamat ulang tahun!" Seru gadis berambut cokelat panjang bergelombang dengan mata yang sama dengannya. Biru Berlian.

"Selamat pagi juga, Jennette. Dan terima kasih," balas Athanasia tersenyum manis.

"Nee, Athanasia. Ayo kita membuat Tea Party di taman bunga mawar," ajak Jennette.

"Ta--tapi---"

"Kamu menolaknya?" Tanya Jennette dengan wajah sedihnya.

Athanasia merasa bersalah. Ini masih jam 9 pagi sementara ia akan bertemu dengan (Y/N) jam 11. Athanasia pun mengangguk, membuat wajah Jennette kembali cerah.

Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan mereka dengan seringai licik di bibirnya

***

Mata Athanasia berbinar ketika melihat begitu banyak Cake chocolate kesukaannya.

Namun dengan topeng anggunnya, ia pun menuangkan tehnya ke cangkir milik Jennette dan dirinya.

Jennette dengan anggunnya menyesap tehnya, sementara Athanasia langsung mengambil Cake Chocolate kesukaannya.

'Umm~~Oishii~~!' Seru Athanasia dalam hati begitu merasakan Cake itu.

Prakk!
Brukk!

Athanasia membelalakan matanya begitu Jennette menjatuhnya cangkir tehya dan jatuh pingsan dari kursinya.

"JENNETTE!!!" Teriak Athanasia panik.

Tadi Jennette baik-baik saja.... Tapi kenapa? Mata biru berlian itu melirik noda tumpahan teh di rok milik Jennette.

'Ja---jangan-jangan?'

"JENNETTE!!!"

Athanasia mendongakkan kepalanya dan melihat Ayahnya, Pamannya dan Felix menghampiri mereka.

"Nona Athanasia, ada apa ini?" Tanya Felix.

"A---aku tidak---"

PLAKKK!!!

Athanasia terdiam, pipinya terasa panas dan sakit. Ia menatap tak percaya. Ia ditampar oleh Ayahnya.

"Pembunuh."

[Fallyn: *tusuk Claude pake trident*]

Athanasia membelalakan matanya mendengar satu kata yang keluar dari bibir Ayahnya itu.

Setelah itu Ayahnya segera menggendong Jennette pergi, diikuti oleh Felix.

"Buah tak jatuh jauh dari pohonnya, ya," ucap Pamannya dengan seringai mengejek lalu meninggalkan Athanasia begitu saja.

Athanasia merasa pikirannya kosong. Tubuhnya bergetar hebat dan air mata mulai keluar dari mata indahnya.

"Jennette....," lirihnya.

Dengan cepat, ia pun berlari menyusul Ayahnya, namun mereka sudah pergi.

Athanasia lalu merogoh ponselnya dan menghubungi sahabatnya.

"Halo, ada apa Athy? Kalau kau menagih hadiah sudah kusi---"

"Ti-Tia.... Tolong antar a-aku ke rumah sakit....Je-Jennette--"

Di seberang sana, Aristia mengangkat alisnya heran, namun mendengar ucapan lirihan serta isakan sahabatnya itu membuatnya tertegun.

"Baiklah, aku akan segera kesana. Tunggu aku."

Aristia menutup teleponnya lalu bergegas. Ia merasa hal buruk akan terjadi.

"Feelingku sudah tidak enak...," lirihnya.

Sebelum itu ia pun mengirim pesan pada seseorang.

      ***

"Ini salah anak itu sampai keponakanku menjadi seperti ini!!!" Teriak wanita bersurai cokelat dan bermata hijau dengan dandanan WOW itu.

[Fallyn: ah, hello, bitchy auntie]

"Hiks.... Jennette..... Keponakanku....," isak wanita itu.

"Sudahlah Rosalia, Jennette akan baik-baik saja," hibur yang lain.

"Iya, anak baik sepertinya akan baik-baik saja."

"Semuanya!" seru Athanasia sembari berlari menghampiri mereka dengan diikuti oleh seorang gadis berambut putih silver di belakangnya.

"Hahh.... Bagaimanahh.... Keadaan Jennette?.... Dia baik-baik saja, kan?" Tanya Athanasia sambil mengatur nafasnya.

Namun bukan jawaban melainkan tatapan-tatapan mencemooh di layangkan kepadanya.

"Ihh, sok baik."

"Bermuka dua."

"Astaga, kenapa ada anak sekejam itu?"

"Ini pasti keturunan wanita murahan itu."

"Dia pasti cemburu pada Jennette."

"Iya, pasti."

[Fallyn: Halo, bitch 2, 3, 4, 5, 6, dan 7, DIAM!!!]

Bisik-bisik itu membuat Aristia memgepalkan tangannya dan menatap tajam orang-orang itu. Ia sungguh merasa kesal sekarang.

