Cacar Air || Akabane Karma
Karma X Reader
.
.
.
Reader Pov
Salju yang turun dari langit menandakan musim dingin sudah tiba. Pagi ini, banyak anak kecil yang bermain di luar rumahnya. Main lempar bola salju, seluncur, juga ada yang membuat manusia salju. Wajah anak-anak itu terlihat sangat bahagia ketika mereka sedang bermain bersama temannya. Pasti seru ya...
Aku sangat iri dengan pemandangan yang berada di depanku. Melihat banyak anak kecil di taman depan rumahku itu tertawa, dan tersenyum. Alasanku iri pada mereka hanya satu. Yaitu karena aku terkena penyakit cacar air yang membuat diriku harus berada di rumah sampai penyakit ini sembuh.
Tidak banyak yang aku lakukan selama penyakit ini muncul. Menonton tv dan melihat keadaan di luar dari jendela kamarku saja, mungkin. Sungguh bosan jika liburan tapi tidak kemana-mana. Apa boleh buat, jika memang takdir ini memaksaku untuk tetap berada di rumah?
Saat ini ibuku sedang keluar untuk membeli kebutuhan rumah seperti pembersih lantai, pembersih kaca, pembersih pakaian dan lainnya. Huhh, bosan sekaliii. Andai ada suatu hal yang dapat aku kerjakan untuk mengisi waktu bosan ini...
Akhirnya, dengan pemikiran penuh, akupun memutuskan untuk mengambil ponselku. Siapa tau ada sesuatu disana yang dapat membuatku tidak bosan lagi. Aku membuka aplikasi Wattpad lalu membuka salah satu cerita. Cerita yang menceritakan tentang psyco dengan adegan darah dimana-mana.
Akupun penasaran dengan kelanjutan ceritanya. Aku membacanya sampai chapter pertama selesai. Whoa, cerita ini menarik sekali. Akhirnya kebosanan ini bisa hilang juga.
Tapi ketika aku membuka chapter keduanya, aku menemukan sebuah iklan disana yang mengharuskan aku untuk menonton iklan itu untuk sementara. Awalnya aku tidak mempedulikannya tapi setelah aku liat-liat lagi, iklan ini...
Apakah anda kesepian?
Apakah anda merasa bosan?
Apakah anda membutuhkan teman curhat padahal yang lain tidak peduli padamu?
Langsung saja download happy day sekarang juga! Aplikasi menemukan teman baru secara acak dari seluruh penjuru dunia melalui keluhan yang sama.
Hmm, aplikasi ini mencurigakan. Ah tidak apa-apalah. Aku coba saja dulu. Siapa tau memang benar-benar tidak membuatku bosan lagi.
Akupun mendownload aplikasi itu. Setelah di download, aku langsung membukanya. Layar pertama yang muncul langsung di tanyakan keluhannya. Aku jawab saja,"bosan pada liburan musim dingin."
Lalu aplikasi itu menjeda sesaat kemudian ia memasukkanku ke dalam ruang chat yang hanya berisi dua orang saja. Namanya tidak di perlihatkan sama sekali. Apa aku hapus aplikasi ini saja ya?
Aku keluar dari aplikasi itu lalu akan menghapusnya sampai ada seseorang yang memberikanku pesan. Aku tidak jadi menghapus aplikasi itu dan kembali membukanya.
| Anonymous
Apa status kamu?
Anonymous|
Single?
| Anonymous
Ah bukan itu maksudku. Seperti sekolah tingkat mana atau pekerjaan?
Anonymous|
Ah itu, aku masih pelajar kelas tiga SMP ke SMA awal. Kamu sendiri?
| Anonymous
Kita samaan. Kenapa kamu bosan?
Anonymous|
Aku tidak bisa bermain di luar karena ku terkena cacar air.
| Anonymous
Cacar air ya? Pasti sangat gatal.
Oh iya. Apa kamu punya salepnya?
Anonymous|
Salep apa?
Mungkin aku belum punya. Ibuku juga sepertinya belum tau.
| Anonymous
Ya ampun. Salep untuk menghilangkan rasa gatal pada cacar air dan menghilangkan cacar airnya sendiri.
Nama salepnya UUU.
