[Firasat] - 2
Hari demi hari berlalu. Firasat Saras semakin tak menentu. Pikirannya mendadak kosong. Jika saja tidak ada kucing yang menyeberang seenak jidat, Saras mungkin akan tertabrak mobil yang melaju dari arah kanan persimpangan dekat rumahnya.
Sesampainya di rumah, Saras pergi mandi. Perjalanan dari markas Asosiasi Sektor Kopo dengan kemacetan panjang membuat seluruh badannya remuk. Kecelakaan motor terjadi di jalanan menuju Arcamanik—yang selalu padat merayap pada jam pulang kerja. Gadis itu hendak membuka bajunya. Namun, keberadaan penguntit itu mengurungkan niat Saras.
"Bang Udin?"
Mustahil jika itu si Botak. Hantu budak cinta itu lebih sering keluyuran menggoda hantu perempuan bahkan kuntilanak daripada di rumah. Saras menarik napas lalu mengguyur badannya yang lengket karena keringat.
Seusai mandi, Saras kembali belajar. Si Botak datang menembus tembok dari arah jendela kamarnya selagi tersedu-sedu.
"Cinta ditolak lagi, Bang?"
"Kenapa sih nggak ada yang bilang kalo hantu cewek di Cinta Asih itu mati sama pacarnya? Liat nih!" tunjuk Udin pada badannya yang penuh memar dan nyaris tak berbentuk. Kepala botaknya saja kini persis boneka cacat pabrik yang bentuknya tidak jelas.
Ada-ada saja hantu botak itu. Ternyata sesama hantu bisa berkelahi sampai babak belur! Perut Saras melilit saking puas menertawai Udin.
"Makanya, Bang. Kalo godain cewek liat-liat. Kali aja dipukulin pacarnya lagi!"
Si botak terus merengek sembari meninggalkan kamar Saras. Menenangkan diri sekaligus mencari jodoh, seperti biasanya. Kedatangan si Botak benar-benar mencairkan suasana hati Saras yang kacau sejak pulang sekolah. Tidak hanya karena firasat itu. Soal PR-nya sulit dipecahkan tanpa bantuan jawaban dari grup kelas di Lain.
Malam semakin senyap. Tak ada lagi deru kendaraan melintas lagi dari jalan raya di belakang rumahnya. Saras sudah terlelap. Perjalanan pulang yang macet dan PR lebih dari cukup membuatnya cepat.
Sejak tadi gadis itu berguling sana-sini. Kanan. Kiri. Serong. Biasanya Saras tidak tidur seperti itu. Gadis itu terus mengerang bak ketindihan. Ketika terbangun, kamarnya benar-benar kosong. Hanya ada bantal, guling, dan selimut berserakan di sekitar kasur.
Semua itu membuat Saras tak bisa fokus di sekolah. Dia bahkan tidak pergi ke kantin bersama murid-murid perempuan lain seperti biasa.
"Pucet amet. Lagi haid?" tanya Abay sambil menyodorkan gorengan.
"Gue kalo PMS juga gak sampe pucet, Bay," balas Saras yang mengambil ubi goreng. "Gue ngerasa kayak diikutin gitu dari kemaren."
Abay bergidik. "Ras, jangan bikin gue parno deh."
"Gue serius, Bay. Penunggu rumah gue aja bilang ada yang ngikutin. Anehnya gue gak bisa liat."
"Coba deh tanyain Nyonya Lenny di markas. Gue gak paham soal ginian."
Sepulang sekolah, Saras langsung pergi ke markas Asosiasi Sektor Kopo. Saras memacu motor trail-nya melewati kantor polisi militer. Sebentar lagi Saras sampai menuju markas Asosiasi Sektor Kopo. Tiba-tiba saja seorang wanita menyeberang di depan Saras. Sewaktu dia menghindari kecelakaan, motornya tergelincir hingga membentur trotoar. Sontak sekumpulan pelajar SMA yang kebetulan lewat dan polisi militer langsung mendekat. Mereka memapahnya ke atas trotoar. Jika saja Saras tidak mengenakan helm full face, nyawa gadis itu tak tertolong.
"Dik, nggak apa-apa?" tanya seorang polisi militer yang tengah berjaga. Tubuhnya roboh sewaktu berdiri. Murid-murid SMA dan polisi militer lalu menepikan Saras di bawah pohon. Rok Saras sobek di bagian lutut. Darah terus mengucur menodai roknya.
