Kageyama Tobio • Piket

Selamat membaca, semoga kalian suka :)

Satu persatu murid mulai beranjak dari tempat duduknya. Meniggalkan beberapa temannya yang tengah membereskan peralatan menulisnya.

Koridor seluruh angkatan di penuhi dengan lautan remaja yang baru saja keluar dari kelasnya setelah mendengar deringan bel pulang.

Destinasi mereka pun berbeda-beda. Ada yang langsung pulang, ada yang ke warnet, ada yang ke supermarket, ada yang ke toko buku, dan ada juga yang menuju ke salah satu ruangan dari sekolah ini.

Matamu lelah menatap koridor yang masih sesak akan teman-teman seangkatanmu dan lebih memilih menatap sunyinya gumpalan awan yang imut. "Kapan selesainya?" Gumammu pada dirimu sendiri.

padahal sudah 5 menit terlewati. Kenapa koridornya masih belum sepi juga sih? Huh, membosankan. batinmu sembari mengimajinasikan beberapa bentuk awan menjadi bentuk hewan menggemaskan.

Ting!

Dengan malas, kamupun mengambil ponsel yang berada di saku rokmu. siapa sih? Mengagetkan saja.

Seira-chan☺
| (y/n)-chan~~
| Setelah sepi, nanti main ke kelasku yukk
| Hari ini aku piket
| Kalau kamu lagi gabut, bantuin juga boleh kok

dasar. Anak itu selalu saja minta di temenin kalau piket. Apa ia terlalu gugupnya dengan teman sekelasnya sampai aku harus menemaninya terus? Padahal ia sudah dua bulan bersama-sama. Jarimu mengetik beberapa kalimat untuk membalasnya.

(y/n)
| Kamu takut? Ini masih siang
| Tidak ada hantu

Seira-chan☺
| Setelah kamu tiba, aku akan menjelaskannya
| Datang dulu saja, ok??

(y/n)
| Yasudah
| Awas saja kalau alasannya sepele

hmm, mencurigakan.

Sesudah kamu mematikan layar ponselmu, kamu menoleh ke arah jendela yang menampilkan keadaan koridor. Dari yang sebelumnya penuh, padat, dan sesak. Kini menjadi sunyi, tentram, dan damai.

cepat sekali mereka menghilangnya. Perasaanku, tadi masih banyak deh. Tapi yasudahlah. Saatnya pergi~ Kamu mengambil tasmu dan pergi berjalan meninggalkan kelasmu.

Tak perlu berjalan terlalu lama, kamupun akhirnya sampai di kelas teman SMPmu. Dia kelas 1-3 dan kamu kelas 1-4. Dekat namun begitu jauh.

"Oh (y/n)-chan! Syukurlah kamu datang." Perempuan manis dengan rambut lurus dan panjang berwarna coklat kehitaman segera menghampirimu dengan sebuah senyuman terpasang di wajahnya.

siapa yang mengangkat kursi-kursi disini? Rapi dan sangat bersih. Apa... Seira-chan? Tidak mungkin. Pasti temannya. pikirmu bingung setelah melihat keadaan kelas temanmu yang kelewat rapi dan bersih.

"Ada apa Seira-chan?" Tanyamu langsung tanpa basa-basi. "Ahahaha... Ano, kamu mau menolongku kan?" Seira terlihat gelisah saat berbicara kepadamu.

"Kamu sangat mencurigakan." Matamu memincing seakan sedang mengintrogasinya.

"Tolong bantu aku mengepel kelas ya. Tadi yang lain sudah menyapunya kok." Alimu sedikit berkerut. sudah kuduga. Ada yang aneh disini.

"Kenapa tidak menyuruh teman piketmu saja?" Kamu melipat kedua tanganmu di depan dadamu sambil menyenderkan punggungmu di meja guru.

