(10)


Anjani menarik mundur dirinya ke dapur. Ia tahu mungkin ada yang ingin di bicarakan mbak Ayu dengan Satrio secara pribadi. Yang Anjani hanya tahu kalau tangisan kakak iparnya di sebabkan si kembar yang pergi dari rumah. Untuk alasan mereka pergi Anjani itu masih misteri. Anjani cukup tahu diri, bukan haknya untuk mendesak kakak iparnya berbicara.

"Cari mereka, sat!!". Mohon Ayu lagi. Sedari tadi dia tak kunjung berhenti menangis. Kakak tertuanya yang terkenal perempuan paling kuat itu hanya dapat bertumpu pada dekapan ibu mereka.

"Iya pasti mbak!".

Mega masih tak percaya, si kembar baru berusia 6 tahun. Mereka kabur dari rumah. Mereka menunjukkan rasa ketidaknyamanan mereka ketika melihat kedua orang tuanya cek-cok.

"Apa kita perlu kasih tahu bapak?".

"Jangan dulu sat, aku takut bapak kepikiran. Dia gak akan ngelepasin Tristan".

"Bukannya bagus kalau bapak tahu, aku aja pingin gebukin muka suami mbak!!".

"Dan setelah itu? Mbak gak akan biarin kamu berurusan dengan hukum. Ingat saat, Anjani lagi hamil. Dia butuh kamu!!". Satrio mengusap wajahnya frustasi. Menarik nafas sebanyak-banyaknya lalu melepas kancing atas kemeja supaya bisa bernapas. Satrio tak habis pikir kenapa bisa kakak perempuannya bertahan dengan lelaki brengsek seperti Tristan.

"Tapi Tristan udah tahu kalau anaknya ilang?".

"Udah kok, dia juga lagi nyari!!". Ayu tak yakin kalau tristan benar-benar mencari atau malah sibuk dengan pacar barunya. Tak berapa lama, ponsel Ayu berdering. Ia mengambil langkah menjauh dari ibu dan juga adiknya. Ayu menerima panggilan itu di luar rumah.

"Si kembar kemana ya, bu?". Kalau Mega tahu, ia tak mungkin sepanik ini. Mega merasa sedih, keluarganya mendapat cobaan yang berturut-turut. Apa ini hukuman dari Tuhan karena sikap semena-menanya dulu.

"Kamu masih berhubungan sama Anastasia?". Pertanyaan ibunya yang tiba-tiba itu membuat Satrio panik. Wajahnya pias, mau jujur tapi takut ibunya marah. Karena Satrio tahu kini Mega berada di pihak Anjani.

"Eh? Itu...".

"Ibu minta kamu gak ngulangin kebodohan kamu. Kamu lihat bagaimana hancurnya kakak kamu karena di khianati? Kamu sakit kan Ayu di beginian. Pingin banget kan mukul Tristan. Kamu pernah mikirin saudara laki-laki Anjani atau keluarganya kalau tahu kamu pernah selingkuh?". Satrio enggan menjawab. Ia diam mendengar wejangan sang ibu. "Mungkin sama seperti kamu, Rama bakal nonjok kamu kalau dia tahu kakaknya di sakitin".

Mega sadar betul jika meminta Satrio menjauhi Anastasia dan hanya setia dengan Anjani itu mustahil seperti saat kita mencari jarum pada tumpukan jerami.

"Ada masalah lain yang ibu enggan bilang". Mega menarik nafasnya dalam-dalam. Hari ini begitu berat untuknya. Ia merasa gagal menjadi seorang ibu karena tak bisa menjaga keutuhan keluarganya. "Kirana dari kemarin gak pulang, setelah ibu nampar dia!".

"Ibu nampar Kirana, kenapa?".

"Karena Kirana berlaku gak sopan sama Anjani. Dia bilang hal yang buruk tentang kandungan istrimu. Tentang Kirana, ibu minta maaf. Ibu gagal mendidik dia".

"Ibu gak usah berlebihan kalau menyangkut kandungan Anjani apalagi sampai nampar Kirana. Kirana udah besar, dia pasti bisa jaga diri". Tapi Satrio lupa, Kirana hanyalah anak perempuan manja yang tak tahu kejamnya dunia luar. Selama ini gadis itu selalu mendapat hal yang ia inginkan dengan mudah.

