Oikawa Tooru • jatuh

Selamat membaca :))

Hari ini, matahari bersinar sangat terik. Di tambah lagi, saat ini kelasku mendapat jam olahraga sekitar jam 12an. Apa gurunya tak kasihan dengan anak muridnya ya? Kami bisa saja dehidrasi tahu!

Aku dan teman-temanku yang lain sudah bermandikan peluh yang sangat banyak jumlahnya. Beruntung tidak ada yang mempunyaj bau badan disini. Kalau tidak, sempurna sudah penderitaanku.

"Ne, (y/n)-chan." Sebelahku, Fura-chan sedang menidurkan tubuhnya di atas hamparan rerumputan yang sangat hijau.

Lapangan olahraga kami memang di penuhi dengan rerumputan. Jadi, tak aneh jika ada satu dua anak yang jatuh ketika mereka sedang berlari.

Kebetulan, hari ini juga sedang ambil nilai lari jarak pendek. Semoga saja aku tak terjatuh nanti.

"Kenapa jam olahraga kita harus jam 12an sih? Panas banget. Mau mati aja rasanya." Ia orangnya memang mudah putus asa sih, tak heran dia terus merengek seperti ini semenjak pengumuman perpindahan jam di berikan.

"Terima saja nasibmu ya." Ucapku sambil menepuk-nepuk bahunya agak kencang. Sebagai teman yang baik, aku harus mengembalikan semangatnya lagi bukan?

Ya seharusnya ia marah sih. Tapi, ternyata energinya memang sudah terkuras habis. Wajar saja, ia telah di panggang lebih dari 30 menit dibawah matahari. Kasihan sekali.

Bagaimana nasibnya ketika ia di panggil untuk pengambilan nilai nanti ya?

"Kyaaa!!! Oikawa-senpai ada disini!"

"Astaga, dia sedang berkeringat! Keren sekali!!"

"Kyaaa! Mana-mana?!"

"Oikawa-senpai~~!!!"

"AAAA tampannya~~!"

Astaga, adik kelas disana sengaja datang kesini hanya demi melihat Oikawa yang menyebalkan itu? Otaknya kemana ya?

Jelas-jelas disini sangat panas. Aku tidak habis pikir.

"(y/n)-chan, mereka kok mau ya suka sama orang modelan Oikawa gitu? Aneh banget." Cibirnya kesal. Ya bagaimana tidak? Teman sekelasku ingin mengadam di kelas malah tak bisa. Sedangkan mereka datang panas-panasan kesini dengan sendirinya.

Takdir memang suka pilih kasih.

"Mungkin mereka dipelet kali. Mukanya biasa aja gitu kok. Malah hampir di bawah standar. Apalagi sifatnya menyebalkan. Kerjaannya minta pr terus. Padahal ia pintar. Kenapa otaknya tak pernah dipakai coba?" Aku ikut terbawa suasana menjelek-jelekkannya.

Tapi tak apa, toh aku senang. Hehe.

Ada yang bilang kalau kami itu duo berisik di kelas. Guru-guru juga sampai tau karena ulah si Kusokawa ini. MASA IA NGESHIP DIRINYA SENDIRI DENGANKU?! APA DIA TAK WARAS??

Dan karena itu juga, masa SMAku sering mengalami gejolak naik turun. Berkali-kali aku sempat di bully oleh senpaiku karena kedekatanku dengan Kusokawa.

Parahnya lagi, ia tampak tak peduli dengan perundunganku. Menyebalkan. Hanya Fura-chan saja yang membelaku mati-matian di depan guru bk. Betapa baiknya temanku yang satu ini.

Kesialan terus saja tertawa di atas penderitaanku. Tiga tahun aku sekelas terus dengan Kusokawa. Aku ingin mengutuk takdirku yang sangat tidak beruntung bagiku.

Tapi seiringan dengan hal itu, takdir juga sangat baik padaku. Tiga tahun itu juga, aku selalu sekelas dengan Fura-chan. Disaat teman-temanku yang lain menjauhiku karena perkara pembullyan itu, Fura-chan terus mendukungku dan membantuku bangkit setiap tahunnya.

Meskipun perundunganku hanya berbentuk kata-kata saja, tapi dampaknya sangat membekas di hatiku.

"Di apa tadi? Ahahaha, dipelet katamu? Ya ampun, hahahahah. Tapi bisa jadi sih." Fura mendudukkan tubuhnya di sebelahku.

"Padahal di mata kita, ia seperti seonggok sampah. Heran, kenapa orang banyak suka sih?"

•    •    •

Beberapa saat yang lalu, para penggemarnya Kusokawa sudah pergi. Baguslah kalau mereka kembali belajar lagi. Aku yakin seyakin yakinnya kalau mereka tadi itu sedang membolos.

"Pengambilan nilai lari jarak pendek untuk laki-laki sudah selesai. Sekarang, pengambilan nilai lari jarak pendek untuk perempuan ya." Ryu-sensei mulai memanggil satu persatu murid perempuan.

