Kozume Kenma • game
Request dari : liazyy
Semoga sesuai ekspetasi ya^^
Kala matahari perlahan mundur dari tugasnya, warnanya kian menjingga. Indah, namun dapat merusak mata jika melihatnya dengan mata telanjang.
Kesan cantik yang tak pernah orang-orang pikirkan di tengah sibuknya mereka dalam kehidupan sehari-harinya. Jingga yang mempertemukan, juga jingga yang memisahkan.
Di sore yang indah itu, seperti biasa (y/n) menghabiskan seluruh waktu menunggunya dengan bermain game. Selagi senggang, kenapa tak melakukan hal menyenangkan? Itulah moto hidupnya saat ini.
Suara rel kereta juga beberapa guncangan ringan tak mengusik konsentrasinya sedikitpun. Baginya, memenangkan game adalah suatu keharusan. Yaa, itu karena ia sudah memainkan game yang sama selama 5 hari penuh tanpa memenangkannya.
Mungkin belum, karena hari ini bisa saja ia memenangkannya.
"Hahhh ck! Kenapa tidak mau menang-menang sih?!" Suaranya mengeras di barengi dengan kepalanya yang terdongak ke atas. Beruntung orang-orang tidak mempedulikannya. Bisa dicap anak aneh kalau sampai kejadian.
Netranya berkobar api kekesalan yang memanasi kepalanya. Kelopak mata miliknya tertutup perlahan. Menikmati ketenangan di sore sebelum akhir pekan datang.
Tugas tak lagi diberikan. Mengingat jadwal ulangan semesteran yang tak lagi dapat di hitung dengan minggu.
siswa macam apa aku ini? Malah bermain game disaat mau ulangan akhir tahun begini.
Hanya siswa durhaka yang melakukannya sih. Hehe.
Namun, meskipun waktu belajarnya tak lama, nilainya selalu mendapatkan peringkat 5 teratas di kelas. Yang tentu bukan dari hasil kerja sama maupun menyontek.
apa aku coba lagi saja ya?
Hmm, yasudahlah. Lagian saat pulang nanti, aku pasti langsung belajar.
Nit! Nit! Syut! Cit! Nut! Nit!
"Kamu salah strategi." (y/n) meliriknya sekilas dari sudut matanya. Ia sangat tak ingin kalah lagi. dia Kozume yang selalu bersama Kuroo-senpai itukan?
Biasanya mereka selalu bersama. Kemana Kuroo-senpai? Tumben tidak bersama Kozume.
Gadis itu menjawab, "lalu, aku harus bagaimana?" Ibu jarinya tak berhenti memencet berbagai tombol di ponsel pintarnya.
Laki-laki berambut puding itu mendengus pelan. "Strategimu salah total. Seharusnya kamu lebih sering menghindar daripada bertahan ataupun menyerang. Tak ada gunanya. Kamu pasti akan cepat kalah."
Tunu nunit nunit~~ Game over!
Suara kekalahan dari game gadis itu memekakkan telinga keduanya yang sama-sama menyukai permainan digital dibandingkan permainan yang menguras keringat.
Kepalanya terdongak ke atas. Mencoba menenangkan amarahnya yang kembali tersulut akibat kekalahannya. "Hahh, menyebalkan."
"Tapi, kalau misalkan aku menghindar terus, bagaimana caraku membunuh bossnya?" Matanya menatap laki-laki yang tengah berkutat dengan ponselnya sendiri. apa dia mendengarkan?
Mulutnya berbicara, tapi matanya masih setia pada layar benda persegi panjang itu. "Setelah kamu berhasil menghindar, kamu serang sesekali. Jangan terlalu sering. Nanti kamu malah menarik perhatian bossnya."
Tatapan gadis itu terus melekat pada si laki-laki di sebelahnya. Otaknya berputar, jungkir balik serta roll depan. Di dalam pikirannya terdapat banyak pertanyaan saat ini. Tapi ia singkirkan seluruhnya demi bisa memenangkan game yang belakangan ini menarik perhatiannya.
kenapa strategi itu bisa menang?
kenapa aku harus mempercayainya?
lalu, kenapa ia memberitahunya secara cuma-cuma?
kenapa aku tak sadar juga ada Kenma disebelahku?
ah, benar. Aku terlalu fokus dengan gameku.
"Percaya padaku. Kamu pasti akan menang." Seketika, lamunannya buyar tatkala mendengar suara tenang itu kembali menyapanya.
Gadis itu terkejut. Namun ia segera membenahi ekspresinya agar imagenya tetap terjaga.