"Ini respon kamu? Apa kamu masih berhubungan dengan Anastasia?". Satrio terpaku, ia bimbang mau jujur apa tidak. "Jawab ibu, Satrio!".

"Bu, jangan paksa Satrio putus sama Anastasia dan jangan paksa Satrio untuk bisa cinta sama Anjani".

Mega memijit pelipisnya yang berdenyut sakit. Sumber semua masalah yang ia kira usai malah sebenarnya asal muasal dari segalanya. Apa ini semua karma untuknya?.
"Kamu seorang suami, kamu sudah menikah. Bagaimana bisa kamu melakukan ini semua? Kamu punya dua saudara perempuan Satrio. Apa kamu tak pernah berpikir kalau saudara kamu akan di perlakukan seperti Anjani?".

"Mbak Ayu dan Kirana bukan Anjani!!".

"Tapi Ayu juga di selingkuhi seperti Anjani". Satrio tak bisa menjawab atau mengembalikan perkataan ibunya. Ada rasa bersalah di sudut hatinya. "Apa kamu rela jika anak kalian seperti si kembar yang bakal pergi ninggalin kalian?".

Satrio tertegun, bagaimana kalau anaknya nanti memberontak seperti di kembar. Satrio tak akan rela jika anak-anaknya sampai membencinya apalagi enggan melihat atau bertatap muka dengannya maka Satrio akan menyesal seumur hidup.

"Buk, Satrio butuh juga waktu ngambil keputusan".

"Kamu gak butuh waktu sat, kamu harus bertahan di sisi Anjani".

"Buk,,,,".

Mega enggan menanggapi rengekan Satrio karena kini Ayu sudah muncul di balik dinding mungkin ia membawa sebuah kabar baik.

"Buk, si kembar ketemu. Mereka nginep di salah satu hotel punya kita!! Ayu mau ke sana jemput mereka!!". Mega bangkit mengambil tas tangannya diikuti Satrio dari belakang.

"Kita ikut!!".

🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

Menemukan si kembar memang perkara mudah tapi membuat mereka buka suara untuk sekedar menjelaskan alasan mereka keluar rumah dengan cara kabur itu sulit . Yang bisa Ayu lakukan hanyalah mengurung kembar di dalam kamar untuk menghukum mereka. Agar dua gadis itu jera, tak akan mengulangi perbuatan mereka lagi.

Giliran Anjani yang di suruh membujuk mereka untuk makan, karena Amanda dan Adinda sangat menyayangi tantenya itu.
"Kalian tetep mogok makan?". Tanya Anjani yang sudah berdiri di depan pintu sambil membawa nampan yang berisi dua mangkuk makanan dan dua gelas air.

"Kita mogok makan sampai mamah cabut kata-katanya!! Kita gak mau di pindah ke asrama!!". Asrama, tempat yang cukup bagus untuk membentuk kepribadian seseorang tapi itu bukan pilihan bagus untuk si kembar. Mereka enggan di batasi pergaulannya.

"Habis kalian kabur dari rumah. Mamah kalian pingin yang terbaik".

"Dengang ngungsiin kami dari rumah?".

"Pisahin kami dari eyang sama tante". Timpal Dinda.

"Bukan seperti itu!".

"Lalu? Mamah pindahin kita ke asrama supaya apa? Gak dengar papah sama mamah bertengkar?". Anjani bingung harus menjawab apa. Amanda dan Adinda, anak yang pintar serta kritis, salah berbicara maka tamat riwayat Anjani.

"Kalian pernah denger, bahwa setiap orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya?". Si kembar mengangguk kompak. "Begitu pula mamah kalian, dia ingin yang terbaik tapi mungkin keputusannya buruk di mata kalian".

"Apa papah dan mamah gak menginginkan kami lagi, tante?". Anjani menggeleng lemah.

"Percaya sama tante, mamah, papah sayang kalian hanya mungkin untuk saat ini mereka sedang punya masalah yang belum bisa di selesaikan".

"Masalah apa itu tante Jani?".

