Menjadi manager dalam sehari || Kuroo Tetsuro

Kuroo X Reader

Ini request dari = Deaf24
Semoga sesuai dengan keinginanmu ya dan maafkan saya jika lama banget ga bikinnya. Lagi bingung cari idenya soalnya.

.
.
.

Reader Pov

Hari ini sama seperti hari-hari lainnya. Membosankan, melelahkan dan ingin sekali cepat berakhir agar bisa pulang ke rumah untuk tidur siang. Untungnya sekarang sedang istirahat makan siang. Aku makan siang di bangkuku dengan tenang tanpa gangguan teman baikku dari kelas lain.

Baru aku mau menyuap satu sendok nasi, tiba-tiba mejaku bergerak seperti ada gempa bumi. Benar saja itu adalah Ichika—teman baikku dari kelas 2—2. Aku menatapnya lesu dan ia hanya tertawa. Ichika menarik kursi depanku lalu memutarnya agar bisa melihatku dengan benar.

"(Y/n)-chann~" Aku memutar bola mataku. Setelah aku mengunyah makanan yang ada di dalam mulutku, barulah aku menjawabnya. "Ada apa?"

Ichika tersenyum misterius dan tertawa sebentar. "Hehehe, tolong aku hari ini saja ya." Aku menyuap bekalku ke dalam mulutku lagi dan mengunyahnya. "Hari ini aku ada urusan keluarga siang nanti. Bisa tolong gantikan aku jadi manager klub voli tidak? Sehariii saja. Nanti aku akan belikan apapun yang kamu inginkan deh."

"Huh, tuh kan benar. Jika kamu kesini pasti saja ada masalah yang harus aku tolong."Ucapku padanya dengan mata yang menyipit.

"Tapi ini yang terakhir. Lain kali aku pastikan tidak ada permintaan seperti ini lagi. Untuk sehari saja gantikan aku untuk menjadi manager klub voli yaa." Rayu Ichika yang mulai mempengaruhiku.

"Aku juga tidak tahu apa yang harus manager klub voli lakukan. Sudahlah minta yang lain saja." Ichika tetap bersikeras agar aku yang menggantikannya, bukan orang lain.

"Tidak susah kok. Kamu hanya harus mengisi minum untuk mereka, memberikan minum setelah pertandingannya selesai dan mencatat score mereka. Itu saja. Tidak mud—ehh maksudnya tidak susah sama sekali kok. Ayolah, katanya kamu ingin sekali novelnya Dazai Osamu. Nanti aku berjanji untuk membelikannya untukmu, G—R—A—T—I—S!"

Aku menengok ke arahnya dengan tatapan tidak percaya. Memang sih aku sangat menyukai novel Dazai Osamu, tapi dari dulu uangku selalu tidak cukup terus. Alasannya juga selalu sama, untuk membeli perlengkapan sekolah seperti pensil, bolpoin, penghapus, selotip, tip-x, kertas warna dan masih banyak lagi.

"B-benarkah? K-kamu akan membelikannya kan?" Ichika mengangguk bahagia. "Okeh! Aku akan menjadi manager klub voli untuk hari ini saja. Janji loh ya!"

"Iya-iya, aku janji kok." Lalu Ichikapun menceritakan hal yang harus manager klub voli lakukan—sembari ia bercerita, akupun sambil mengunyah makananku agar cepat habis.

Katanya nanti akan ada latih tanding bersama sekolah Fukurodani. Tidak mengagetkan aku sih karena sekolah Nekoma—sekolahku ini memang berteman baik dengan sekolah-sekolah sekitarnya. Tidak klub voli saja yang biasanya latih tanding, tapi klub basket, klub futsal juga sering latih tanding.

Lagipula aku mempunyai seorang teman juga dari sekolah Fukurodani yang mengikuti klub voli. Namanya Akaashi Keiji. Aku berteman dengannya di masa SMP dulu. Kemampuannya dalam bermain voli sangat bagus untuk seorang pemula.

Ketika aku menutup bekalku, bel tanda istirahat selesaipun di bunyikan. Ichika bergegas kembali ke kelasnya dan aku buru-buru meminum air putih agar menghilangkan rasa makanan yang menempel di mulutku. Kemudian para siswapun datang dan pelajaran kembali di mulai. Pelajaran matematika yang menurutku pribadi sangatlah sulit.

Lalu gurunya juga memberikan pr untuk minggu depan. Biasanya kalau ada pr seperti ini, aku akan bertanya ke Ichika ataupun ke kakak kelas yang aku kenal untuk menolongku. Atau kadang juga ke Akaashi, karena ia paling pintar dalam mata pelajaran matematika. Ada x, y, a, b,c, susah sekali...