"Athanasia!" suara tegas itu membuat semua orang menoleh ke arahnya.

Seorang pria paruhbaya berambut pirang dan bermata biru berlian menatapnya penuh murka.

PLAK!!

Sekali lagi ia merasakan pipinya terasa sangat sakit. Bahkan tamparan itu membuatnya jatuh tersungkur.

"Ka.... Kek....," lirih gadis itu.

"Athy, kamu tidak apa-apa?" ucap Aristia yang langsung berada di sisi Athanasia. Ia bahkan bisa melihat darah mengalir ke luar dari sudut bibirnya.

"Kau hendak membunuh adikmu sendiri?! Salah apa Jennette padamu?!" bentak Kakeknya murka.

"A---aku.... Aku bukan...."

"SIAPA LAGI JIKA BUKAN KAU YANG MENCOBA MERACUNI JENNETTE?! KAU YANG BERSAMA DENGANNYA!!!" Teriak Rosalia sambil menunjuk-nunjuk gadis bersurai pirang itu.

[Fallyn: efek bitch, IQnya itu minus infinity. Wait, semua keluarga Obelia kecuali Athy dan (Y/N) punya IQ minus infinity]

"Bukan aku.... Aku tak tahu apa-apa....," lirih Athanasia lalu menatap penuh harap pada Ayahnya.

"Selamat siang semua."

Semua menoleh pada beberapa orang berseragam kepolisian menghampiri mereka.

"Saya Inspektur Victor, saya di sini hendak bertemu dengan Nona Athanasia De Alger Obelia," ujar salah satu polisi sembari menunjukkan kartu identitasnya.

"Ini dia Inspektur!! Ini orang yang mencoba membunuh keponakan saya!" tunjuk Rosalia pada Athanasia.

Athanasia menggelengkan kepalanya keras sembari mendekati Ayahnya.

"Ayah, bukan aku pelakunya! Bukan aku!" Isak Athanasia.

Claude menatap Athanasia dengan tatapan dinginnya.

"Inspektur, cepat bawa anak sialan ini pergi," ucap Claude tak berperasaan.

Athanasia menatap tak percaya padanya.

Tubuhnya diseret oleh dua polisi bawahan sang Inspektur. Aristia berusaha menolong Athanasia

"Tolong lepaskan adik saya!" Seruan itu terdengar di ujung lorong.

Seluruh pasang mata tertuju pada seorang gadis yang berjalan cepat menuju ke arah mereka.

Gadis berambut (H/C) yang ia urai dengan hiasan bando hitam polos, blouse putih, dan celana jeans biru serta sepatu Keats berwarna hitam yang membuatnya tampak begitu cantik. Ditambah dengan headphone yang bertengger di lehernya, beserta tas kecil berwarna putih membuat penampilannya semakin sempurna.

"Kak (Y/N)....," lirih Athanasia.

"Apa hak mu mencegahnya?" Suara dingin itu membuat (Y/N) menggigit bibirnya.

Sungguh ia sangat merindukan pemilik suara ini. Ia sangat menyayanginya, tapi kini yang menjadi prioritasnya hanya Athy, hanya adiknya.

"Apa yang dilakukan oleh Athy sampai kalian hendak membawanya ke kantor polisi?" Tanya (Y/N) pada Inspektur Victor.

Inspektur Victor menghela nafas lalu mulai menjelaskan. "Kami mendapat laporan dari Saudara Claude De Alger Obelia jika putrinya sudah mengalami korban dari percobaan pembunuhan. Dan yang menjadi tersangka adalah Saudari Athanasia De Alger Obelia, sang Kakak dari korban sendiri," jelas Inspektur itu.

Hati (Y/N) terasa tertusuk mendengarnya. Ayahnya..... Ayahnya tega melaporkan Athy? Anaknya sendiri?

"A---apa-apaan ini?" Lirihnya.

Tangan gadis itu mengepal erat lalu menatap penuh kekecewaan pada Ayahnya.

"Kenapa?! Kenapa anda tega melaporkan anak anda sendiri?!" Tanya (Y/N).

Claude melihatnya, tatapan yang selalu menghantuinya. Tatapan kekecewaan yang selalu menghantuinya selama ini.... Bedanya dari orang yang 'Berbeda'.

"Dia mencoba membunuh Putriku," jawaban singkat itu tentu tidak membuat (Y/N) puas.

"Tapi belum terbukti bukan?! Athy juga anak and---"

"Siapa bilang dia anakku?" Nada dingin itu membuat (Y/N) menatap tak percaya.

"Sejak awal, aku tak pernah menganggapmu maupun dia sebagai anakku."

