Act 2 - Malaikat Maut
Malaikat kematian bilang, belum saatnya aku ke alam baka. Memasukkanku ke dalam antrian hanya akan membuat jadwal kereta ke akhirat berantakan. Aku tidak boleh menyalip, mesti sabar menunggu di dunia dan menjadi arwah gentayangan.
"Kapan giliranku masuk?" tanyaku, sambil meluruskan dan meregangkan kaki yang telah berdiri dengan normal. Kecuali tapak kakiku tidak menyentuh tanah. Sosok pembawa sabit dan berbentuk tengkorak itu menggaruk dagu dan berdehem di balik kranial. Ia mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke mandibula seolah-olah sedang berpikir, padahal rongga otaknya kosong.
"Aku ingat, daftar matimu 60 tahun lagi dari sekarang."
"Setan alas! Kenapa Tuhan memberiku umur panjang?"
"Karena Ia menyayangi setiap makluk yang diciptakan-Nya."
"Boleh aku mendonorkan umur pada pasien kanker?"
"Tidak boleh, semua punya ukuran dan kapasitas masing-masing."
Aku memasukkan tangan ke kantong jaket. Tidak ada rokok, mulutku jadi gatal dan tanganku mulai gelisah. "Tuhan, 'kan, bisa melakukan apa saja."
"Tapi Bos tidak mau menarik berkah-Nya tanpa kejelasan."
"Termasuk kematian?"
"Ya. Mati adalah nikmat-Nya yang tiada tara. Tidak ada manusia yang hidup kembali dari kematian."
"Bohong. Pengikut Musa hidup kembali di puncak Sinai."
"Karena Musa yang minta."
"Kenapa kalau aku yang minta tidak dikabulkan?."
"Karena Musa butuh saksi untuk menakut-nakuti pengikut Sapi Emas. Oke, kenapa kita membahas masa lalu?"
"Kau yang mulai. Aku cuma mau mati dan ke akhirat segera."
"Tidak bisa, sudah kubilang akan mengacaukan antrian."
"Kalau begitu, aku harus apa?"
"Berkelilinglah, jadi hantu yang baik atau bisiki peramal tentang keberuntungan atau nomor togel."
Lalu malaikat kematian lenyap, kilau sabitnya hilang di bawah cahaya bulan dan bayang-bayang gedung bertingkat. Bagian tubuhku yang berserakan mulai dikutip satu-satu oleh petugas keamanan, dimasukkan ke dalam kantong jenazah, dan dibawa ambulance yang melaju tanpa sirine. Warga yang menonton berbisik-bisik, betapa mirisnya keadaan jasadku. Beberapa penonton sempat merekamnya lewat smartphone, ada pula yang memotret dan dibagikan ke media sosial dengan caption serupa tajuk utama berita:
Beginilah detik-detik kejatuhan mayat bunuh diri di jalan xxxx.
Aku jadi terkenal dalam sehari. Coba aku bisa mati berkali-kali.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top