"Ah itu... Sebenarnya yang lain sudah membantuku. Tapi mereka tidak bisa berlama-lama. Soalnya mereka harus mengikuti les. Kamu tau sendiri kan, anak-anak dari kelas 1-1 sampai 1-3 itu tidak terlalu pintar. Jadi banyak yang ikut les." Seira tidak berani menatapmu dan lebih memilih menatap kedua sepatunya yang berwarna hitam.

Kamu menghela nafas pelan. "Kenapa tidak kamu tinggalkan juga? Di sapu saja sudah bersih kok. Biarkan yang piket besok saja yang mengepelnya. Tidak ada yang tahu juga kok. Sudahlah, ayo pulang."

Mata Seira melebar dengan blink-blink indah menghiasinya. "B-benar juga! Huaa, terima kasih (y/n)-chan~~ Ayo pulang! Aku traktir ramen."

Seulas senyuman terukir pada mulutmu tanpa kamu sadari ketika mendengar kalimat terakhirnya. yes!! Ramen, aku datang~~

Kamu dan Seira berjalan beriringan keluar dari ruang kelas 1-3. Suara orang sedang bermain beberapa permainan fisik, mengisi keheningan diantaramu juga Seira.

"(y/n)-chan, nanti tolong ajarkan aku matematika dan bahasa inggris ya." Ujarnya yang kamu balas dengan deheman.

"(y/n)-chan, sebenarnya ada satu orang yang kabur dari tugas piketnya setiap minggu dan selalu menitipkannya kepada yang lainnya." Cicitnya dengan suara yang sengaja ia kecilkan. Takut akan kemarahanmu.

Kamu itu orangnya sangat tidak bisa ketika melihat orang lain bertindak tidak adil. Melihat suatu ketimpangan sering kali membuatmu lepas kontrol. Padahal kamu sendiri dikenal dengan pribadi yang pendiam juga kalem.

"HAH?!" Matamu membola. Kamu langsung menatapnya kaget.

Hening melanda kamu dan Seira untuk beberapa saat. Kamu menunggu Seira untuk berbicara. Namun, Seira sama sekali tidak ingin berbicara dan memilih untuk bungkam.

Apa-apaan ini?! Firasatku tidak salah. Pasti dia orang beran—

"M-maaf baru memberitahumu sekarang!" Seira sedikit menunduk sebagai bentuk permintaan maafnya.

Kamu mengangkat pundaknya pelan. Tidak suka melihatnya berminta maaf padamu. Secara, dia tidak salah juga. Dia hanya tidak berbicara tentang hal tersebut. Hal itu tentu tidak bisa dikategorikan dalam tindakan berbohong.

"Siapa dia?" Kepalamu memanas mendengar hal yang sebelumnya ia ceritakan kepadamu.

Seira gelagapan ketika kamu menanyakan namanya. Ia tertawa canggung. "Jangan marah begitu, (y/n)-chan. Kamu harusnya berkepala dingin dan—

Tap!

Kalimatnya langsung berhenti ketika kedua tanganmu memegang kedua bahunya. berani-beraninya ada orang yang melakukan ketidakadilan pada teman baikku sendiri!

"S-sudahlah (y/n)-chan. Lupakan saja. Aku tidak akan membahasnya lagi kok. Ayo pulang." Genggamanmu sedikit mengeras, namun tidak sampai menyakitinya.

"Aku harus memberinya pelajaran." Seira meneguk ludahnya kasar. "L-lain kali. Iya, lain kali akan kuberi tahu. Aku berjanji."

Tatapanmu tidak teralihkan dari pupil matanya yang bergerak-gerak takut. "Awas kalau kamu sampai bohong!"

"Ehehe, tidak kok."

•    •    •

Suara-suara bola dengan berbagai jenispun semakin terdengar jelas. Teriakan kebahagiaan, kemarahan juga kesedihan memenuhi gendang telingamu juga Seira.

"Nampaknya ekskul basket sedang ada pertikaian ya?" Kamu mengikuti arah pandang Seira.

