Mimpi || Kuroko Tetsuya

Kuroko X Reader

.
.
.

Reader Pov

Ting Tong Teng Tong

Yeyy, akhirnya bel pulang berbunyi juga!

"Berdiri, beri penghormatan." Perintah ketua kelas. Kami semua menurutinya. Sesudah kami menundukkan diri kami, guru itu langsung keluar dari kelas ini tanpa ada sepatah kata apapun lagi yang keluar dari mulutnya. Melihat kepergiannya, aku buru-buru membereskan buku-buku dan alat tulis lainnya.

Ketika aku sedang membereskannya, tiba-tiba saja aku melihat ada sebuah buku dari perpustakaan. Tapi itu bukan buku yang aku pinjam. Karena buku yang aku pinjam dari perpustakaan sudah ku kembalikan beberapa hari yang lalu. Akupun memutuskan untuk mengembalikan buku ini dulu sebelum pulang ke rumah.

Sesudah aku membereskan semua bukunya, akupun berjalan ke arah perpustakaan yang sangat sepi mengingat hampir semua orang sudah pulang ke rumahnya masing-masing.

Kring

Bel perpustakaan itu berdering tepat aku membukanya. Aku melihat keadaan perpustakaan sebentar. Semuanya sudah kosong, bagaimana dengan buku ini? Ah iya, aku taruh di jenis buku fiksi saja.

Aku menutup pintu perpustakaan itu dengan perlahan-lahan. Kemudian berjalan menuju rak buku fiksi. Aku menaruhnya disana. Setelah itu, tanpa sengaja aku melihat seseorang dari celah buku-buku yang berada di hadapanku. Aku bergidik ngeri lalu secepat mungkin segera keluar dari tempat rak itu.

"Yang tadi itu... hanya imajinasiku saja kan?" Gumamku pada diriku sendiri. "Apa kamu mau meminjam buku?" S-suara siapa itu?

Glek

Perlahan, aku membalikkan tubuhku menuju suara itu yang asalnya dari belakangku. Disana ada seorang laki-laki seumuran denganku, berambut biru muda dan berwajah imut. "S-siapa kamu?"Tanyaku takut-takut terhadapnya. Aku tidak pernah melihat orang ini sebelumnya. Apa dia siswa yang bertugas untuk menjaga perpustakaan?

"Aku Kuroko Tetsuya. Kelas 3—2. Apa kamu kesulitan mencari buku?" Kelas 3—2? Itukan kelas sebelah! Tapi... kenapa aku belum pernah melihatnya ya? Hmmm, tapi sepertinya aku pernah mendengar namanya. Kuroko Tetsuya, kan?

"A-aku tadi menyimpan sebuah buku. Sebenarnya buku itu tiba-tiba saja ada di atas mejaku sebelum bel pulang berbunyi dan aku tidak tahu siapa yang meminjamnya. Jadi aku taruh kembali ke rak.. fiksi?" Kuroko menganggukkan kepalanya seakan mengerti dengan ucapanku.

"Ohh begitu. Baiklah. Ayo keluar dari sini. Aku akan menguncinya." Kuroko berjalan ke meja untuk yang bertugas menjadi pustakawan. Aku mengikutinya lalu meminta izin untuk pulang lebih cepat. "Kuroko-san, aku duluan ya." Kuroko menganggukkan kepalanya sambil membelakangiku—mencari kunci untuk mengunci perpustakaan ini.

Akupun berjalan ke rumah dengan tenangnya. Tapi, entah kenapa pikiranku selalu saja memikirkan petugas perpustakaan tadi. Aku seakan kenal dengan namanya tapi mukanya aku belum pernah melihatnya sama sekali. Ohh iya! Mengingat perpustakaan, aku hari inikan mau membeli buku.

