(4)

Anjani tak tahu kalau tanda tangannya bisa seberharga ini. Ia membubuhkan beberapa tanda tangan pada berlembar-lembar kertas. Rasanya ia tak pernah sebahagia ini ketika melihat wajah masam Satrio yang terpaksa memberikan restorannya padahal restoran itu sedang laris-larisnya.

Anjani dengan bangga mengibaskan rambutnya ke belakang yang bisa membuat perut Satrio mulas. Akhirnya  Anjani mendapatkan jaminan masa depan sang anak.

"Sudah selesai, setelah ini restoran Lataye resmi jadi milik anda, nyonya Anjani!".

"Ralat nyonya Satrio Permadi, saya masih resmi jadi istrinya".

"Oh iya maaf, saya lupa!". Anjani tersenyum menang apalagi kini Satrio yang berada di seberang meja sudah tertunduk lesu secara tak langsung suaminya itu mengaku kalah. Dengan dada yang membusung dan mengelus perutnya yang kini sudah agak menonjol. Anjani dengan bangga menjabat tangan pengacara Satrio. Pengacara ini juga dulu yang mengurus perceraiannya yang batal itu.

Dengan gerakan slow motion dia memasukkan surat tanah dan kepemilikan restoran. Ia sengaja melakukan itu agar menyiksa Satrio. Toh apa yang ia perbuat tak sebanding dengan kebejatan suaminya.

"Barang yang udah di kasih gak boleh di minta lagi!!".

"Siapa yang minta, aku bakal kerja keras supaya bisa buat restoran lagi"

Mata Anjani pura-pura menangis haru serta membekap mulutnya tak percaya. "Masak? Aku terharu, mas mau bekerja keras buat kami!!". Anjani mengelus perutnya lagi. Sedang Satrio memutar bola matanya dengan malas. Dia jengah dengan akting Anjani.

"Kamu kira aku bakal ngasih lagi harta aku ke kamu". Anjani tak berharap harta Satrio hanya melakukan sedikit pembalasan agar laki-laki ini jera rasanya perlu.

"Kamu kira anakku butuh harta kamu. Ya nggak lah!! Anak aku bakal dapat banyak warisan dari kakeknya". Mulut Satrio tenganga lebar. Ia tak percaya Anjani bisa berpikir sampai ke sana. Dasar Anjani, si rubah betina. "Anak aku cucu dari satu-satunya anak laki-laki keluarga Permadi. Kalau dia cowok bisa di bayangkan dapat warisan berapa banyak?".

Satrio merasa waspada jika anak Anjani berjenis kelamin laki-laki maka tidak bisa di pungkiri kalau dirinya akan semakin sulit lepas dari perempuan pengeruk harta ini.

"Kenapa bengong mas? Lagi ngitung berapa banyak warisan anakku?". Anjani bukanlah ibu yang memanfaatkan anaknya sendiri. Ia bisa membesarkan anaknya tanpa sepeserpun uang dari keluarga Permadi tapi egonya akan tersakiti bila mana Satrio menikah dengan Anastasia dan mereka punya anak sendiri. Maka Anaknya yang tak pernah Satrio harapkan akan tersingkir. Anaknya tak akan Satrio anggap dan pedulikan. Lain ceritanya kalau anaknya dapat warisan serta kasih sayang keluarga Permadi maka setidaknya putra Anjani tak akan terlalu bersedih.

"Eh ngapain mas ngikuti aku keluar?". Anjani agak kaget saat memergoki Satrio yang mengekor di belakangnya.

"Aku mau ikut kamu pulang, pastiin kamu beneran bakal balik ke rumah utama". Anjani berdecak sebal. Ia dongkol sebenarnya jika berada di dekat suaminya.

"Jangan dekat-deket, aku takut nanti mas jorokin aku di tangga!!". Ujar Anjani sembari memegang perut dengan posesif. Kalau bukan karena terpaksa Satrio sudah pasti mengumpat dengan kelakuan Anjani yang di buat-buat.

"Nggak mungkin aku nglakuin hal sejahat itu".