"(y/n)-chan, aku deg-degan banget. Takut nilainya kecil. Bagaimana ini??" Aku tersenyum kecut karena panasnya yang tidak kira-kira. Sudah tak ada tempat berteduh, tidak boleh pergi dari lapangan ini pula.

BELI MINUM SAJA TAK BOLEH MASA!! Keterlaluan. Kalau aku pingsan nanti, akan kutuntut satu sekolah ini dengan membuka kasus pembullyanku.

"Fura-chan, kamukan ikut klub basket. Kamu pasti bisa. Harusnya kamu memikirkan aku yang hanya mengikuti klub matematika dong."

Mengikuti klub matematika bukan berarti aku suka. Aku hanya butuh guru les saja sebenarnya. Dan di klub, karena orangnya sedikit, rasanya sama seperti les privat.

Karena itu juga nilai matematikaku selalu bagus. Meskipun tak pernah tertinggi, nilaiku tak pernah di bawah 70.

"Oh iya, aku lupa. Ehehehe, maaf ya (y/n)-chan. Aku yakin kamu pasti bisa kok! Semangat!"

"Terima kasih. Tapi sepertinya aku akan mengikuti remedial lagi sih."

"Jangan berpikiran seperti itu, kamu pasti bisa—

"(l/n)(y/n), siap di lintasan." Ya Allah, berikanlah hambamu kekuatan. Hiks, padahal aku masih ingin berbicara dengan Fura-chan.

Aku segera bersiap di belakang garis start. Jantungku berdebar-debar tak jelas. Risih rasanya di tatap oleh hampir seluruh teman sekelasku.

"Satu. Dua. Ya!" Kakiku langsung bergerak secepat-cepatnya. Pandanganku hanya terfokus pada garis finish yang semakin lama semakin dekat.

Krekk!

Tubuhku oleng, dan terjatuh di pertengahan lintasan berlariku. Rasa sakit dari pergelangan kakiku menjalar ke pusat sarafku. Sakit sekali rasanya.

ck! Gara-gara tadi belum pemanasan dulu sih. Begini deh jadinya. Bagaimana nasib nilai lariku ya? Hiks, aku tidak mau remed. Cape remed terus setiap ada pemgambilan nilai yang memakai fisik.

AAAAAA!! INI SAKIT SEKALI HUHUHU

KENAPA YANG LAINNYA TIDAK MENOLONGKU SIH?!

"(y/n)-chan, kamu terkilir kah? Ke UKS saja yuk." Akhirnya Fura-chan menghampiriku bersamaan dengan beberapa teman sekelasku yang khawatir dengan keadaanku.

"Iya, sebaiknya (l/n)-chan ke UKS saja sensei." Ujar Kana-san selaku ketua kelasku. Aku mendudukkan tubuhku dibantu olehnya dan juga Fura-chan.

Ryu-sensei mengagguk cepat. "Kalau begitu... Ah, Oikawa-san silahkan bawa pacarmu ke UKS ya."

Kepalaku menoleh ke Ryu-sensei. "Sensei, aku mau dibawa sama Fura-chan saja. Lagipula, Kuso—maksud saya, Oikawa-san bukan pacar saya. Sensei jangan suka mempercayai rumor miring seperti itu dong!" Rengekku kesal.

"Hidoi yo, (y/n)-chan. Kamu tidak perlu malu-malu begitu. Ah, mukamu saja memerah tuh. Berbohong itu tidak baik lho." Tiba-tiba saja aku mendengar suaranya dari arah kiriku.

Senyuman menyebalkannya bahkan sudah terpasang. Ku layangkan tatapan mematikanku kepadanya.

"Mukaku memerah karena kepanasan tahu! Daritadi aku terus di panggang selama 30 menit lebih tahu!" Senyumannya tak menghilang meski sudah kubentak. Malahan, ia mengubahnya menjadi seringai.

jijik tau ga?

"Sensei, (y/n)-chan tidak mau di antar olehku. Padahal kasihan Fura-chan, iakan seharusnya bersiap-siap untuk pengambilan nilainya." Mataku sedikit melunak setelah mendengarnya berbicara.

benar juga. Selama ini aku selalu menyusahkan Fura-chan. Kenapa aku tidak tahu malu ya?

"(l/n)-san, apa yang dikatakan Oikawa-san itu benar. Masa kamu mau merepotkan temanmu yang belum diambil nilai lari cepatnya?" Aku menghela nafas kasar. Kesal mendengar ucapan Ryu-sensei yang membela Kusokawa.

"Yasudahlah." Oikawa memberikan punggungnya untukku naiki.

Ryu-sensei dan teman-teman sekelasku yang lain kembali ke tempatnya masing-masing. "(y/n)-chan, aku duluan ya. Maaf aku tidak bisa membantumu."

"Tak apa, Fura-chan. Kamu tidak perlu meminta maaf kok."