Beruntung aku belum melewati toko buku langgananku. Aku buru-buru mempercepat langkahku untuk pergi ke toko buku itu. Sesampainya aku berada di dalam, aku mencari rak tempat buku fiksi tentang drama romance-komedi. Tak berapa lama kemudian aku menemukan sebuah buku yang sangat memikat hatiku. Dari sinopsisnya, sepertinya buku ini memang menarik.

Akupun mengambil buku itu lalu berjalan menuju kasir. Kebetulan hari ini, tempat ini sedang ramai pengunjung, jadi aku harus sabar menunggu antrianku tiba. Selagi aku menunggu, aku memperhatikan sekitarku. Ada anak kecil yang membaca komik, ada pelajar sepertiku yang sedang membaca buku untuk ujian nasional.

Aku mencari hal menarik lainnya. Dan aku menemukan Kuroko-san di toko buku ini. Ia sedang membaca buku tentang filsafat hidup. Yah daripada aku mengganggu waktu bersama bukunya, lebih baik aku pulang saja. Karena aku juga tahu rasanya jika waktu kebersamaan buku yang aku sukai terganggu.

Tak berselang lama, bukukupun sudah terbeli dengan harga normal novel seperti itu. Aku kembali berjalan ke arah rumahku. Di rumah aku makan sore, mandi, membereskan buku untuk besok hari dan langsung tidur. Beruntung hari ini tidak ada tugas karena pasti akan menyusahkan jika ada tugas di hari-hari pertama masuk sekolah.

Waktu tidurku habis begitu saja seperti air yang mengalir. Malam yang kembali berubah menjadi pagi hari. Dimana semua orang harus bangun untuk melanjutkan hidupnya. Begitu juga aku. Aku bangun dari tidur nyenyakku lalu pergi mandi dan bersiap untuk sekolah.

Memakai seragam sekolah, dasi, mengikat rambut, memakai kaus kaki, sarapan dan diakhiri dengan memakai sepatu. Sekiranya aku tidak melupakan apapun, aku pergi ke sekolah yang jaraknya tidak begitu jauh dari rumahku.

Setelahnya, semuanya berjalan seperti biasanya. Pelajaran di pagi hari lalu istirahat siang. Semua siswa dan siswi di kelasku pergi keuar kelas untuk mencari makanan di kantin. Sedangkan aku pergi keluar untuk membaca novel yaang aku baru beli kemarin. Tempat tujuanku tidak lain tidak bukan adalah perpustakaan.

Tempat yang sering di kunjungi orang sepertiku untuk membaca buku. Orang yang sering pergi ke perpustakaan juga tak sedikit seperti kebanyakan sekolah lainnya. Itu di karenakan semua siswa di wajibkan untuk ke perpustakaan minimal sehari sekali untuk membaca buku. Peraturan yang di tetapkan oleh Ketua OSIS yang baru. Akashi Seijuro.

Aku memilih tempat yang dekat dengan AC lalu membaca novel itu dengan tenang. Meskipun yang pergi ke perpustakaan banyak, tempat ini di jaga agar selalu tenang dan tak bersuara. Ketika aku sedang enak-enaknya membaca, tiba-tiba saja kursi di sebelahku di tarik, seperti ada orang yang akan mendudukinya.

Sebenarnya aku tidak akan peduli jika hanya duduk, tapi ia juga memanggilku. "Permisi," aku menengok. Ternyata dia adalah Kuroko. "Ada apa?" Tanyaku sambil berbisik. "Kamu itu yang kemarin bukan?"

"Iya, aku yang kemarin. Oh iya, namaku (l/n)(y/n) dari kelas 3—3, salam kenal Kuroko-san." Kuroko tersenyum untuk menanggapinya. Jantungku berdetak sedikit lebih cepat setelah melihat senyumannya. Begitu lucu dan manis. "Bolehkah kita berteman?"

"I-iya tentu saja--Ting Tong Teng Tong

Aku duluan Kuroko-san." Aku membawa novelku kemudian agak berlari masuk ke dalam kelas. Di kelas banyak yang membicarakan tim basket sekolah ini. Tapi tidak aku pikirkan. Aku kembali ke mejaku dan melanjutkan bacaan yang sempat terpotong tadi.