Selagi aku menyalin soal di papan tulis, sesekali aku memperhatikan gedung olahraga yang di isi anak kelas 3. Kebetulan mereka sedang olahraga voli. Ada yang terlihat sangat lihai dalam memainkan bola voli itu. Ada juga yang terlihat kesusahan, ada pula yang kelihatan biasa aja dalam memainkannya.

Apa orang yang lihai tadi itu masuk klub voli? Hahh, sudahlah, jangan di pikirkan lagi. Lebih baik aku fokus ke pelajaran saat ini agar prnya sedikit lebih mudah.

Tepat jam 11.50, bel pulang di bunyikan dengan nyaringnya. Guru yang mengajarpun keluar dengan tenangnya seakan tidak terjadi apa-apa. Padahal seisi kelas ini sudah loyo setelah di ajar oleh guru itu matematika.

Orang-orangpun mulai mengemasi barang-barangnya. Begitu juga aku, tapi aku jauh lebih cepat dari mereka. Aku berjalan ke kelas 2—2 untuk menunggu Ichika. Katanya ia mau menemaniku dulu sampai ke gedung olahraganya. Tak lama aku menunggu Ichika karena kelasnya sudah bubar.

Pertama-tama ia mengambil peralatan seperti handuk dan minum untuk pemain voli kemudian Ichika mengajakku ke gedung olahraga. Sebelum masuk, kami melepas sepatu kami dan hanya menggunakan kaus kaki saja biar tidak repot. Di dalamnya sudah ada pelatih Nekoma. Ichika mendekat ke pelatihnya lalu membisikkan sesuatu. Sedangkan pelatihnya hanya mengangguk-anggukkan kepalanya saja.

Kami duduk di bangku yang tersedia disana. Satu per satu anggota volipun masuk ke dalam gedung olahraga ini. Yang paling membuatku terkejut adalah tipe rambut mereka yang macam-macam. Dan yang aku lihat selanjutnya adalah tinggi kemudian ke ekpresi mereka.

Ekspresi yang menunjukkan keterkejutan ketika melihatku. Anggota volinya tinggi-tinggi sekali, padahal umurnya tidak jauh beda denganku.

"Kamu tegang ya? Santai saja, disini mereka baik-baik semua kok... mungkin."

"WHOOOAHHH!! AKHIRNYA MANAGER BARU TELAH TIBAAA!" Aku terperanjat dengan suaranya. Bahkan dari luarpun orang yang sedang lewat pasti bisa mendengarnya. "Tingginya juga pendek."Aku melihat Ichika, wajahnya begitu datar seakan sudah terbiasa melihat kejadian ini—eh, iya ya, Ichika kan managernya.

Setelah semuanya sudah masuk ke dalam lapangannya, Ichika berdiri kemudian aku juga ikut berdiri. "Teman-teman, ini pengganti sementara manager kalian. Namanya (l/n)(y/n) dari kelas 2—4. Tapi ia hanya akan menggantikanku hari ini saja. Berperilaku baik padanya ya. Aku pergi dulu."

Aku sedikit menunduk."Mohon kerjasamanya untuk satu hari ini." Sesudah menunduk, aku tersenyum manis. "Osu!" Semuanya menjawab dengan sekali ucapan. Tim ini kompak sekali menjawabnya.

Lalu satu-satu dari mereka memperkenalkan dirinya masing-masing. Kuroo sebagai ketuanya, Kenma sebagai setter, Taketora sebagai Ace—yang berteriak tadi, Lev sebagai wing spiker, Yaku sebagai libero dan masih banyak lagi. Setelah perkenalannya selesai, merekapun menyiapkan lapangan ini.

Aku ikut membantu membawkaan bola yang ada di keranjang untuk di keluarkan. Mungkin hanya sedikit yang bisa aku bantu, tapi yang pentingkan aku tetap membantu. Aku menyiapkan buku yang di berikan oleh Ichika untukku isi. Setelah lapangannya siap, merekapun melakukan pemanasan seperti menyelamatkan bolanya dari lantai dan men-smash bolanya.

Ketika pemanasan itu sedang di lakukan, pintu gedung olahraga ini terbuka menandakan tim voli Fukurodani sudah sampai. Mereka sudah memakai baju volinya masing-masing. Ada seorang pria dari Fukurodani yang terlihat begitu bersemangat. Kuroo dan timnya menyambut kedatangan dari sekolah Fukurodani."Hey!Hey!Hey! Ayo kita bermain voli dengan sportif!"

Ternyata mereka mempunyai dua manager. Keduanya duduk bersebelahan denganku. Mereka tampak sedikit bingung. "Ada apa?"

"Ichika kemana? Biasanya ia berada disini."

