Bab 1
BAB 1
Anjani tak tahu apa yang terjadi dengan tubuhnya. Akhir-akhir ini, ia berteman dekat dengan ruangan yang bernama toilet. Entah sudah berapa kali ia mual dan muntah-muntah dalam sehari. Anjani kira hanya masuk angin atau sakit mag, tetapi rasanya ia seperti menderita penyakit akut nan parah.
"Jani, kamu kenapa masih betah di depan toilet? Kamu sakit? Wajah kamu pucat!" seru Virna, ibu angkatnya. Virna adalah kakak ibu Anjani. Ia dulu kesulitan mendapatkan keturunan, sehingga mengambil Anjani sebagai anak.
"Gak tahu, Ma. Rasanya pengin muntah-muntah terus. Apa aku punya sakit parah, ya?"
"Ngaco. Kalau sakit hati, iya. Kamu kepikiran kali habis ditalak sama suamimu." Anjani melengos. Ia merasa sakit hati jika harus diingatkan dengan Prabu Satrio Permadi atau yang biasa Anjani panggil Mas Tio. Laki-laki kulkas yang tega mencampakkannya hanya karena perempuan berkaki jenjang dan berdada mirip bola boling. Memang pernikahan mereka karena perjodohan, tanpa cinta, dan tanpa saling kenal. Namun, tetap saja Anjani bukan sampah yang harus dibuang sembarangan. Anjani masih mempunyai hati dan perasaan.
Apakah Satrio mengira hidup dengan laki-laki kaku sepertinya, mudah? Anjani harus menelan kekecewaan karena ia disentuh hanya jika Satrio sedang menginginkannya. Anjani yang merasa lelah menyiapkan makan, tetapi Satrio hanya melihatnya saja. Anjani juga sudah menyiapkan senyum terbaiknya saat suaminya pulang kerja, tetapi hanya dianggap makhluk tak kasat mata. Hebatnya rumah tangga mereka bisa bertahan sampai tiga tahun, walau Anjani harus mengakui bahwa ia kalah dengan kata talak dan surat cerai dari pengadilan.
Jika orang bilang Anjani menyesal karena kehilangan Satrio, sudah pasti tidak. Untuk apa hidup dengan orang yang tidak mencintai kita, cerai sudah tentu lebih baik. Anjani tidak jelek. Dia memiliki wajah yang manis, apalagi statusnya akan jadi janda tanpa anak. Sudah pasti di luar sana para cowok pada ngantri.
"Jani gak nyesel, kok, dicerai, malah beruntung bisa lepas dari beruang kutub kayak Satrio." Dengan kesal Virna mencubit lengan Anjani. Seenaknya saja dia mengatai Satrio, walau mereka akan jadi mantan tetap harus menjalin hubungan yang baik.
"Aduh. Sakit, Mama."
"Kamu kalau ngomong dipikir. Satrio orangnya baik. Kamu beruntung dapat suami seperti dia. Kalau kamu bisa kasih dia anak, gak mungkin Satrio ninggalin kamu."
"Gimana bisa punya anak wong nyentuhnya cuma Senin-Kamis." Virna rasanya ingin mencuci mulut Anjani dengan sabun cuci piring, biar bersih bibir Anjani dan bisa mengeluarkan kalimat yang bersih-bersih.
"Itu karena kamu gak ngerawat diri. Kalau kamu pintar dandan. suami pasti lengket terus, gak mau jauh-jauh."
Anjani manyun. Dikira ia lem super. Namun, ada benarnya juga omongan ibunya. Anjani jauh dari kata sempurna. Itu kenapa ia diganti dengan perempuan lebih cantik. Mengingat hal itu rasanya hati Anjani seperti tertusuk. Nyeri. Kata orang, cantik saja tidak cukup, tetapi cantik dan murahan justru laku di pasaran. Ibarat barang yang kemasannya indah dan murah, akan cepat laku. Perkara dalamannya pernah dipakai sehari-hari dan bobrok, sudah tanggungan pembeli.