Suara pintu kelas ini di buka membuat semua orang diam dan fokus memperhatikan gurunya. "Anak-anak, jam hari ini akan kalian habiskan untuk menonton pertandingan basket putra di lapangan indoor." Semua anak bersorak bahagia mendengar hal itu.

Guru itupun pergi ke luar kelas di ikuti semua siswa. Mau tidak mau aku harus ikut menontonnya. Aku memilih tempat yang bisa melihat segalanya. Awalnya ya... permainan ini cukup membosankan karena tim sekolahku memang hebat-hebat. Tapi, ketika ada pergantian pemain, aku sangat terkejut mengetahui itu adalah Kuroko.

Seseorang yang menyukai basket dan buku di saat yang bersamaan. Semenjak tadi, aku melihat Kuroko, jantungku jadi berdebar-debar. Mukaku juga menghangat. Ketika mereka sedang bermain, sesekali Kuroko memandang ke arahku. Dan saat itu terjadi, jantungku berdetak tidak teratur.

Berjam-jam kami menonton pertandingan ini dan pada akhirnya selesai juga. Aku berjalan kembali ke kelas untuk membawa tasku dan pulang ke rumah. Sebelum aku melewati gerbang sekolah, ada sebuah tangan menahanku.

Aku berbalik untuk melihatnya. "Maukah kamu menemaniku membaca di perpustakaan kota?" Mataku membulat. A-apa? Aku tidak salah dengar? Menemaninya ke perpustakaan kota?

"Jam satu siang hari sabtu, ku tunggu." Kuroko pergi meninggalkanku yang masih termenung dengan ucapannya. Setelah aku selesai memproses hal tersebut, barulah aku kembali berjalan. Sungguh memalukan...

Hari-haripun berlalu. Terasa sangat lama karena aku menunggu hari itu. Hari dimana aku akan menemani Kuroko membaca di perpustakaan kota. Entah kenapa hanya untuk menemaninya saja sudah membuat hatiku berdebar-debar seperti ini.

Saat ini aku sedang membaca novel yang aku beli kemarin di perpustakaan kota. Anehnya hari ini, perpustakaan kota begitu sepi. Mungkin hanya dua sampai lima orang saja. Biasanya bisa mencapai tujuh puluh orang lebih. Apa mungkin karena ada banyak promo di taman bermain baru jadinya banyak yang pergi ke sana ya?

Aku menghela nafas lesu lalu membalik halaman pada novel itu.

"Maaf sudah menunggu lama." Sebuah buku di letakkan di sebelahku. Buku yang tampak tua, usang dan jarang dibaca orang. Aku melihat orang yang menaruhnya. Ia tampak begitu tampan dengan bajunya yang berwarna biru muda—sama seperti warna rambutnya.

"T-tidak lama juga, Kuroko-san."

"Begitu ya."

Aku tersenyum menanggapinya. "Ano, Kuroko-san, kenapa kamu mengajakku kesini?" Kuroko menarik bangkunya lalu mendudukkan dirinya di bangku itu. "Kamu akan mengetahui alasannya nanti." Kurokopun membaca dengan tenangnya. Akupun mengikutinya untuk membaca.

Hampir satu jam kami disini dan novel yang aku beli kemarin sudah selesai kubaca. Kuroko melihatku menutup novel bacaanku. "Apa kamu lapar?" Aku menggelengkan kepalaku. "Walaupun belum merasa lapar, lebih baik mengisi perut dulu." Kuroko menaruh buku itu di tempatnya lalu berjalan ke luar perpustakaan kota.

Aku mengikutinya dari belakang. Sungguh, jantungku rasanya mau terlempar dari dalam dadaku. Aku berusaha mati-matian untuk menormalkan jantungku tapi semua usaha yang kupunya sia-sia.

Deg Deg. Deg Deg.