Sebelum ia kembali memulai gamenya, gadis itu berdehem sebentar untuk memecah keheningan. "Kalau aku kalah lagi bagaimana?"
"Artinya kamu tidak berbakat dalam bermain game itu." Dahinya berkerut kesal. (y/n) membuang mukanya. "Yasudahlah."
Start!
aaaaa! Ayo semangat (y/n)!!
Layar ponselnya sudah berubah menjadi latar game yang sebelumnya ia mainkan. Di suatu gurun dengan satu kalajengking raksasa di depan.
Tugas para pemainnya hanya satu. Tak lain mematikan si kalajengking itu. Akan tetapi, disana terdapat beberapa rintangan yang dapat menyulitkan pemainnya. Diantaranya ada pasir hisap, tajamnya duri kaktus, dan juga volume cairan ditubuhmu yang terus menghilang karena teriknya matahari.
(y/n) mulai menjalani alur game itu sesuai dengan apa yang Kenma katakan. Menghindar, lalu menyerangnya ketika ia lengah.
Cara itu tak pernah ia pikirkan bisa menang. Sebab, ambisinga untuk menang telah membutakannya. Selama ini, ia selalu menyerang kalajengking raksasa itu tanpa mempedulikan berapa kali ia terkena racun mematikan dari ekor kalajengking itu.
Permainan sudah setengah jalan. Meskipun permainan itu menjadi lebih lama dari biasanya, cara itu ternyata memang ampuh. Buktinya saja, nyawa kalajengkingnya sudah tinggal 15 dari 100.
sedikit lagi. Aku harus bisa!
Pupil kuning emasnya memperhatikan (y/n) dari balik layar ponselnya. Dia diam-diam juga penasaran dengan kalah-menangnya gadis itu. Gadis yang ingin ia ajak bicara sejak dulu.
Langkahnya selalu tertahan karena gengsinya terhadap tetangganya, Kuroo. Kozume hanya tak ingin di goda oleh Kuroo saja. Karena, ya menurutnya di goda oleh Kuroo itu sangat menyebalkan.
Selain ia menggodanya berkali-kali, Kozume sering kali menganggap apa yang Kuroo bicarakan itu sangat aneh.
hmm, sepertinya ia akan menang. batin Kozume sembari memperhatikan persentase nyawa dari boss yang (y/n) lawan.
Tunu nunit nunit~ You win!
Raut wajah tegang (y/n) berubah menjadi senang bercampur tak percaya. Kepalanya tertoleh ke samping. Senyuman yang jarang ia berikan kepada orang lain membuat hati Kenma menghangat.
"Huaaa, Kozume! Aku menang. Terima kasih atas sarannya ya!!"
"Tak masalah."
Kozume memalingkan wajahnya. Semburat kemerahan terhias imut di wajahnya. Ia bersyukur karena gadis itu masih asik sendiri dengan kemenangannya.
• • •
"Oh iya, kenapa kamu tidak bersama Kuroo-senpai? Melihatmu tanpanya... Seperti ada yang kurang." Manik kucing Kozume menatap (y/n) dalam.
a-apa aku salah bicara? Benarkan? Mereka selalu bersama kan?
Apa jangan-jangan... selama ini aku hanya berhalusinasi saja?!
"Kamu mencarinya?" (y/n) menggelengkan kepalanya cepat. "Bukan seperti itu... Hanya seperti ada yang kurang saja."
Kozume berdehem, "Kuroo sedang sibuk ngeles. Jadi aku disuruh pulang duluan saja." (y/n) mengangguk-angguk paham.
"Pemberhentianmu dimana?"
"Di Stasiun xy."
"Wah, kita samaan dong!"
"Iya."
Untuk sejenak, Kozume dan (y/n) tidak ada yang berbicara. Mereka sibuk dalam pikirannya masing-masing. Kozume dengan rasa gugupnya, dan (y/n) dengan rasa penasarannya.
"Lalu rumahmu dimana?" Tanya (y/n) iseng-iseng. Mereka memang sebelahan. Tapi mereka terlalu malas untuk saling menoleh. Akhirnya mereka saling berbicara tanpa menatap lawan bicaranya.
"Di perumahan bunga Anyelir blok D."
"Dekat sekali dengan rumahku."
Perhatian Kozume seketika teralihkan. Ia menatap gadis itu agak terkejut. Tak percaya dengan sempitnya dunia. "Memangnya rumahmu dimana?"
"Di perumahan Anyelir juga. Tapi rumahku di blok K. Rumahku memang lumayan terpencil. Beda dengan rumahmu yang langsung memiliki akses kemana-mana.
