Belum End

Warning mengandung typo dan segala macam kekurangan :(

June berbalik, "Tapi hyung a-"

Belum selesai ia berkata Jinan sudah memotong ucapannya.

"Keluarlah selama aku masih berkata baik-baik"

June segera berbalik dan kembali menutup pintu kamar Jinan.

Kebetulan Bobby tengah lewat ketika June ke luar dari kamar Jinan.

"Kau habis dari kamar Jinan hyung?" tanya Bobby.

June mengangguk, "Dia mengusirku hyung."

Bobby pun melangkah ke sofa sambil mengajak June untuk duduk. Ia tahu June pasti membutuhkan teman bicara.

"Aku mau meminta maaf tapi ia mengusirku," ujar June.

"Ah, aku tahu. Kau harus menunggu Jinan hyung kembali ke moodnya lalu kembali meminta maaf. Aku pikir ia pasti akan memaafkanmu"

June menundukkan kepalanya, entah mengapa ia merasa sangat berdosa. Mengingat Jinan tak pernah membalas semua kejahilan yang ia lakukan juga Jinan selalu memperhatikan semua member termasuk dia.

"Atau kau bisa minta bantuan Hanbin, kurasa ia akan membantumu."

Lalu Bobby pamit kembali ke kamarnya, belum sampai membuka pintu kamarnya June bertanya.

"Di mana Hanbin hyung?"

"Ah, dia masih di studio tunggulah saja."

Bobby membuka pintu kamarnya dan menghilang dari pandangan June.

***

June menelpon seseorang, lalu terdengar jawaban darinya.

"Oh, hallo Juneyaa ada apa?" terdengar suara perempuan di seberang sana.

"Em iya Seiyeon noona, aku ingin bertanya sedikit. Apa kau sedang sibuk?"

"Oh, iya silakan tanya saja, aku sudah menutup cafe jadi tidak sibuk"

"Jinan hyung sedang marah padaku, kira-kira apa yang akan membuat moodnya kembali baik, noona?"

"Ah, Jinani sedang marah sama kamu? Biasanya dia mudah luluh kalau kau belikan coklat atau ice cream. Dia suka makanan manis."

"Ah, benarkah terima kasih banyak noona."

"Iya sama-sama Jun, baiklah kalau begitu. Aku tutup ya."

Sambungan telpon diputuskan oleh Seiyeon noona alias kakak perempuan Jinan itu.

June segera bangkit dari sofa dan berniat untuk keluar mencari ice cream.

Sebelum ke luar, ia berpapasan dengan Hanbin. Membuatnya mengurungkan niatnya dan meminta bantuan Hanbin.

"Sudah kubilang bukan, jaga sikapmu meski Jinan hyung terlihat baik-baik saja dengan kelakuanmu pasti ia akan lelah juga Jun. Dia gak cuma memperhatikan kamu, aku, bobby, dan yang lain juga ia perhatikan. Kenapa? Karena dulu orangtua kita yang meminta kepadanya selaku yang tertua diantara kita semua. Meski aku leader di sini, " ujar Hanbin ceramah panjang lebar.

"Iya hyung, aku menyesal"

"Dulu Chanu juga suka membuat Jinan hyung repot karena banyak permintaannya. Lalu, setelah  Jinan hyung sakit, Chanu lebih berhati-hati."

"Kalau salah satu dari kita ada yang cedera, bahkan orangtua kita bukan bertanya ke pada manager hyung tapi ke Jinan hyung. Pundak kecilnya itu penuh sama permintaan orangtua kita agar ia menjaga kita semua."

June semakin menundukkan kepalanya, dan mengingat kejadian saat Donghyuk cedera. Jinan mendapat telpon dari orangtua Donghyuk berkali-kali dalam semalam.

Pun saat Chanu cedera, Jinan sama repotnya dengan yang dialami sebelumnya.

"Baiklah, aku akan membantumu. Aku pikir Jinan hyung lebih menganggapmu seperti adik kandungnya. Ia bahkan sangat membebaskanmu bersikap seenaknya."

Hanbin naik ke lantai atas setelah mengumumkan makan malam bersama sebelum mereka berangkat ke Okinawa untuk jadwal private stage.

"Cobalah untuk mengambil hatinya, agar kau cepat dimaafkan," ujar Hanbin sebelum benar-benar pergi.

June kembali ke kamarnya untuk bersiap-siap.

***
Sedangkan, pria mungil yang masih setengah kesal ini masih berbaring di kasurnya.

Sambil memikirkan perkataannya yang terkesan kasar ke June.

Melihat notifikasi dari grup dengan pengumuman Hanbin untuk makan malam bersama, membuat Jinan bangkit dari kasurnya dan bersiap-siap juga.

Selesai bersiap-siap ia mendapatkan telpon dari noona-nya.

"Ya, ada apa noona?"

"Aigoo, adik kecilku sedang marah kepada adik besarnya. Bersikaplah dewasa Jinani, June tadi bertanya kepadaku, bagaimana cara membuat moodmu kembali baik."

"Ia datang ke cafe kakak?"