"Nggak mungkin? Bahkan mas udah jadi orang jahat sejak lahir!!". Ekspresi Satrio berubah. Anjani sadar ia telah menyentil sensitifitas milik suaminya. Satrio dulu punya saudara kembar tapi sayang harus meninggal beberapa jam setelah di lahirkan. Menurut penjelasan dokter, dua anak dalam satu rahim maka ada yang dominan dan yang lemah. Satrio termasuk yang dominan sehingga saudaranya kekurangan nutrisi di dalam kandungan sehingga lahir berbobot kecil dan meninggal dunia.

Anjani terlalu sibuk dengan pikirannya sehingga tak menyadari langkah kakinya telah membawanya ke tempat parkiran mobil. Satrio yang kesal dengan Anjani menekan kepalanya untuk masuk ke dalam mobil Audi miliknya.

"Aduh!! Tuh kan baru rujuk dan mau pindah rumah. Kamu nya KDRT".

"Udah jangan banyak ngomong, pasang seatbelt kamu!!".

"Aku maih ragu tauk. Mas tulus nganterin aku pulang. Siapa tahu mas tabrakin aku di tengah jalan".

"ANJANI!!". Satrio berteriak marah. Ia sudah tak tahan dengan segala prasangka buruk yang di tujukan kepadanya. "Aku gak nyelakain kalian. Aku juga ayahnya kalau kamu lupa!".

"Baru ngrasa mas bapaknya. Mulut mas ngomong kalau mas bapaknya tapi ngelus dia aja mas gak pernah!!". Ketika tangan Satrio ingin mendekat perut Anjani. Ia menepisnya jauh-jauh. "Jangan pegang kalau gak tulus, anakku mual kalau deketan kamu. Soalnya dia tahu bapaknya gak sayang sama dia".

Tangan Satrio menegang kata-kata Anjani begitu menusuk. Walau ia sadari tak begitu menginginkan anak itu tapi di dalam kandungan Anjani ada darahnya juga mengalir di sana. Ia awalnya menganggap bahwa janin itu peganggu, kini menyesal pernah berpikir seperti itu. Satrio boleh tak suka pada Anjani tapi bagaimana pun juga anak di perut Anjani juga darah dagingnya.

☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕☕

"Tante Anjani". Teriak dua anak perempuan yang berlari-lari kecil ketika mengetahui bahwa yang muncul dari dalam mobil pamannya adalah tantenya yang lama tak muncul. "Tante, dari mana aja? Kita kangen!".

Anjani dengan gemas memeluk dua anak perempuan itu. "Kalian kangen, tante apalagi!!".

"Kemana sih tante kok baru pulang?".

"Tante ke...".Lama Anjani berpikir. "Ke Palestina jadi relawan perang!!Tante kan jadi miss perdamaian di sana!!".

"Miss perdamaian? Apa sama kayak miss universe, miss world, putri Indonesia?". Anjani sedikit terdiam kemudian menjawab sekenanya.

"Yah, kayak gituh!!".

"Amanda mau masukin list jadi miss perdamaian ke daftar cita-cita". Si kecil Amanda mengeluarkan sebuah buku diary bergambar barbie yang di lengkapi dengan kunci dan pensil.

"Manda, list cita-cita kamu banyak banget. Kamu mau yang mana?".

"Dinda, udah kamu jangan banyak ngomong!! Biarin aku tulis banyak-banyak".

Adinda, Amanda adalah anak kakak perempuan Satrio, sekaligus putri sulung Keluarga Permadi. Mereka terlahir kembar identik kalau mereka memakai pakaian yang sama, pasti tidak ada yang bisa membedakannya.

"Tante Anjani tugas miss perdamaian apa aja?".

Anjani yang mendapat pertanyaan dadakan itu, kebingungan mau menjawab apa. "Tugasnya, bantuin orang yang lagi perang. Damaiin orang berantem dan juga ehmm ngobatin luka.. batin". Dua orang anak perempuan itu memandang heran lalu menggaruk rambutnya yang telah di pasang pita.

"Kalau gituh Dinda juga mau jadi miss perdamaian".

"Bukannya Dinda mau jadi dokter kayak papah?". Papah mereka berprofesi sebagai seorang dokter bedah plastik sedang ibu mereka, kakak Satrio adalah pegawai di perusahaan milik keluarga Permadi.

"Enggak, Dinda gak mau jadi dokter. Papah sering gak pulang dan bikin mamah nangis".

"Eh..."