Anonymous |
Benarkah? Terimakasih atas infonya.
Ngomong-ngomong, kamu ini laki-laki apa perempuan? Gaya bicaramu halus seperti perempuan tapi sangat santai seperti laki-laki.
| Anonymous
Aku? Aku ini laki-laki.
Gaya bicaraku halus karena aku ini pernah di ajarkan kesopanan oleh guruku.
Anonymous|
Pernah? Gurumu itu pasti orangnya baik sekali sehingga mau mengajarkan kesopanan dalam chat seperti ini ya?
| Anonymous
Iya, ia sangat baik.
Apa aku boleh off dulu?
Aku mau bermain game soalnya.
Anonymous|
Hmm, ok. Silahkan saja.
Setelah itupun aku mematikan aplikasi Happy day untuk beralih menatap jendela lagi. Ya setidaknya kini aku sudah tidak terlalu bosan karena cacar air ini. Oh iya! Aku harus mencari obat UUU untuk menghilangkan rasa gatal cacar air ini dan menghilangkannya juga. Sebenarnya, asal muasal cacar air ini sangat tidak jelas.
Teman sekolahku tidak ada yang terkena cacar air. Keluargaku juga tidak ada yang terkena cacar air. Lalu darimana datangnya? Aku juga jarang keluar rumah. Entahlah, dari manapun asalnya pasti akan ada hikmahnya. Dan juga mungkin ini salah satu cara penembusan dosaku.
Kreeekkk
"Ibu pulang." Aku sedikit tertatih-tatih turun ke lantai bawah. "Ibu, katanya ada obat-
"Maksud kamu itu inikan?" Ibuku menunjukkan obat UUU itu. Mataku membesar tidak percaya. "Ibu... tau darimana?"
"Tadi ada seorang anak laki-laki berambut merah memberitahu hal itu pada ibu. Jadi ibu langsung membelinya." Laki-laki? Apa ini kebetulan?
"Hmm, ok. Terimakasih ya Bu." Aku membaca aturan pakainya lalu mengolesi salep itu sesuai aturan pakainya. Setelah aku memakai salep itu, aku kembali ke lantai atas untuk membuka ponselku lagi. Siapa tau orang itu sudah on lagi.
Ketika aku membuka aplikasi Happy day, notifikasinya masih kosong. Entah aku yang terlalu berharap untuk di jawab atau bagaimana tapi aku seperti putus asa sekali rasanya jika tidak mendapat pesan dari anonymous itu.
Siang berganti waktu menjadi malam. Masih belum ada balasan darinya. Aku menunggu lebih lama lagi. Tetap tidak ada balasan lagi. Akupun akhirnya mencopot pemasangan aplikasi itu di ponselku. Pencopotan aplikasi itu aku lakukan tepat di hari aku sembuh dari cacar air. Aku menyesal aku telah men-downloadnya.
Meskipun aku telah mendapatkan setidaknya satu teman, tidak akan berguna lagi jika teman itu tidak menghubungiku lagi. Aku menatap ke arah jendela di kamarku. Suasana di taman depan rumahku masih sama seperti aku masih sakit. Banyak anak kecil bermain salju dimana-mana.
Apa aku sudah boleh berjalan-jalan keluar rumah?
Aku turun ke lantai bawah untuk bertanya pada ibuku. "Ibu, apa aku boleh berjalan-jalan keluar rumah?" Ibuku melihat ke arahku lalu tertawa pelan. "Bolehlah, kan kamu sudah sembuh. Kecuali kalau belum sembuh, kamu belum boleh keluar rumah dulu."
"Wahh, terimakasih bu!"Aku memakai pakaian hangat, syal, dan sepatu boots. Lalu aku pergi keluar rumah. Berjalan-jalan di taman dekat rumahku. Melihat salju dari dekat memang lebih menyenangkan daripada melihat salju dari jauh. Aku membuat banyak bola-bola salju kecil.
Aku juga membuat istana kecil dari salju ini. Rasanya menyenangkan sekali
Tidak terasa aku telah menghabiskan separuh hari di taman ini. Aku kembali ke rumah dengan keadaan hati berbunga-bunga. "Ibu a-
"(Y/n), tolong belikan ibu mentega di supermarket terdekat ya. Uangnya ada di meja depan. Terimakasih." Ku tekuk mukaku. Baru saja sampai di rumah tapi sudah di suruh-suruh lagi. Aku dengan terpaksa mengambil uang itu lalu pergi lagi ke supermarket terdekat.