Benar saja, ada dua orang sedang bertengar tentang suatu hal. Tidak terlalu jelas karena jarak yang agak jauh memisahkanmu juga kedua pemain basket tersebut.

BUK!

Suara kencang yang datang tiba-tiba barusan seketika mendapat perhatian darimu juga Seira.

Bola sedikit lebih kecil dari bola basket itu memantul ke salah satu tiang dekat kalian. Namun karena permukaannya yang datar, bola itu tidak terpantul lagi.

Jantungmu berdebar-debar sesudah dikagetkan oleh bola. bola darimana ini? Hampir saja aku mati hanya karena bola ini. Dasar bola pembawa sial.

"Y-yang tadi itu mengejutkan ya (y/n)-chan." Kamu menghiraukan Seira dan lebih memilih memandangi bangunan di depanmu yang tak lain adalah lapangan indoor.

Decitan sepatu yang beradu dengan lantai terdengar begitu mengerikan. Orang-orang di dalamnya berlarian kesana kemari dengan sangat cepatnya. Benar-benar cepat sampai kamu bingung dibuatnya.

kalau aku berlatih berlari dengan giat, apa aku juga bisa seperti mereka juga? kamu mulai berandai-andai dalam pikiranmu yang jelas-jelas tidak akan kamu lakukan.

"DASAR BOGE!! HINATA BOGE!!"

"YA MAAP KAGEYAMA!!!"

Dunia khayalanmu menghilang bersamaan dengan teriakkan kencang dari dua laki-laki yang berada di gedung itu. Tak lama, kamu melihat seorang laki-laki berambut orange sedang berlari ke arahmu.

Ia memakai baju olahraga sekolahmu dengan tambahan baju tanpa lengan berwarna hijau neon mencolok yang bertuliskan nomor 10.

"Apa tadi kamu terkena bola itu?" Tanyanya dengan penuh kekhawatiran. "Tidak kok." Ujarmu tenang.

dia masuk ke tim voli? Tapi dia kan sangat pendek untuk seukuran anak voli yang notabenenya harus tinggi. Kamu memperhatikannya lekat-lekat. Tinggi yang tidak terlalu berbeda dengannya memudahkanmu berbicara tanpa harus mendongakkan kepalamu.

"Ah syukurlah. Kalau beg—

BUK!!

Kamu tersentak mendengar suara debuman yang asalnya tidak jauh darimu untuk yang kedua kalinya. Rasa tegang dan panik seketika mengambil alih tubuhmu.

a-apa dia baik-baik saja?? Bola volinya... Mengenai belakang kepalanya kan?! batinmu kaget.

Kamu segera mendekatinya yang tengah menahan sakit dengan kedua tangannya. dia pasti pusing.

"Ayo kita ke UKS, kamu pasti—

"Ahahaha, tidak apa-apa kok. Aku sudah biasa." Tawanya terlihat sangat bahagia. Seakan lemparan bola voli yang menghantam belakang kepalanya bukanlah suatu hal yang patut untuk di khawatirkan.

sudah biasa katanya? Apa dia ini korban perundungan? kamu semakin khawatir setelah ia mengatakan hal itu.

"Bolanya kejauhan tahu," geramnya kecil. Tidak terlalu jelas, tapi samar-samar kamu mendengarnya. Kamu sendiri juga tidak yakin dengan apa yang kamu dengar.

"Kageyama-kun, konnichiwa!" Panggil Seira. Kamu sampai melupakannya karena keasikan berimajinasi sembari memperhatikan gedung lapangan indoor.

"Konnichiwa," ucapnya pelan seperti tidak niat untuk menjawabnya.

Kamu mendongak melihat parasnya. Tapi, matamu sempat terpaku dengan tatapannya yang kelewat tajam. Apalagi wajahnya terlihat sangat tidak bersahabat.

