Bagian 5
Tinggal di rumah utama lagi berarti Anjani kembali ke kebiasaan lamanya. Memasak di dapur untuk sarapan. Dengan cekatan ia mengiris bawang dan menyiapkan wajan untuk menggoreng ikan.
"Bibi senang Nyonya Muda pulang. Bibi, kan, jadi ada yang bantuin." Padahal jika Anjani di rumahnya sendiri, jam segini ia lebih memilih mengeratkan selimut dan kembali tidur. Sedangkan di rumah mertuanya mana bisa ia berlaku seenaknya sendiri. Di sini kekuasaannya tak berlaku. Dia hanya menumpang.
"Anjani juga senang bisa bantuin bibi." Ah, setidaknya dapur rumah utama menerimanya dengan tulus. "Nanti biar kopinya Satrio aku yang bikin, ya, Bi?"
"Harus, dong, Nyonya. Biar makin lengket dan gak cerai lagi. Nyonya harus baik-baikin tuan. "Bukan mau baikin, tetapi mau ngerjain Satrio biar melek. "Sekalian, kan, sarapannya diantarin?"
"Iya, dong, Bi. Anjani udah bikin nasi goreng spesial pakai cinta." Anjani kegirangan dalam hati. Di dalam nasi goreng cinta yang ia sebut, terdapat bubuk cabai kemasan level tiga puluh dan ada lagi ranjau berupa cabai rawit yang tertanam di nasi. Anjani yakin bukan hanya melek, Satrio pasti akan lari kencang ke kamar mandi.
"Saya senang kalau nyonya sama tuan bisa bersatu lagi. Tuan tanpa nyonya udah kayak gak bersemangat kalau pulang ke rumah. Tuan bahkan sering nginap di apartemen." Iyalah di sana ada si pelakor—Mbak Anastasia—sang model papan luncur. Mengingat Satrio yang menyembunyikan selingkuhannya di sana, hati Anjani menjerit sakit. Apa perlu ia minta apartemen Satrio juga? Ah, kalau cuma apartemen dia pasti akan membeli lagi. Anjani juga tidak akan mau barang bekas pelakor. Najis bin amit-amit.
***
"Sayang, bangun udah siang. Kamu gak ngantor?" Anjani berlagak baik dengan membangunkan suaminya. Siapa tahu dengan ia bersikap manis Satrio mau melunak. Ah, tapi percuma, toh, dia tetap milih Anastasia.
"Bentar, Sayang. Lima menit lagi."
Hati Anjani berbunga-bunga dipanggil seperti itu. Dengan semangat ia mengguncang-guncang tubuh Satrio dengan lembut.
"Ana, bentar lagi." Yang benar saja Anjani dikira si blonde. Sialan. Dengan tenaga penuh Anjani mengambil bantal, kemudian menekannya pada kepala Satrio agar suaminya itu kehabisan napas.
Satrio meronta-ronta berusaha melepaskan bantal di kepalanya. "Anjani! Kamu mau membunuhku?"
"Kamunya gak bangun-bangun. Aku cuma gak mau kamu telat ke kantor." Muka bangun tidur Satrio yang acak-acakan begitu menggemaskan. Apalagi ada air liur di sudut bibirnya. Kebiasaan Satrio tak berubah sama sekali. hanya mungkin saat ini hatinya sedang memutar haluan. "Kamu mandi! Aku udah buatin sarapan sama kopi. Tuh, aku taruh di meja. Jangan lupa dimakan."
Satrio hanya diam. Bahkan berkata terima kasih pun tidak. Begitu Anjani menutup pintu kamar, ia mulai menghitung dengan jari. Satu, dua, tiga, empat, lima.
"ANJANI!! KAMU MASUKIN APA KE KOPIKU?"
Lagi-lagi kebiasaan Satrio ada yang tidak berubah. Bukannya sikat gigi dan mandi, ia malah menyeruput kopi. "Maaf, Mas. Aku tadi bikin kopinya pakai air dari Samudra Hindia." Meminum kopi yang bercampur garam di pagi hari memang cukup ampuh membuat mata Satrio terjaga sekaligus menambah stamina. Buktinya Satrio bisa berteriak kencang.
***
Satrio yang selesai memakai kemeja kerja langsung menghampiri Anjani yang sedang menata sarapan di meja makan. Tampangnya terlihat tak menyenangkan.
"Jani, kamu masakin cabai berapa kilo ke nasi gorengku?"