Keadaan di Supermarket sangatlah sepi karena orang-orang lebih memilih bermalam salju di rumahnya masing-masing daripada harus ke supermarket seperti ini. Aku mengambil mentega kemudian membayarnya. Akupun keluar dari supermarket itu dan berjalan ke rumahku.
Ketika aku sedang berjalan, aku melihat ada seorang laki-laki yang seumuran denganku berambut merah. Akupun teringat dengan kata-kata ibu di hari itu tentang salep UUU. "Tunggu!" Panggilku. Laki-laki itu menoleh ke arahku. Aku agak berlari untuk mendekatinya. Tapi karena lantainya yang licin akibat terkena salju, akupun terpeleset.
Sebelum jatuh ternyata laki-laki itu menolongku dengan mendekapku ke dalam pelukannya. "Apa kamu tidak apa-apa?" Tanya laki-laki itu. Aku mendongak untuk dapat melihat mukanya. Setelah aku sadar kalau muka kami terlalu dekat, akupun segera menjauh darinya.
"A-i-iya aku tidak apa-apa." Laki-laki itu memperhatikanku dari atas sampai bawah. "Ada apa? Apa ada yang aneh?" Ia terkekeh. "Tidak. Oh iya tadi kenapa memanggilku?"Tanyanya penasaran.
"Kamu itu orang yang pernah bilang ke ibuku kalau salep UUU bisa mengobati cacar kan?" Awalnya ia merasa bingung, lalu sedetik kemudian mukanya menjadi normal kembali. "Iya, itu aku."
"Terimakasih banyak atas pemberitahuannya!"Aku menundukkan kepalaku sedalam-dalamnya sebagai tanda terimakasihku kepada orang itu. "Sama-sama. Kamu tidak perlu menunduk sampai segitunya juga." Ia mengelus rambutku. Akupun mendongak, menatapnya.
Tangan yang ia gunakan untuk mengelus rambutku beralih menyelipkan beberapa helai rambut yang sedikit menutupi mataku. Karena perlakuannya, jantungku sekarang berdetak tidak teratur. "Nah, begini lebih baik. Aku pulang dulu ya. Ada hal yang harus ku kerjakan. Hati-hati di jalan oke? Dadah."
Laki-laki itu pergi meninggalkanku sendirian di sini sendirian lagi. Akupun melanjutkan perjalananku menuju rumahku. Setelah sampai, aku memberikan barang yang di minta ibuku alias mentega.
Hari-hari selanjutnya, aku menikmatinya seperti seharusnya. Tak lama, natalpun datang bersamaan dengan lampu kerlap-kerlip yang terpasang di seluruh rumah di komplekku. Biasanya aku merasa bahagia dengan semua hal ini. Natal, salju dan lampu yang menyala di malam hari. Lengkap rasanya.
Tapi, tahun ini aku rasa ada yang kurang. Berulang-ulang aku memikirkan aplikasi yang pernah aku download lalu ku hapus itu. Hampir setiap harisemenjak aku menghapusnya, aku ingin kembali memasangnya tapi aku takut temanku disana itu akan menghilang. Ketika aku sedang berpikir keras untuk aplikasi ini, tiba-tiba saja ibuku memanggilku.
"(y/n), ada kiriman surat untukmu. Sini ambil!" Teriak ibuku dari lantai bawah. Aku penasaran sekaligus bingung dengan pengirim surat itu. Soalnya, aku tidak punya teman yang sampai segitunya mau mengirimkan surat di jaman canggih seperti ini. Akupun turun ke bawah untuk mengambilnya.
Ibuku memberikan surat itu. Surat yang sangat normal menurutku. Ada alamat rumahku, namaku, nama peng-ehh tidak ada, kecuali anonymous. Apa itu benar?
Aku berjalan kembali ke kamarku untuk membukanya secara privasi. Isi suratnya seperti ini :
Apa cacarmu sudah sembuh? Kalau sudah boleh kita bertemu di taman Y besok(24 Desember jam 10 malam)?