"Ichika sedang ada urusan keluarga jadinya aku yang menggantikannya. Namaku (l/n)(y/n). Salam kenal." Mereka berdua tersenyum lalu memperkenalkan dirinya masing-masing.

Pertandingannyapun di mulai. Kami sedikit berbincang-bincang mengenai kedua tim yang berteman dekat itu. Mulai dari ketua tim mereka yang sering terkena mood swing, lalu setternya yang bisa menghadapi ketuanya. Tak lain adalah Akaashi Keiji. Kemudian kami kembali fokus untuk mengamati keadaan lapangan.

Setelah pertandingannya selesai, aku mengambilkan mereka minum dan handuk. Masing-masing dari mereka mengucapkan terimakasih kepadaku. Tapi untuk Kuroo, selain berterimakasih, ia juga ingin melihat hasil pertandingan mereka. Aku mengambilkan buku itu dan ingin membawakan untuknya.

Tapi sebelum aku bisa memberikan untuknya, ia sudah duduk di dekat kursiku. Aku langsung saja memberikannya. "Kuroo, ini." Kuroo mengambilnya lalu meihatnya dengan seksama seperti sedang mengerjakan soal yang susah. Dahinya sedikit mengerut. "(l/n), boleh aku pinjam pensilmu?"

Aku memberikan pensilku lalu duduk di dekatnya untuk melihat apa yang ia lakukan. Ternyata aku juga tak sengaja mencoret-coret soal matematikaku di buku itu. Tapi tidak kena ke scorenya sih.

"M-maafkan aku, tadi aku kepikiran soal mate jadi aku menuliskannya."

"Tidak apa, lagipula soal ini tidak terlalu sulit. Sehabis latihan voli akan aku ajari. Tapi aku akan mengerjakan dulu yang ini." Aku melihatnya mengerjakan soalku. Sekejap mata soal itu langsung terselesaikan. Whoa, keren sekali.

Setelah ia mengerjakannya, Kuroo mengembalikan bukuku beserta pensilnya. Para pemain volipun segera mengganti bajunya. Sedangkan dengan managernya sepertiku tinggal mengumpulkan handuk dan botol minumnya saja.

Tim voli dari Fukurodani duduk-duduk sebentar sama seperti Nekoma untuk menunggu bis yang membawa mereka kesini. "(l/n)?"

Aku menengok dan menemukan Akaashi dengan wajah bingungnya. "Kau kenal dia Akaashi?" Tanya temannya. "Iya, dia temanku semasa SMP. Sedang apa disini? Bukannya biasanya yang menjadi manager itu Ichika?"

"Ich—

"Ichika sedang ada urusan keluarga jadi (l/n) yang menggantikannya." Kuroo baru saja memotong perkataanku. "I-iya." Aku mengiyakan perkataan Kuroo.

"Ah iya, ini soal matematikanya."Aku memberikan buku pr mateku pada Kuroo. Akaashi mendekat begitu juga temannya yang selalu bersemangat itu—Bokuto. "Soal seperti ini sangatlah mudah, kenapa tidak bisa?" Ucap Bokuto

"Bukankah dulu kamu remed berkali-kali bab yang ini?" Tanya Akaashi dengan muka datarnya. Muka Bokuto berubah. "Akaashi!! Kenapa kamu harus mengungkit masa laluku yang kelam?!"

"Nah, kalo yang ini, pertama di balik dulu ruasnya agar sama lalu tinggal di hitung hasil xnya. Coba di kerjakan dulu" Ucap Kuroo. Ia memberikan buku matematika itu. Akupun menghitungnya di kertas coretan menggunakan pensil yang aku bawa tadi. Wah, hasilnya ketemu! Ternyata tidak sesulit kenyataannya.

"Sudah ketemu, hasilnya 7 bukan?"

"Hasilnya benar kok. Coba kerjakan yang lain dengan cara yang sama. Nanti juga ketemu jawabannya." Kuroo yang berada di sebelahku memperhatikanku menggerjakan soal matematika dengan seksama.

Jantungku jadi berdegup lebih kencang jika di perhatikan seperti ini. Aku gugup sekali, bagaimana ini?

"Tunggu dulu. Yang nomor sebelumnya salah tuh." Aku melihat cara nomor sebelumnya tapi aku merasa tidak ada yang salah. "Seharusnya seperti ini." Kuroo mengambil pensil itu dari tanganku. Dan tangan kami bersentuhan secara tidak sengaja. Tubuhku panas-dingin rasanya jika seperti ini terus.

Kuroo menuliskan cara yang seharusnya karena tadi aku salah membalikkannya.

Tin! Tin!

Suara bis yang di tunggu oleh sekolah Fukurodanipun akhirnya datang juga. Sehabis mereka pergi, barulah tim Nekoma membersihkan ruangan ini. Aku dan Kuroo menghentikan pembelajarannya dan beralih untuk ikut membersihkan tempat ini juga. Aku membantunya dengan mengumpulkan bola-bola voli yang berserakan dimana-mana.