"Tidak. Dia menelponku tadi, kupikir ia sangat khawatir karena kemarahanmu."

"Dasar pengadu"

"Ya! Kau itu yang kekanakan, marah terlalu lama. Ingat biar dirimu lebih kecil dari dia, kau lahir bertahun-tahun sebelumnya. Jangan kekanakan lagi Jinani, kau sudah dewasa harus-"

Jinan langsung memutuskan panggilannya. Bisa-bisa telinganya panas, jika harus mendengarkan omelan kakaknya yang tidak habis-habisnya.

***
Saat ia ke luar semua anggota sudah menunggu di ruang tamu termasuk si pengadu itu.

"Aigoo, pasti Jinan hyung memakai skincare-ny dahulu, makanya sangat lama," ujar Chanu.

"Kau sudah sangat tampan, hyung. "
Bobby menimpali.

" Baiklah, ayo kita segera berangkat. Aku sudah sangat lapar," ujar Hanbin mengajak seluruh anggota.

Urutan tempat duduk seketika berubah karena Jinan memilih duduk bersama managernya, yang biasanya itu adalah tempat Chanu.

Biasanya Jinan selalu duduk disamping June, ya mereka bahkan tak terpisahkan. Soulmate, kata Donghyuk kalau ditanya tentang kedekatan KJH itu.

Member lain pun memilih diam karena sudah tau perihal perang dingin duo KJH itu.

"Hyung, kita mau makan apa?" tanya Chanu memecah keheningan.

Biasanya mereka tak pernah mengalami keheningan kecuali perjalanan ke luar negeri. Mereka punya sumber polusi suara dan si cerewet. Namun, saat ini keduanya enggan mengeluarkan sedikit pun bunyi.

"Makan di restoran Yunhyeong hyung," balas Hanbin.

"Benarkah? Kenapa kau tak mengatakan sejak awal bin?" tanya Yunhyeong yang kaget.

"Bukankah ini sudah tradisi kita sebelum menjalani jadwal di luar negeri."

Yunhyeong mengangguk mengerti.
Suasana kembali hening lagi, Bobby dan Donghyuk memilih mendengarkan lagu. June melamun, Chanu yang bingung juga mau seperti apa memilih memainkan game ponsel.

**

Saat makan pun mereka berdua masih diam-diaman. June mencoba menuangkan soju ke gelas Jinan, tetapi Jinan tak menyentuh soju sama sekali. Padahal Jinan dan June adalah peminum terbaik dan sangat aneh bila Jinan tak meminum soju seteguk pun.

"Tumben sekali kau tak menyentuh sojumu hyung?" tanya Bobby kepada Jinan.

"Aku hanya sedang tak ingin mabuk," balasnya datar.

Suasana yang sangat tidak baik untuk berlama-lama di sana. Sepertinya mood Jinan tak kembali baik sedikit pun terlihat dari cara dia mengabaikan June.

Selesai menikamati makan malam yang terasa sepi itu para member memilih untuk pulang. Terkecuali June yang meminta ikut mobil manager mereka, sehingga ia masih ingin minum soju di restoran milik orangtua Yunhyeong itu.

"Juneyaa sudahlah, berhenti minum sebelum kau teler besok," ujar Jaeho selaku manager mereka mengingatkan.

"Hyung, kau pasti tahu aku sangat nakal, tetapi aku tak suka Jinan hyung mengabaikanku. Aku tahu salah, tapi kenapa ia tak mau mendengarkanku. Hyung aku memang suka meremehkannya tapi aku sadar bahu kecilnya selalu ada untukku saat aku kesulitan. Hiks ... hiks ... hiks ... "

Jaeho hanya menghela napas melihat bocah besar itu menangis. Sangat jarang ia menangis di depan orang lain. Terlebih ia menangis setelah didiamkan oleh Jinan.

" Baiklah, Juneyaa aku akan membantumu. Jadi, sudah berhenti minum. Besok kita penerbangan pagi," bujuk Jaeho.

***
Sesampainya mereka berdua di drom, ternyata sudah sepi. Jaeho yang membantu June masuk membantunya untuk duduk di sofa dahulu.

Jaeho berlari ke toilet, meninggalkan June di ruang tamu.

Bocah besar itu bangkit dan berjalan sempoyongan menuju ke kamar yang terletak di tengah itu.

Beruntung kamar itu tak dikunci, sehingga June bisa masuk.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya si pemilik kamar.

June tak menjawab melainkan tidur di kasur queen size milik pria mungil di depannya itu.

"Ya! Apa yang kau lakukan, pindah ke kamarmu," ujar Jinan.

"Aku ingin di sini hyung. Bukankah biasanya kau tidur bersamaku setelah menonton film horror."

"Keluarlah,"

Jinan menarik tubuh bocah besar itu dari kasurnya.

"Hyung, jangan diamkan aku tolong." ujar June hampir kehabisan suara.

"Keluarlah,"

June berdiri dan tiba-tiba menarik tubuh pria mungil dihadapannya.

Ia memeluk pria mungil itu, lalu menangis.

"Hyung ... tolong jangan seperti ini,"

Tebece

Maafkan kalau makin Absurd :v

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top