Tenang saja, aku anak seumuran denganmu.
Jika kamu tidak percaya, namaku Karma Akabane, bukan lagi anonymous.
Salam anonymous, anonymous.
Pesan singkat yang dikirim lewat pos. Karena kupikir ini bukan main-main, akupun menyetujuinya. Meskipun aku merasa sedikit kurang yakin, tapi aku berusaha untuk membuat diriku sendiri yakin karena taman itu ramai anak-anak. Ohh iya, hari ini tanggal 24 Desember. Artinya tinggal dua belas jam lagi.
Aku memilih untuk menistirahatkan diriku dibandingkan bermain dengan salju-seperti yang biasa aku lakukan setiap harinya. Akupun terlelap sebelum makan siang tiba.
Mungkin karena aku tidak merasa lelah sama sekali jadi aku tidak bermimpi apa-apa. Hanya hitam gelap saja. Tidak ada yang lainnya. Mataku pertama kali mencari keberadaan jam dindingku untuk melihat pukul berapa saat ini-setelah aku bangun dari tidur.
20.30
Untung masih ada waktu untukku makan dulu.
Akupun turun ke bawah untuk memakan makan malamku bersama ibuku. Masalah makan siang? Tidak usah di pikirkan, yang penting kenyang dulu buat hari ini mah.
"Bu, aku mau berjalan-jalan ke taman sebentar boleh tidak?" Tanyaku setelah menelan nasi. Ibuku menatapku heran, mungkin ia bingung alasanku pergi kesana. Terlebih lagi sudah larut malam begini. "Taman yang mana? Untuk apa?" Akupun menjawabnya dengan mengatakan,"Taman Y yang banyak anak-anaknya itu loh. Sebentar saja. Boleh ya?"
"Benar ya sebentar saja?"Aku mengangguk. Akhirnya ibukupun memperbolehkanku. Sehabis aku selesai dengan makan malamku, aku bersiap-siap ke taman itu. Memakai pakaian hangat di musim dingin seperti ini tak lupa memakai syal dan sepatu boots. Setelah sekiranya semuanya siap, akupun berjalan menuju taman itu.
Udara dingin yang menyapaku dinginnya bukan main. Aku mengeratkan jaket tebalku sambil mempercepat langkah kakiku. Jalanan disini sudah sangat sepi sekali. Tapi di taman itu tetap masih banyak orangnya. Aku duduk di salah satu bangku disana. Kulihat jam ini menunjukkan pukul sepuluh malam.
Untung saja tepat waktu
"Sudah lama menunggu atau baru tiba nih?" Aku melihat ke sampingku. Laki-laki berambut merah itu lagi. Ia duduk di bangku yang sama denganku. "Maaf, aku tidak mengerti maksudmu." Ia menghela nafas. Keluarlah uap putih dari mulutnya. "Aku Karma Akabane. Siapa namamu?"
"Namaku (l/n)(y/n). Kamu temanku dari aplikasi itukan?" Aku bertanya dengan antusiasnya. Karma tersenyum simpul. "lalu kenapa kamu tidak memakainya lagi?"
"Aku lebih ingin bertemu dengan tatap mata denganmu dibandingkan aplikasi chat itu." Astaga, aku luluh dengan perkataan simpelnya. Bahkan jantungku sudah berdebar-debar tidak karuan. Oke, aku harus tenang.
"A-ah begitu ya." Teng! Teng! Teng!
Jam yang berada di taman ini berbunyi dengan kerasnya. Aku dan Karma sama-sama melihat ke jam itu. Ternyata hari telah berganti. 25 Desember.
"Apa boleh kita menjadi teman dan bertukar kontak?" Aku melihat ke arah matanya. Dan akhirnya kamipun menjadi teman resmi serta bertukar nomor telepon.
~~~~~~~~~~~~~||~~~~~~~~~~~~~
.....Tamat.....
Gimana Karmanya nih?
Walaupun authornya banyak ngebuat di hari libur, tapi kayanya ga tau kalo sekolah bisa atau tidak. Tapi di usahakan bisa ya. Kalau tidak bisa tolong di maklumi, jarang dapat ruang berpikir untuk membuat ff.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top