"Salah lagi. Anjani selalu salah di mata Mama. Mama harusnya belain aku. Sebenarnya yang anak mama, aku atau Satrio, sih?" Amarah Anjani sudah di ubun-ubun. Entah kenapa akhir-akhir ini emosinya cenderung naik, apalagi jika mendengar Satrio selalu dikatakan baik dan menantu idaman. Rasanya ia ingin menenggelamkan kepalanya di bak mandi supaya dingin. Siapa tahu hatinya bisa idem dengan si kepala.
"Satrio itu baik. Kamu pasti yang keterlaluan."
"Mama pengin tahu kenapa Satrio ceraiin aku? Itu karena—" Anjani berusaha menggigit bibir. Ia tidak mau mengadu jika suaminya telah selingkuh, bisa panjang urusannya. Apalagi pasti mamanya akan mengasihaninya karena sudah diganti dengan perempuan yang lebih cantik. Anjani tidak mau dikasihani. Ia bukan anak kucing yang dibuang di kardus. "Anjani kesel sama mama" Lebih baik ia pergi daripada membantah mamanya. Ia takut dosa dan dikira anak durhaka. Anjani berjalan cepat ke arah taman belakang dan melihat burung peliharaan papa dan Rama. Memang mereka binatang, tetapi sangat pengertian kepada Anjani. Jika dia curhat, mereka tidak akan menyahut dengan nyolot atau tidak akan balik menasihatinya.
Sesampainya di belakang halaman, perasaan Anjani semakin amblas melihat Rama yang sudah ada di gazebo. Adiknya itu sedang bermain ponsel sambil cekikikan. Kata orang, ponsel itu barang modern, tetapi kenapa masih ada setannya. Anjani berpikir, dulu saat Rama membelinya pasti belum diruwat.
"Mbak Jani kenapa mukanya cantik banget kayak jeruk yang masih mentah di pohon?" Sindiran Rama terasa menusuk hati. Kenapa nyinyirnya selalu muka, sih? Anjani jadi mengingat jika ia dikhianati karena memiliki muka yang pas-pasan dan pasaran.
"Diem! Jangan berisik. Aku lagi gak mood berantem atau sekadar tarik pita suara buat marah-marah sama kamu."
Mendengar itu, Rama hanya cengengesan. Keinginannya menjadi makin besar menggoda kakaknya. Membuat Anjani marah adalah bakat terpendam Rama selain makan.
"Mbak lagi PMS, ya, kok, sensi gitu? Wajah Mbak pucat. Kena anemia?" Anjani langsung memalingkan muka. Anjani jadi ingat jika dia belum datang bulan. Stres memang memicu terlambat datang bulan.
"Kamu bisa, enggak, jangan cari gara-gara sama aku dulu?" Dasar Rama. Meskipun jahil, jika tahu kakaknya sedang murung, harusnya ia menghibur, bukan malah membuat mood Anjani semakin kacau.
Rama mendekat. "Cie, yang lagi kesel karena bakal jadi janda muda!"
Ketika Rama ada di sekitarnya, indra penciuman Anjani terganggu. Seketika saja Anjani merasa mual dan ingin muntah.
"Huek... huek... huek... " Naas ikan koi peliharaan sang ayah yang jadi sasarannya menerima nasi uduk yang Anjani santap pagi tadi. "Rama kamu pakai parfum apa, sih. Baunya gak enak, sumpah."
"Ini adalah parfum yang biasa Rama pakai." Parfum yang bisa membuat cewek mengikutinya. Rama menciumi ketiak. Tidak ada yang salah dengan bau badannya. Sepertinya kakaknya saja yang jadi aneh akhir-akhir ini.
"Mbak, ikan papa. Ya salam. Itu harganya puluhan juta, loh."
"Bodoh amat. Orang mual gak kenal tempat. Yang ada ikannya malah dapat gizi."