"Tante juga gak tahu. Sekarang kalian makan ya! Tante masakin ayam kecap kesukaan kalian!!". Amanda dan Adinda langsung bersemangat mengambil mangkuk mereka. Anjani sampai terharu menatapnya. Kenapa anak sekecil mereka harus terlibat dalam pusaran rumah tangga orang tuanya.

Orang tua mereka yang berseteru tapi para anak yang jadi korban. Anjani jadi teringat dengan janin yang meringkuk di dalam rahimnya. Bagaimana mereka nanti saat tahu kalau orang tuanya berpisah. Apakah mereka akan menanyakan dimana ayah mereka? Apakah mereka juga akan marah ketika tahu kalau ayah mereka sudah punya keluarga dan bisa bahagia tanpa mereka. Anjani memijit pelipisnya pelan, apakah jalannya ke depan akan lebih sulit?.

🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊🍊

"Gimana si kembar, apakah mereka mau makan?". Tanya Satrio tiba-tiba yang membuat Anjani tersentak kaget.

"Mau kok, mbak Ayu gimana?".

"Dia lagi istirahat di kamar Kirana".

"Ke depannya gimana, apa mbak Ayu akan bercerai sama seperti kita!?".

"Itu aku gak tahu...". Satrio berpikir keras. Apa kakaknya akan menuntut sebuah perpisahan? Memang wajar jika mbak Ayu minta cerai tapi bagaimana dengan ayahnya nanti. Bapak sangat ingin keluarga mereka tenteram, utuh dan damai.

"Apa setelah kita cerai kamu gak akan menemui anak kita?". Pertanyaan Anjani yang begitu mengejutkan membuat otak Satrio tersengat listrik. Dia sampai diam membisu.

"Eh?".

"Kamu kan nanti punya keluarga sendiri bersama Anastasia". Satrio terlalu pening hari ini. Baru tadi siang di desak ibunya untuk berpisah dengan Anastasia dan kini Anjani menodongnya dengan pertanyaan yang sukar ia urai jawabannya.

"Apa aku boleh menemui mereka?".

"Aku juga bingung harus menjawab gimana, kalau kamu sering-sering ketemu mereka. Aku takut mas, suatu hari mereka marah sama aku. Mereka akan marah karena nyatanya mas bersama wanita lain. Lebih mudah kalau mas gak muncul atau aku memperkenalkan mas sebagai om mereka". Perkataan Anjani benar tapi untuk di terima Satrio terasa sakit. Anak Anjani juga anaknya, kenapa harus memanggilnya om.

"Aku juga ingin jadi bagian dari hidup anak-anakku".

"Kamu akan mengambil bagian kenangan yang buruk atau kenangan yang indah itu tergantung kamu mas tapi aku paham kalau kamu memaksakan untuk dekat sama mereka di saat kamu juga punya keluarga lain untuk di urus. Kamu hanya akan jadi sebuah mimpi buruk". Ucap Anjani santai artinya begitu dalam. Membuat pikiran Satrio semakin kacau, semakin kandungan Anjani membesar. Ia semakin berharap banyak, Satrio ingin di sebut sebagai keluarga walau akhinya ia dan Anjani akan berpisah.
"Saranku, mas gak usah muncul di hidup mereka. Mas akan di kenang sebagai mimpi indah. Doakan saja aku menemukan jodohku sebelum mereka besar. Mereka tak akan repot menemukan sosok ayah dan kamu tak perlu khawatir, mereka tak akan mengganggu hidup kamu dengan Anastasia ".

Jelas Satrio tak terima jika ada ayah lain yang menggantikannya lantas apa yang ia mau? Di akui anaknya dan juga menggenggam tangan Anastasia secara bersamaan? Bukankah itu serakah. Sisi egoisnya akan menghancurkan banyak pihak lalu jalan apa yang akan ia ambil?

Kemungkinan apa yang terjadi pada si kembar akan terjadi pada anak-anaknya. Mereka akan jadi pemberontak, pergi dari rumah dan menyalahkannya. Satrio tak ingin semua itu menimpa anaknya tapi untuk jadi sebuah mimpi indah Satrio tak rela jika sosoknya di matikan, dianggap semu.

🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇🍇

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top