Mendengar pertanyaan Satrio, Anjani menoleh. Ia sudah menduga Satrio akan merasa kepedasan. Bibirnya yang sangat seksi itu bertambah monyong. Warnanya sampai merah merekah. "Enggak apa-apa, kali, bagus buat pencernaan. Lagi pula cabai lagi murah," jawabnya santai.
"Kamu sengaja, kan, ngerjain aku."
"Sengaja? Aku gak sejahat itu, Mas." Anjani menyipitkan mata. "Kamu gak ngabisin galon air di kamar kita, kan? Aku sering haus kalau tengah malam."
Satrio sangat geram. Sudah ditindih bantal, diberi kopi asin, dan nasi goreng pedas. Entah apa yang Anjani rencanakan ke depannya. Apa mungkin perempuan gila itu akan memberinya sianida? Jika saja Satrio tak ingat istrinya itu sedang hamil, ia akan mencekik Anjani sampai mati.
Tiba-tiba terdengar suara dehaman dari arah belakang Anjani dan Satrio.
"Bapak?"
"Pagi, Pak!" Anjani mencium punggung tangan ayah mertuanya yang diikuti Satrio.
"Bapak senang lihat kalian rukun." Mata tua Wahyudi berbinar melihat hidangan yang tertata rapi di meja makan. "Wah, sarapan pagi kita komplet! Bapak mau makan ikan goreng sama sambal. Ini pasti enak. Yang masakin mantu Bapak."
Anjani tahu dibalik kekakuan sikap mertuanya, dia sangat menyayangi Anjani melebihi putranya sendiri. Mata tua itu yang menatapnya penuh nelangsa ketika mereka memutuskan untuk bercerai.
"Mau aku ambilin, Pak? Sambalnya aku banyakin tomatnya, jadi gak begitu pedas."
Satrio mendengus. Giliran sama bapak, sikap Anjani berubah menjadi manis.
"Ibu juga masak sayur asem kesukaan bapak. Pasti enak."
'Jadwal kamu periksa kehamilan kapan?" tanya bapak mertua Anjani.
"Masih bulan depan, Pak."
"Bapak punya kenalan dokter kandungan yang bagus." Anjani menarik napas sejenak. Tahu arah pembicaraan ayah mertuanya bermuara.
Beberapa detik kemudian Wahyudi memberi sebuah kartu nama. "Kamu nanti ke sana, ya, sama Satrio?"
Anjani melirik Satrio meminta bantuan. Namun, sepertinya suami durhakanya itu tak berani menyanggah. Satrio malah dengan santai mengoleskan selai cokelat ke atas roti.
"Tapi, Pak."
"Bapak cuma mau yang terbaik untuk bayi kamu." Bagaimana ia bisa menolak kebaikan bapak mertuanya. Hanya beliau satu-satunya orang yang menghargai kehadiran Anjani di rumah megah ini. "Dan kamu Satrio, antarin Anjani check up kandungan."
Satrio tersedak ketika mendengar perintah sang ayah. "Satrio, kan, ngantor, Pak."
"Perusahaan gak akan kenapa-kenapa kalau kamu masuk agak siangan,!"
Jika sudah seperti ini, tak akan ada yang bisa membantah titah dari Kepala keluarga Permadi, termasuk putra mahkotanya.
***
"Iya, Sayang. Nanti aku antarin kamu, tapi gak sekarang."
Anjani langsung memalingkan wajahnya keluar jendela ketika mendengar suaminya mendapatkan telepon dari Anastasia. Inilah ketakutannya. Ia tak akan pernah kuat melihat kebersamaan mereka.
"Aku lagi antar Mama ke rumah temannya. Mama nebeng mobilku."
Anjani rasanya ingin muntah mendengarnya. Kenapa Satrio tidak sekalian bilang jika sedang mengantar neneknya? Dasar Satrio tidak berperasaan. Di sini ada Anjani, tetapi tetap saja bermesraan di telepon. Anjani dianggap apa? Pajangan mobil yang manggut-manggut di kaca depan?
"Iya. Mama nitip salam sama kamu. Nanti aku ke apartemen. Bye. Love you."
Siapa yang sedang menitip salam? Anjani diam saja. Pakai cinta-cinta segala, bikin anak Anjani di dalam perut berdenyut gelisah.
"Mas, berhenti di depan!"
"Eh. Kok, tiba-tiba?"
"Kalau kamu mau antar pacar kamu itu, antar aja. Aku turun! Aku tahu kamu terpaksa antar ke dokternya. Aku juga gak mau kamu punya hubungan batin sama anakku. Dia bakal susah nanti ketika pisah sama kamu."