Rama menepuk jidatnya karena sebal. Ikan koi sang papa mempunyai makanan khusus dan kolamnya tidak boleh kotor. Dapat gizi dari mana? Alamat Rama harus kuras kolam lagi. "Mbak Jani sakit apaan, sih? Kanker hidung? Tiap cium bau, mual terus." Rama menatap nelangsa pada ikan-ikan ayahnya. Sabar, ya, ikan, entar aku cuci kamu pakai pemutih agar terhindar dari najis.
"Ma, jangan nakutin mbak, dong!"
"Makanya Mbak periksa!!"
"Mau periksa, tapi kamu yang antarin ya?"
Rama menggeleng tanda dia menolak. "Aku harus kuras kolam ikan dulu, Mbak."
"Jadi kamu lebih sayang sama ikan daripada mbak? Tega kamu Rama! Kamu gak inget kalau kamu sakit yang ngerawat siapa? Yang masakin kamu bubur siapa? Emang tuh ikan?" Tunjuk Anjani pada ikan yang megap-megap karena airnya keruh kena muntahan .
"Kok, jadi ngungkit-ngungkit aku sakit dulu? Ya, udah, aku nyerah. Aku antar ke dokter." Anjani langsung melompat-lompat karena senang. Sepertinya Anjani tak sakit lagi. Sudah sehat seperti sedia kala.
***
"Mbak sakit apa?" Rama menghampiri Anjani yang baru saja keluar dari ruang dokter umum.
"Aku disuruh ke obgyn."
"Mbak sakit kanker serviks? Pantesan susah punya anak."
Karena kesal dengan ucapan Rama, Anjani memukul kepala adiknya dengan kertas.
"Mbak Jani jahara sama Rama."
"Makanya kalau ngomong jangan sembarangan. Semua belum pasti."
Anjani dan Rama melangkah ke arah ruang dokter kandungan yang antreannya menngalahkan orang yang mengambil sembako. Hampir satu jam lebih mereka mengantre, barulah seorang suster memanggil nama Anjani.
"Mbak, aku ikut masuk, ya? Aku khawatir mbak pingsan dengar vonis dokter." Menolak pun percuma Rama akan bersikeras untuk ikut masuk. Walaupun jahil sebenarnya Rama sangat sayangke pada kakak perempuannya ini.
"Terserah."
Rama menunggui Anjani dengan setia. Ia melihat kakak perempuannya disuruh berbaring di atas ranjang rumah sakit, kemudian kausnya disingkap sehingga memperlihatkan perutnya yang rata. Ia melihat perut Anjani diberi gel berwarna bening lalu sebuah alat ditekan-tekan di atasnya seakan-akan mencari sesuatu. Alat itu terhubung ke layar komputer, menampakkan bulatan hitam berbentuk oval.
"Udah kelihatankan?"
"Apanya dokter? Sarapannya tadi, ya?" Anjani mendelik, sedangkan sang dokter tertawa.
"Ini ada bulatan kecil yang berdetak-detak." Rama mengamati dengan saksama. Jangan-jangan kakaknya memang menderita kanker. Bulatan itu sel kankernya yang baru tumbuh. Malang benar nasib saudara satu-satunya ini.
"Itu penyakitnya, Dok?"
"Iya ini yang menyebabkan ibu Anjani mutah sama mual."
Mata Anjani mulai berkaca-kaca mendengar vonis dokter. Nasibnya sial sekali. Menjanda sekaligus penyakitan, akan mati sendirian. "Jadi saya beneran sakit parah, Dok?" Bibir Anjani bergetar, air matanya siap meluncur.
"Siapa yang bilang Anda sakit? Selamat ibu Anjani, Anda hamil." Seketika Rama dan Anjani saling menatap. Mereka berdua bingung. Hamil? Kira-kira lebih parah mana, kena kanker atau hamil?
"Hamil? Kok, bisa?"
"Bisa. kalian yang buat, kan?" Ketika Rama hendak, protes tangan Anjani langsung membekap mulutnya. "Usia kandungannya menginjak dua belas minggu atau tiga bulan. Biasanya trimester pertama memang mual dan mutah. Jangan banyak makan makanan yang mengandung asam, ya, Bu, karena itu akan memperparah muntahnya. Banyak makan makanan yang bergizi dan jaga pola tidur."