Air mata (Y/N) tumpah. Ia tak percaya jika Ayahnya tega mengatakan hal itu. Ia sudah sangat merindukan sosok ini, ia selalu mencintai dan menyayangi sosok ini... Tapi kenapa?

"Kenapa? Apa anda membenci kami? Kenapa kami selalu diperlakukan tidak adil? Apa karena ibu kami berasal dari keluarga kurang mampu? Apa karena ibu kami bukan berasal dari keluarga bangsawan seperti Ibu Jennette? Apa karena.... Kami membuat Ibu kami meninggal setelah melahirkan kami....? Tapi.... Jennette sama, kan? Lalu kenapa kami selalu dibedakan? JAWAB AKU, CLAUDE DE ALGER OBELIA!!"

Runtuh sudah pertahanannya. Ia menatap berang sosok yang selalu menjadi poros hidupnya. Amarah menguasainya.

Orang-orang di sana tampak terkejut melihatnya.

"Apa-apaan anak ini? Apa kehidupan luar membuatmu semakin liar?!" Bentak sang Kakek.

"Aku sudah mengalaminya. Dituduh dengan perbuatan yang tidak kulakukan. Aku hanya diam. TAPI AKU TAK AKAN DIAM JIKA KALIAN BERANI MELAKUKAN HAL YANG SAMA PADA ADIKKU! KALIAN HANYA MEMANDANG HARTA DALAM SETIAP HUBUNGAN, KALIAN SELALU MELIHAT STATUS DAN MENGKLAIM JIKA STATUS BANGSAWAN ADALAH YANG PALING TINGGI, TAPI PADA KENYATAANNYA KALIAN BAHKAN MEMILIKI MORAL SAMPAH!!!" Bentak (Y/N) berang pada sang Kakek.

"BERANINYA KAU---"

Sebelum tamparannya mengenai pipi (Y/N), gadis tersebut sudah menepis tangan itu dan menyentaknya dengan kasar.

"Jangan pikir jika aku adalah anak yang sama yang pernah kau cambuk dulu," desis (Y/N) padanya.

Gadis itu lalu menatap Athanasia sembari tersenyum sedih. "Kita tidak punya pilihan lain, Athy. Kita harus menaati hukum. Ini sudah terlanjur, aku akan menemanimu. Tapi tenang saja, bangkai mau ditutupi bagaimanapun tetap akan tercium juga. Di dunia ini, meski kebenaran ditutupi, tapi suatu saat pasti muncul sendiri, karena kebenaran hanya ada satu!"

[Fallyn: plagiat Shinichi, oy 🤣]

Athanasia mengangguk lalu menghapus air matanya. Ia mulai berjalan mengikuti para polisi itu. Aristia pun mengikutinya.

Sebelum pergi, (Y/N) menoleh ke arah Claude dan menatapnya dengan penuh kekecewaan yang mendalam.

"I disappointed of you, Daddy...."

TBC

Bonus 1

Ruangan itu berantakan. Pria bersurai pirang itu lalu meraih minuman alkoholnya dan meminumnya. Ia membanting gelas itu sembarang arah.

PRAANG!

"I dissapointed of you, Daddy.... "

"Aku kecewa padamu.... Claude..."

Claude tertawa kecil dan menatap penuh amarah.

"Bukannya harusnya aku yang merasa kecewa padamu, Erika?"

Bonus 2

Anastasius menyeringai melihat foto seorang gadis yang tersenyum sangat manis sembari duduk di kursi rodanya.

"Putrimu memang hebat, Erika. Wajah dan penampilannya memang sama denganmu, namun ketika ia marah, ia sungguh mirip Claude. Ini sungguh menarik..."

The real TBC

Wooww double update. Yah mumpung libur 3 hari jadi aku bebas ngetiknya.

Sebelum itu saya minta maaf banget karena kesibukan saya harusnya Another Fate ini up bulan lalu! Saya juga minta maaf karena MNL in AnY World juga telat up! Semoga kalian suka sama 3 chap yang baru ku up ini! (AnY di publish abis ini)

Athy and Jennette 🥰

Jennette 🤭

Ketika masa lalu kelam kembali terbuka 🤣 fact: Air akan marah jika diingatkan pas ia masih jadi Boboyot 🤣🤣🤣

The original trio!

Pic nyuri dari IG! Katanya Headcanon!Boboiboy memanggil orangtuanya dengan cara yang berbeda-beda ketika dia berpecah! Di komik fans ini, Gempa sama Solar manggil Ayah, Hali panggil Baba (sumpah kawaii banget, Hali!), Blaze panggil Bapak, Ice panggil Papa, abis itu Taufan sama Thorn panggil Abah! Kawaii banget kan mereka!? 🥰🥰🥰

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top