"Hmm, kalau begitu aku kesana lagi ya. Oi, Kusokawa! Jaga temanku baik-baik! Kalau tidak, nanti kulaporkan ke guru bk!!"

"Tenang saja, akukan orang baik."

"Alah, dusta gitu."

Aku menatap kepergian Fura-chan dengan nanar. Sedih juga di tinggal oleh sahabat baik meskipun hanya sebentar saja.

"(y/n)-chan, ayo naik." Ketika aku hendak naik, aku tak sengaja menggunakan kaki kananku yang mana pergelangannya sedang terkilir. Bodoh emang.

"Aww!" Pekikku reflek. Ia membalikkan badannya ke arahku. "Kamu tidak apa-apa, (y/n)-chan?"

"Jelas aku lagi sakit gini." Jawabku ketus. Ku tekuk kakiku dengan sedikit menaikkannya agar aku bisa memijitnya pelan sebelum naik ke punggungnya Kusokawa.

Kemudian, kurasakan satu lengan berada di belakang punggungku, dan satunya lagi berada di belakang lututku. Karena aku takut terjatuh, segera ku peluk lehernya.

"Astaga!! Aku hampir jatuh lagi tahu! Kenapa juga harus menggendongku seperti ini sih? Kenapa tidak dengan punggungmu saja?!" Aku memukul bahunya kencang.

Karena hal itu, ia mengaduh kesakitan. "Hidoii yo, (y/n)-chan. Padahal aku sudah membantumu berjalan ke UKS." Kusokawa benar-benar tak berotak. Masa ia membawaku layaknya orang yang baru menikah?!

Dimana letak kewarasannya?!! Dan karena itu pula, semua siswa juga siswi yang melihat kami menjadi terdiam.

Aku kembali berdebar-debar tak jelas setelah melihat reaksi mereka yang hanya diam mematung saja. Ku sembunyikan mukaku di ceruk lehernya. hiks, aku mau pulang saja. Memalukan, aku sudah tak punya muka lagi rasanya.

"Ada apa, (y/n)-chan? Apa kamu malu?"

"Iya. Semua orang menatapku aneh. Dan ini semua gara-garamu tahu!"

Kusokawa tak lagi berbicara sampai ia menidurkanku di ranjang UKS. Kebetulan yang aneh atau bagaimana ya, tapi sekarang suster UKS sedang tak ada.

Lagi-lagi, aku harus kembali bersamanya. "Kusokawa, lebih baik kamu balik saja sana. Aku bisa memijit kakiku sendiri kok."

semoga saja ia mau mendengarkan. Aneh rasanya berduaan dengannya seperti ini. Seperti ada yang mengganjal.

Ku dudukkan tubuhku di kasur. "Tak apa-apa kok. Lagian kan aku sudah di tes tadi."

kenapa ia tak mau menjauh dariku sih?

"Ne, (y/n)-chan." Ujarnya sembari memijat pergelangan kakiku.

Aku berdehem pelan. "Kenapa kamu tidak membenciku?"

"Sudah jelas karena kamu menyebalkan." Alisku terangkat bingung dengan pertanyaannya yang tiba-tiba itu.

"Ah, benarkah? Padahal aku menyukaimu lho." Ia menatapku dengan senyuman yang terpahat sempurna pada wajahnya.

"Hah?"








— Omake —

Ku alihkan pandanganku darinya. "Bohong kan?"

"Tidak." Kali ini suaranya tidak terdapat nada-nada bercanda yang biasanya ia tambahkan untuk menjahili orang lain.

"Kamu pasti bohong."

"Tidak kok."

"Bohong."

"Tidak."

"Bohong."

"Tidak."

"Bohong."

Cup!

"Apa aku terlihat seperti sedang membohongimu?" Wajahku memanas berkat kecupannya pada pipi sebelah kiriku. mana mungkin ia jujur. Ia pasti bohong. Itu pasti tipu muslihatnya!

Sebaiknya aku lebih rajin berdoa. Dengan begitu, aku akan terbebas dari pelet kusokawa.







— 1574 words.
15-11-2021.

Haiiii semuanya~~

Maaf atas keterlambatannya ya
(╥﹏╥)

Tadi ada beberapa tugas yang harus selesai hari ini. Makanya ngerjain itu dulu.

Maaf kalau kurang bagus juga ceritanya😭😭

Semoga kalian suka ya :D














Udah segitu aja hehe :")

Sampai ketemu minggu depan lagi ya

Jangan lupa jaga kesehatan. Meskipun angkanya sudah menurun, kita harus tetap memakai masker dan mencuci tangan.

Anggap saja sekarang tuh kita lagi di trainee jadi istri Levi dan Sakusa yang baik gitukan🤣🤣🤣

Aminnn gitu ya

Udah kayanya segini aja basa-basinya. Silahkan melanjutkan aktivitas kalian lagi ya

Byee~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top