Sejujurnya hati Anjani nyeri saat mengatakan itu. Di hatinya ia berharap Satrio akan menyanggah semua ucapannya dan mengatakan jika Satrio juga peduli serta menyayangi anaknya. Namun, semua itu segera hilang ketika Anjani merasakan mobil Satrio sudah merapat ke pinggir jalan. Dengan napas yang mulai sesak, Anjani membuka pintu mobil, lalu berjalan melewati trotoar. Beberapa detik kemudian, air matanya mengalir deras ketika melihat mobil suaminya melaju kencang melewatinya.
Ini bukan kali pertama Satrio tidak memedulikannya, tetapi kenapa rasanya begitu sakit. Satrio bahkan tak mau melihat bagaimana bentuk janin dalam kandungan Anjani yang juga darah dagingnya.
******
Anjani mengamati hasil USG buah hatinya. Mereka sehat dan terbentuk sempurna. Ya, Anjani mengandung anak kembar, tetapi jenis kelaminnya belum diketahui. Wajah Anjani berseri-seri. Tak ada yang lebih membahagiakan bagi seorang wanita manakala akan memiliki seorang anak. Karena terlalu antusias, ia tidak menyadari jika langkahnya sudah menjauhi rumah sakit. Tiba-tiba Anjani merasa lapar.
"Kalian lapar? Ayo, kita cari makan!!" Pandangan Anjani mulai meneliti sekitar. Ada atau tidak adanya warung makan atau kafe. Sambil berjalan pelan-pelan, ia memfokuskan diri pada sebuah bangunan beratapkan kepala kucing.
"Caty Lovers Cafe?" Kafe yang unik dan menarik. Dilihat di etalase depan, terpampang beberapa kue lucu nan cantik. Anjani jadi tertarik ingin memakannya. Anak-anak Anjani di dalam perut mulai berdenyut tak beraturan. Mereka juga menginginkan asupan nutrisi.
Karena terlalu senang mengamati makanan-makanan yang enak itu, Anjani tak sadar enubruk dada bidang seseorang. "Eh. Maaf, Mas. Gak sengaja."
"Anja?"
"Yama?" Satu nama itu yang Anjani ingat. Seorang laki-laki berperawakan tinggi, bermata sipit, serta berkulit kuning langsat. Rambutnya yang dulu gondrong, kini terpangkas rapi.
******
Anjani open Po dan hari ini terakhir. Bagi yang mau pesan bisa cari toko blessleaf di Tokopedia dan shopee atau bisa pesen di reseller di bawah ini.
Admin Batik:
Tika: 08123266173
Dean: 08563032998
Online shop
1. Rani sale novel — 082135407000
2. Cintabuku/ Mbak Asih — 087708872164
3. Rumahbukubundarasya — 081572628557
4. Lavanya book— 08990951597
5. Bukubeken/Lisa — 08551411360
Atau kalau mau baca Anjani bisa mengunjungi wattpadku yang satunya lagi di @rheasadewa, cari saja pasti ketemu. Masih aku sisain 17-part an
6. Bleas_leaf — 085920795969
7. Angelvin — 081398520888
8. Monika Angelica — 085711080885
9. Bookishtorage — 085921293806
10. Wasurjaya — 082221119774
_*List Marketer Batik Publisher*_
*Jawa Tengah*
1. Fadila solo – 0857 2850 2169
wa.me/6285728502169
FB : www.facebook.com/faithadhila
2. Zulfa Solo – 0838 4463 3723
wa.me/6283844633723
Fb : https://www.facebook.com/niken.syahida
3. Poetri semarang – 0896 3051 5531
WA : bit.ly/PoebeeStore
4. Galuh semarang – 0856 4140 4011
Wa : bit.ly/Bukukuorderdisini
Fb : https://www.facebook.com/gecedepe
*Sulawesi. Maluku dan Papua*
5. Fato' – 085241234682
Bit.ly/GaleryFato
FB : https://www.facebook.com/fato.mustari
Shopee.co.id/mamahaidar
*Sumatera*
6. Hartatik Pohan (Medan, Sumut)
wa.me/6281938149100
FB : https://www.facebook.com/t4t13x
7. Melati Padang – 0852 7009 0755
*Kalimantan*
8. Dewi Pitalokasari (Kalimantan Timur, Kalimantan Utara
WA: wa.me/6281336028013
FB: https://www.facebook.com/pitalokasari
*Malang*
9. Ellinda — 081556560728
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top