Sempat terpikirkan olehku kalau Ichika pasti kesusahan mengurus tempat ini sendirian. Aku juga ikut membantu dengan menyapu tempat ini. Meskipun mudah, terkadang anggota tim voli suka tidak memperbolehkanku melakukannya. Aku tentu saja menolak halus tawaran mereka.

"(l/n)-san, sebaiknya tidak usah menyapu tempat ini. Biar aku saja." Ucap Inuoka. Aku menggeleng pelan. "Tidak apa-apa. Setidaknya ini akan meringankan beban kalian yang sedari tadi sudah melakukan latih tanding." Inuoka menyerah dengan sikapku lalu ia menolong yang lainnya.

Ketika aku sedang menyapu tiba-tiba ada sepasang sepatu bersama kakinya menghalangi jalanku. Aku mendongakkan kepalaku dan mendapati Kuroo disana. "Sudah Inuoka bilang tidak usah ya tidak usah. Sini biar aku saja."

Kuroo menjulurkan tangannya—meminta sapu itu di berikan padanya. "Tapiii, nan—

Kuroo mengambil paksa sapu itu dariku lalu mulai menyapu. Aku berjalan untuk menyamai langkah kami. "Tapi nanti aku kerja apa?" Kuroo menatap ke dalam mataku. "Menjemur kembali handuknya kan bisa."

"Dimana?" Kuroo menghela nafas. "Lev! Tolong sapu daerah sini ya!" Lev pun datang kemudian mulai menyapu daerah yang di tunjukkan Kuroo padanya. Kuroopun menarik tanganku. Seketika darahku berdesir karena perlakuannya.

Kuroo mengambil handuk-handuk itu kemudian kembali berjalan sambil menarik tanganku tentunya. Kami berjalan ke arah atap untuk menjemurnya. "Nah, disini biasanya untuk menjemur handuk seperti ini." Kuroo mulai menjemurinya satu per satu.

Aku mengambil satu handuk untuk di jemur. Tapi karena tinggiku yang kurang sampai, aku jadi harus berloncat-loncat sedikit agar bisa menjemurnya. Untuk kedua kali aku menjemur handuk itu, ketika aku ingin melompat, handuk di tanganku sudah di ambil oleh Kuroo dari belakang.

Kuroo menjemurnya dengan mudah. Tubuh bagian depannya menempel di tubuh belakangku. Aku merinding lalu melangkah kedepan agar tidak terlalu dekat seperti tadi. "Sudah. Ayo kita turun lagi." Kuroo turun di ikutiku. Sesampainya di gedung olahrga, tim voli di berikan pengarahan oleh pelatihnya.

Mereka masih kurang dari tim Fukurodani.

"Baiklah, jangan lupa sebentar lagi akan ada ujian semesteran. Belajar yang giat." Begitulah pesan akhir pelatihnya. Kamipun memberesi barang kami lalu pulang ke rumah masing-masing. Aku mengunci gedung olahraga ini kemudian menaruh kuncinya di ruang guru.

Huftt, selesai sudah kerjaanku. Tapi.. rasanya aku jadi ingin masuk menjadi manager mereka. Di sisi lain aku juga masih menyukai klub paduan suara...

Lorong di sekolah ini sudah sangat sepi sekali. Bahkan yang berlalu lalang hanyalah guru atau petugas sekolah saja. Aku terus berjalan sampai di luar sekolah. Warna jingga dari matahari menyilaukan mataku. Jadi aku sedikit menundukkan kepalaku agar tidak kesilauan.

Jujur saja aku senang sekali besok akan mendapat novel itu. "(l/n),"

Aku mendongak untuk melihat orangnya. Kuroo?

"Aku antar pulang ya. Rumah kita kan satu komplek." Satu... komplek?

Aku merasakan kembali kupu-kupu yang bertebangan di dalam perutku. Mukaku juga terasa hangat. "I-iya."

Kamipun berjalan berdampingan di tengah siang menuju sore ini. "(l/n), sehabis ini jadi manager tetap kami ya. Aku sangat menantikan hal itu."

"M-maksudmu?"

"Aku ingin melihatmu menjadi manager klub voli. Kamu senang bukan?" Glek. Perasaan macam apa ini?

"Akan aku pikirkan lagi." Aku lihat dari sudut mataku kalau Kuroo tersenyum. Dan senyumnya itu membuatku ikut tersenyum juga di tengah keheningan ini.

Mungkin... aku akan menjadi manager klub voli mulai besok. 

~~~~~~~~~~~~||~~~~~~~~~~~~
.....Tamat.....

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top