Ya pantas saja sih kita tidak pernah bertemu." Kozume mengangguk paham. Tatapannya masih melekat pada gadis periang disebelahnya.
(y/n) yang tak sengaja menyadari hal itu dari ekor matanya pun ikut menoleh. "Ada ap—EH MUKAMU MEMERAH! Apa kamu sakit? Kamu sakit panas ya?! Sehabis ini, kita ke dokter dulu ya."
Bibir Kozume tertarik membentuk senyuman indah. "Iya, aku memang sedang sakit."
"Tuh kan! Pantas saja kamu terlihat begitu lemas. Kamu seharusnya bilang saja dari awal."
"Memangnya kenapa kalau aku bilang dari awal?" Senyuman manis itu masih terpatri di wajah kucing milik Kozume.
"Kalau kamu bilang dari awal, aku akan menyuruhmu untuk tidur saja disini." (y/n) menepuk pelan sebelah bahu tepat disamping Kozume duduk.
"Kalau begitu, apa sekarang aku boleh tidur di bahumu?" (y/n) mengangguk beberapa kali. "Kamu tidak perlu memintanya."
Pluk!
Kozume bersungguh-sungguh akan ucapannya barusan. Di letakkannya kepala pudingnya senyaman mungkin di bahu kecil milik si gadis periang.
"Ne, (l/n)."
"Hmm?"
"Aku sakit."
"Aku tahu itu. Makanya—
"Tapi aku tidak sedang sakit fisik."
Kozume kembali menegakkan tubuhnya. "Heh? Apa maksudmu?" Tatapan menyelidik (y/n) meninggalkan tawa kecil dari Kozume. Ia tak kuasa menahan tawanya dari tingkah menggemaskan (y/n).
Tangannya mengambil tangan kecil (y/n). Sentuhan di kulitnya mengirimkan getaran kecil pada tubuh gadis itu.
Awalnya (y/n) kebingungan dengan tindakan Kozume yang tiba-tiba. Setahu gadis itu, Kozume tidak terlalu menyukai sentuhan fisik. Apalagi dengan lawan jenis.
Tap!
a-apa yang sedang Kozume lakukan?!
Tangan (y/n) sedikit bergetar merasakan debaran jantung Kozume yang tak beraturan sama sekali.
Jantung (y/n) terbawa arus cepatnya detakan jantungnya Kozume. Gadis itu menjadi berdegup cepat. Sama seperti si laki-laki.
Kozume membuka suaranya tepat setelah melihat wajah (y/n) perlahan memerah. "Aku sakit. Bukan di fisikku. Tapi di hatiku. Aku sakit melihat senyuman indahmu. Bukan karena aneh atau jelek. Tapi senyumanmu begitu indah."
Perkataannya sukses membuat gadis itu merona sampai ke telinganya. Ia mengalihkan tatapannya dari si laki-laki berambut puding. "Terima kasih." Suaranya sengaja ia kecilkan. Namun pendengaran tajam Kozume masih bisa menangkapnya dengan jelas. Ditambah lagi, suasana di dalam kereta tidak terlalu berisik kala itu.
"Sama-sama." Dibalik senyuman Kozume, hatinya meletup-letup dapat menatap wajah merona parahmu.
— Omake —
Ting nung neung! Mohon perhatian, stasiun xy sudah dekat! Diharap para penumpang bersiap-siap. Periksa kembali bawaan Anda, dan pastikan tidak ada yang terlupakan. Mohon perhatian—
"Wah, akhirnya sudah sampai juga. Ayo Kozume."
"(l/n), tidak baik berdiri saat kereta mau turun seperti itu."
"Ehehe, tidak apa-apa kok. Aman-aman aja tu—woahh!!"
"sudah kubilang juga apa"
Kozume dengan sigap segera memegangi tubuh mungil gadis yang hampir oleng dan terjungkal ke belakang itu. Beruntung tepat pada waktunya Kozume menolongnya. Kalau tidak, bisa geger otak dirinya.
"g-gomenasai, Kozume."
"Jangan dilakukan lagi."
"Ha'i"
Dibalik wajah datarnya Kozume, ia menyimpan senyuman geli melihat tingkah absurd (y/n). "Ada-ada saja."
— 1508 words.
23-08-2021.
Akhirnya ada Kenma juga di book ini😭😭😭
Dulu pengen buat. Cuman ga ada ide. Buntu terus.
Tapi akhirnya dong, aku bisa ngebuat cerita Kenma x reader.
Yeyyy!!
Sampai berjumpa senin depan~
Sehat selalu yaa:))
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top