"Kalian ke bibik dulu. Tante Anjani butuh istirahat". Anjani yang ingin mengobrol lebih banyak dengan si kembar. Sudah di tarik masuk ke dalam rumah.

"Kamar kita pindah ke bawah".

"Kita?". Tanya Anjani sengit.

"Iya, kamu mau kita tidur pisah? Mau orang rumah curiga?".

"Ehm.. ehm.. Kalian sudah datang?". Suara seorang perempuan paruh baya mengurungkan niat mereka untuk berdebat. Anjani meneguk ludahnya kasar. Ia menggenggam tangan Satrio lebih erat.

"Ibu". Ucap suami istri itu secara bersamaan. Keduanya kompak menyalami tangan perempuan yang di panggil mereka dengan sebutan ibu.

"Satrio bawa istri kamu ke kamar suruh istirahat pasti dia capek. Biar ibu siapin makan dan antar makanannya ke kamar". Anjani di buat cengo dengan sikap baik ibu mertuanya padahal dulu saat pertama kali jadi istri Satrio, ia sering di suruh-suruh dan di hina mandul bahkan lebih parahnya ketika Anjani mengadu kalau Satrio selingkuh, sang ibu mertua yang bernama Mega itu mendukung hubungan Satrio dengan Anastasia.

"Ya buk, ini Satrio juga mau bawa Anjani ke kamar!". Anjani tak masih tak percaya dengan perubahan ibu mertuanya tapi mungkin karena dirinya hamil makanya orang-orang di rumah ini bersikap baik kecuali....

"Akhirnya kamu pulang?". Seorang perempuan muda dengan anggun berjalan menuruni tangga. Tatapannya masih sama, menatap Anjani dengan pandangan sengit penuh permusuhan.

"Kirana jaga ucapan kamu. Anjani kakak ipar kamu!!".

"Sejak kapan ibu belain dia?". Perempuan muda yang di panggil Kirana itu tersentak merasakan kalau tangannya di tarik kuat oleh sang ibu.

''Satrio bawa Anjani ke kamarnya!! ''. Padahal Anjani ingin sekali membalas perkataan Kirana paling tidak menonton Kirana di marai oleh bunda Mega secara live tapi apa mau di kata suami terblangsaknya sudah ingin cepat-cepat masuk kamar. Ck... ck... Satrio orang yang tak sabar.

"Harusnya aku gak ajak kamu pulang, aku lupa kalau Kirana juga tinggal di sini!!". Mata Anjani menyipit. Ia baru saja selesai  meletakkan baju-bajunya ke dalam walk in closet. Kirana dan dia bagai minyak dan air, tak akan bisa menyatu. Mereka rival sejak jaman kuliah. Kirana si gadis manja keluarga Permadi, dia ratu kecantikan kampus hanya saja ia selalu kalah dengan Anjani si gadis biasa. Kalah dalam bidang akademi dan juga kalah merebut hati seseorang. Apalagi di tambah Kirana tahu kalau Anjani yang di jodohkan dengan kakaknya. Dendamnya pada Anjani mentok sampai ke ubun-ubun .

"Kenapa? Kamu khawatir sama aku, Aku terharu!!". Anjani ingin memeluk tubuh Satrio tapi dengan usil suaminya itu malah menyentil jidatnya.

"Aku enggak mau kalian berantem dan bikin mama kepikiran. Jadi aku minta kamu jangan buat masalah dengan Kirana". Perkataan Satrio tidaklah kasar atau bernada tinggi tapi kenapa dapat membuat hati Anjani ngilu. Apa yang ia harapkan? Bahwa Satrio akan khawatir terhadap kesehatan janinnya? ibu hamil memang tak boleh banyak pikiran dan menjauhi yang namanya stress. Tapi ternyata suaminya lebih kawatir dengan kesehatan sang ibu. Harusnya ia memperingatkan Kirana bukan Anjani.

Tapi lagi-lagi Anjani tersadar bahwa terlalu dekat dengan Satrio akan membuatnya lupa bahwa kehadiran janinnya tak diinginkan Satrio. Dengan segala lara dan daya yang Anjani punya. Ia berjanji akan membentengi hatinya dari pesona suaminya karena pada akhirnya hanya ada perpisahan dan kebahagiaan Satrio dengan Anastasia. Dirinya hanyalah seonggok masa lalu yang Satrio ingin hapus.

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top