Begitulah suaranya,

Kami memesan makanan sesuai selera masing-masing kemudian menunggu makanan itu datang. Selagi menunggu makanannya datang, aku melihat-lihat ke luar jendela agar bisa menghilangkan sedikit saja rasa mendebarkan ini. Aku melihat dari sudut mataku, Kuroko sedang memperhatikanku. Sepertinya aku sedang berkhayal.

"Ku-roko-san, sehabis ini kita akan pergi kemana lagi? Ataukah sudah selesai?" Kuroko menatap mataku. Akupun menatap matanya.

"Sehabis ini, kita akan ke taman kota." Aku ber-oh ria. Kemudian pelayan itu datang ke meja kami untuk memberikan makan siang kami. Selama kami makan, tempat makan ini semakin penuh saja membuatku agak kurang nyaman. Suasana penuh, sesak dan banyak orang. Mereka juga berbincang begitu banyak hal.

Kami makan dengan tenang meskipun banyak suara berada di sekitar kami, kami tidak memikirkan hal itu. Dan berkat aku fokus dengan makananku, aku jadi sedikit melupakan debaran yang selalu mengisi jantungku.

Sesekali aku menatap Kuroko yang sedang makan. Aku selalu memikirkan cara makannya yang penuh dengan keheningan. Untuk laki-laki sepertinya mungkin itu hal yang sangat normal. Tapi untuk laki-laki sebayanya, ia sangatlah anggun.

Aku menaruh sendok dan garpuku menyilang yang menandakan aku sudah selesai makan. Sedangkan Kuroko sudah melakukannya beberapa menit yang lalu. "Sudah?" Aku terkekeh kecil untuk menanggapinya. Kurokopun mengajakku berjalan ke taman kota yang jaraknya dekat dari sini.

Sesampainya di tempat itu, Kuroko mencari sebuah tempat yang teduh dari panas matahari. Kami memperhatikan orang-orang yang ada disana dalam diam. "(l/n)-san,"

Aku menoleh dan Kuroko melanjutkan perkataannya tanpa menatap ke arahku sedikitpun. "Ada apa?"

Kini Kuroko menatapku. "Sejak dulu aku selalu memperhatikanmu. Kelas 1, 2 sekarang di tingkat akhir. Jantungku berdegup ketika melihatmu, memikirkanmu. (l/n)-san, maukah kamu menjadi milikku?"

Mataku membulat tidak percaya. Orang yang aku sukai ternyata menyukaiku juga. Rasanya seperti mimpi yang akan di bangunkan sebentar lagi. K-Kuroko...

Perutku seperti di masuki banyak kupu-kupu, begitu geli rasa lainnya seperti menaiki roller coaster. Memacu adrenalin.

"Kuroko... a-aku juga menyuka—

Wush

"(Y/N)-NEECHAN AYO BANGUNNN!!!!! SUDAH JAM LIMA PAGI! NANTI TELAT KATANYA MAU BANGUN PAGI HARI PERTAMA MASUK SMA." Teriak adikku.

Aku langsung terduduk dari posisi tertidurku. Karena adikku, mimpiku hancur lebur. Yah, tidak semuanya hancur seperti itu.

Akupun bersiap untuk sekolah. Aku keluar dari rumah setelah semuanya siap dan menemukan Kuroko disana sedang membaca buku. "Tetsuya!"

Kuroko menoleh dan tersenyum tipis. "Sudah siap?" Aku mengangguk-anggukkan kepalaku seperti anjing yang sedang bahagia. Kemudian kamipun berjalan bersama untuk masuk ke SMA Seirin.

Sebenarnya, itu semua hanya mimpi. Tapi yang kenyataannya lebih manis dari rasa manis

Menemani di kala hujan, melindungi ketika terkena rintikan air hujan.

Membelikan es krim di saat musim panas menjelang.

Meminjamkan jas sekolah untukku terhindar dari rasa dingin akibat musim gugur.

~~~~~~~~~~~~||~~~~~~~~~~~~
.....Tamat.....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top