Rambut pendek hitamnya sempat terhempaskan semilir angin ringan. Yang membuatmu terpesona sesaat. Juga ada beberapa bulir keringat yang masih berada di bagian pinggiran wajahnya.

Bajunya mirip dengan apa yang digunakan laki-laki berambut orange. Bedanya, ia memakai yang bertuliskan nomor 9.

Ia memutus kontak denganmu dan menatap laki-laki kecil berambut orange di depanmu. "OI BOGE! HINATA BOGE! KENAPA TIDAK KAU AMBIL BOLANYA BOGE?!?!"

Si rambut orange menoleh ke arahnya. "BARU AKU MAU AMBIL TAHU!! SABARLAH SEDIKIT!!!" Teriaknya tidak terima. Kamu sontak memundurkan tubuhmu. teriakannya besar sekali—eh tunggu. Jadi dia tidak sedang di rundung?! Apa semua pertemanan itu seperti ini? Kamu memiringkan kepalamu heran.

Kamu mendekati Seira yang sedari awal setia menunggumu memperhatikan gedung lapangan indoor yang sedang dipakai ekskul voli.

"Ou-sama memang seperti itu kan orangnya. Sangat tidak sabaran, pemarah, dan semua perintahnya harus segera di laksanakan." Tiba-tiba saja ada seseorang yang menampakkan kepalanya dari balik pintu yang dibuka separuhnya.

"O—ada Chilli-chan juga rupanya. Apa kau tau? Si Ou-sama ini ternyata suka bolos piket kelas lho~~

Ya bukannya aku peduli sih. Tapi kupikir kamu akan menegakkan keadilan seperti biasanya." Ujar teman sekelasmu yang suka mengompor-ngompori.

...sebentar, sebentar. Seira-chan kenal si laki-laki berambut hitam. Lalu, Tsukishima bilang dia sering bolos piket. Dan itu berarti...

Kamu segera menarik lengannya yang berotot itu sebelum ia kembali ke gedung indoor. "Heh, Tunggu!!"

Sedangkan untuk si kecil manis berambut orange bernama Hinata, ia berjalan menjauh ke belakang. Tepatnya di sebelah Seira agar tidak ikut ke dalam pertikaian itu.

"Apa yang sedang ia lakukan?" Tanya Hinata ke temanmu.

"A... Dia sepertinya akan memarahinya." Jawabnya dengan raut muka khawatir.

"Kalau tidak salah, dia itu teman sekelasmu kan?" Seira mengangguk mantap.

"Iya... Dan dia sebenarnya memang sering bolos piket." Laki-laki itupun hanya bisa mengangguk pasrah sembari menunggu masalahnya selesai saja.

Sayup-sayup, kamu mendengarkan percakapan singkat di belakangmu yang membuatmu semakin naik darah. Seira-chan menyembunyikannya dariku.

Laki-laki berambut hitam—yang sering kali disapa sebagai Kageyama pun menoleh dengan raut wajah kebingungan. Meninggalkan ekspresi marahnya, kini pemuda itu terlihat semakin menawan.

"Ada apa?" Kamu melepaskan genggamanmu dengannya. Netra (e/c)mu menatapnya tajam.

"Jadi kamu—

BUK!!!

"AGH! GOMENN!!" Teriakkan dan suara debuman itu kembali memenuhi telingamu.

Bruk!

Kageyama yang kaget dan belum siap untuk terkena bola itupun kehilangan keseimbangannya. Ia pun mendorongmu tanpa sadar untuk jatuh bersamanya. Bukan keinginannya, tapi ia benar-benar melakukannya secara tidak sengaja.

Kamu yang ikutan kaget juga hanya bisa mematung sambil menunggu tubuhmu jatuh bersamanya.

Waktu begitu cepat. Kamu tidak sempat berpikir karena pikiranmu benar-benar ngeblank.

Siapa yang tidak ngeblank jika ada ikemen yang secara tiba-tiba jatuh menimpamu?