"Iya, Dokter."
"Pak, jangan bikin ibu stres, ya? Karena akan memengaruhi janinnya. Saya akan tuliskan resep vitamin dan obat penambah darah." Ada jeda di antara mereka. Anjani yang masih syok dengan berita kehamilannya, sedangkan Rama bingung harus senang atau sedih. Kakaknya sebentar lagi akan menjadi janda dan hamil. "Kalian boleh berhubungan badan, tapi jangan sering-sering." Refleks Anjani menjauhkan diri dari Rama. Kaca mata dokter ini pasti perlu diganti. Apa Rama tak terlihat seperti bocah daripada laki-laki dewasa?
***
Anjani hanya diam sepanjang perjalanan pulang. Rama yang menyetir merasa tak nyaman, pasalnya kakaknya itu biasa mengoceh dan lebih berisik daripada radio.
"Jangan bilang sama orang rumah kalau mbak, hamil." Kalimat pertama yang Anjani ucap.
Rama tak tahu kenapa kakaknya meminta hal itu. Kabar kehamilan dirinya begitu membahagiakan, tetapi Rama lupa kakaknya dalam masa proses cerai.
"Terus kandungan mbak mau diapain? Mbak bentar lagi jadi janda. Mbak bilang aja ke Mas Satrio. Siapa tahu dia punya solusi?" Usulan Rama terdengar bagus, tetapi pahit di hati. Mengatakan kalau dia hamil. Apakah Satrio akan mengakui anaknya? Mengingat orang yang akan menjadi mantan suaminya itu sedang mabuk asmara dengan model keturunan Rusia bernama Anastasia Ketrinova. Namun, jika Anjani harus membesarkan anaknya sendiri, jujur saja ia tak akan mampu.
Ada opsi ketiga yang akan ia ambil. Biar saja dia dianggap perempuan materialistis. Satrio, kan, kaya, kehilangan hartanya sedikit tak apa-apa, kan?
******
Novel Anjani sudah masuk Po loh. PO dari tanggal 29 juli sampai 13 Agustus. Kalau mau pesen ke reseller di bawah ini ya
Admin Batik:
Tika: 08123266173
Dean: 08563032998
Online shop
1. Rani sale novel — 082135407000
2. Cintabuku/ Mbak Asih — 087708872164
3. Rumahbukubundarasya — 081572628557
4. Lavanya book— 08990951597
5. Bukubeken/Lisa — 08551411360
6. Bleas_leaf — 085920795969
7. Angelvin — 081398520888
8. Monika Angelica — 085711080885
9. Bookishtorage — 085921293806
10. Wasurjaya — 082221119774
_*List Marketer Batik Publisher*_
*Jawa Tengah*
1. Fadila solo – 0857 2850 2169
wa.me/6285728502169
FB : www.facebook.com/faithadhila
2. Zulfa Solo – 0838 4463 3723
wa.me/6283844633723
Fb : https://www.facebook.com/niken.syahida
3. Poetri semarang – 0896 3051 5531
WA : bit.ly/PoebeeStore
4. Galuh semarang – 0856 4140 4011
Wa : bit.ly/Bukukuorderdisini
Fb : https://www.facebook.com/gecedepe
*Sulawesi. Maluku dan Papua*
5. Fato' – 085241234682
Bit.ly/GaleryFato
FB : https://www.facebook.com/fato.mustari
Shopee.co.id/mamahaidar
*Sumatera*
6. Hartatik Pohan (Medan, Sumut)
wa.me/6281938149100
FB : https://www.facebook.com/t4t13x
7. Melati Padang – 0852 7009 0755
*Kalimantan*
8. Dewi Pitalokasari (Kalimantan Timur, Kalimantan Utara
WA: wa.me/6281336028013
FB: https://www.facebook.com/pitalokasari
*Malang*
9. Ellinda — 081556560728
Bisa juga pesan lewat shopee dan Tokopedia lewat toko blessleaf
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top