Bruk!

Kedua tangannya bergerak sendiri untuk memelukmu. Sebelahnya ia letakkan di belakang kepalamu. Yang lainnya melingkari perutmu.

Deg!

k-kenapa ia juga ikut memeluk perutku juga?! teriakmu dalam hati.

Wajahmu terasa memanas setelah menyadari ia memelukmu erat. Jantungmu berpacu sangat cepat sampai ingin meledak rasanya.

Disisi lain, wajah Kageyama juga ikut memerah semerah tomat. Ia sangat malu dengan apa yang ia lakukan sebelumnya. Tapi niatnya tidak bisa di bilang buruk sih. Kan dia ingin agar ketika kamu jatuh, kepalamu tidak terbentur dengan lantainya.

Kageyama memilih untuk menenggelamkan wajahnya pada ceruk lehermu.

Nafasnya begitu nyata dan terasa hangat. Selain membuatmu malu, hembusan nafasnya juga membuatmu merinding disaat bersamaan.

"Gomenasai." Ucapnya. Kamu diam masih tidak tahu harus melakukan apa.

— Omake —

"(Y/N)-CHAN!! DAIJOBU DESU KA?!?!" Seira berlari kecil mendekatimu. Sedangkan Hinata juga ikut diam mematung.

Kamu yang mendengar teriakan super besar milik temanmu itu pun segera tersadar. Akhirnya kamupun mendorong bahunya kencang sampai akhirnya ia melepaskan pelukannya padamu.

Tubuh Kageyama menjadi loyo dan ia terjatuh ke belakang dengan posisi telentang.

"APA-APAAN ITU?!?!" Kamu mundur dengan kedua tanganmu menutupi area dadamu.

AAAAAAAA AKU MALU SEKALI!!! MEMALUKAN!!! Kamu menutup mata untuk mencoba menghilangkan kenangan tidak enakmu.

Karena Kageyama memelukmu erat, tentu dia juga ikut merasakan aset berhargamu.

Kageyama yang ikut tersadar segera menundukkan tubuhnya 90 derajat. "TOLONG MAAFKAN AKU!!!"

"M-memalukan," bisikmu kecil. Pupilmu menangkap suatu hal yang membuatmu gemas. wajahnya juga ikut memerah?! Imut—EH?! Gak! Ga imut sama sekali!!

"B-baiklah, ku maafkan." Tanganmu menarik tangan Seira paksa. Tidak tahan dengan keadaan canggung akibat kejadian sebelumnya. memangnya permainan voli itu bolanya selalu terlempar kemana-mana? batinmu bertanya-tanya.

Tak lama setelahnya, kamu mendengar teriakkan demi teriakkan yang sedang sahut menyahut.

"KAGEYAMA!! APA YANG KAU LAKUKAN DISANAA?!?"

"A! KAGEYAMA TADI—ANU!!"

"EHHH??! MUKA KAGEYAMA MERAH!!"

"KAGEYAMA!! APA YANG KAU LAKUKAN SEBELUMNYA?!?"

"IYA, IYA!! APA YANG KAU LAKUKAN TUH?!"

"ANU—SEBENARNYA KAGEYAMA—"

"DIAM BOGE!! HINATA BOGE!!!!"

— 2060 words.
16-08-2021.

Panjang banget ya kali ini. Hiks, maaf kalau membosankan karena terlalu panjang.


Yang ini serem banget yak😂😂


AAAAA KAGEYAMA PAS JAMAN SMP LUCU BANGET!!

Ada kalanya kita harus bersyukur karena Kageyama jarang senyum ya :)


Kageyama kalau malu, lucu banget ga sih? AAAAA GUMUS BANGET!!

...ok, saya pikir cukup sampai disini saja berfangirl-annya.

Dadah, sampai jumpa senin minggu depan~~

Bye, sehat selalu :D

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top