"Dik, kenapa?"
"Tadi ada ibu-ibu yang nyebrang jalan, Pak."
"Nyebrang jalan? Dari tadi Bapak cuma lihat anak-anak SMA itu yang nyebrang."
Polisi militer itu bertanya pada rombongan pelajar SMA yang turut menolong Saras. Mereka juga tidak bertemu dengan wanita yang Saras maksud.
Saras berusaha mengambil motornya. Lagi, Saras terjatuh di trotoar. Lututnya terus menekuk selagi berusaha untuk jalan.
"Dik, mau ke mana?"
"Asosiasi Sektor Kopo, Pak."
Polisi militer itu lalu menelepon Asosiasi. Para murid SMA membantu pertolongan pertama. Tak lama kemudian, mobil Avanza hitam berhenti di dekat motor Saras.
"Ras, lu gak apa-apa?" tanya Abay yang turun bersama Jaka. Mereka memapah Saras ke mobil.
"Gue cuman keserempet kok. Masih bisa bawa motor juga."
"Sini biar gue yang bawa!"
"Bay, emangnya nyampe?"
Abay berusaha menaiki motor Saras. Kaki Abay bisa menapak tanpa harus berjinjit. Pemuda keling itu memeriksa keadaan motor Saras. Sepatbor depannya patah. Bodi sampingnya lecet, tapi tidak sampai hancur. Kuncinya masih menancap di motor.
"Ras, pinjem helm. Lu ngikut sama Bang Jaka aja."
Mereka lalu pergi ke markas Asosiasi Sektor Kopo. Abay dan Jaka langsung memapah Saras menuju ruangan unit. Lenny dan Andri langsung menghampiri Saras.
"Pulanglah. Kau hanya akan menghambat tim jika sakit seperti ini," pinta Lenny.
"Nyonya, masalahnya ...."
Saras ceritakan kejadian sebelum kecelakaan pada Lenny. Wanita dengan blazer krem itu duduk di kursi Malika yang kosong. Hari itu Malika izin tidak bertugas karena kuliah siang.
"Apa belakangan ini kau sering merasakan hal aneh seperti halusinasi?"
"Iya, Nyonya. Saras sering ngerasa aneh belakangan ini. Itu bukan jurig yang lewat kayak biasanya."
"Tidak salah lagi." Air muka Lenny pun berubah masam sewaktu berkata, "Santet."
Seketika, keadaan di sekitar ruang unit pun senyap.
Sekujur tubuh Abay gemetar. "Sa-Sa-Santet?"
"Santet kadang mempengaruhi persepsi korbannya persis orang yang mengalami halusinasi. Berbeda dengan halusinasi kebanyakan, hal itu kerap mencelakai korbannya."
Lenny lalu beranjak menuju ruangannya. Dia tak berkata apapun setelah itu.
"Eh, Bang. Nyonya Lenny kenapa?" bisik Abay pada Jaka.
"Tau gak. Menurut gosip yang Abang denger ya, atasan kita itu paling males berurusan sama santet."
"Hush. Ngegosip mulu. Balik bikin laporan ato ngidol gih!" timpal Andri.
"Hei, Ndri. Anak baru juga kudu dikasih tahu soal ini. Biar gak kaget waktu dapet kasus santet lagi kayak kemaren."
Santet? Bagaimana bisa? Perkataan Lenny membuat Saras tak bisa fokus bertugas.
Sekitar jam 3 sore, satu persatu cenayang meninggalkan markas. Saras tidak bisa pulang begitu saja. Memangnya Asosiasi itu tempat penitipan motor 24 jam? Dia tak bisa mengendarai motor dengan kaki terluka. Abay berdiri di dekat pintu sambil menyodorkan dua helm.
"Gue anterin ya."
"Bay, lo bawa helm punya siapa?"
"Gue pinjem helm markas." Abay lalu memasang helm di kepala Saras.
"Terus motor gue ...."
"Kalem, Ras. Gue anterin sampe rumah. Daripada kenapa-napa di jalan."
Saras tersipu. "Makasih, Bay."
"Sante aja, Ras. Namanya juga temen."
Abay lalu mengantar Saras dengan motor trail ke rumah. Dia lalu mendekap jaket merah Abay yang bersih dan masih harum pewangi pakaian. Pemuda itu memang sering mencuci bajunya sendiri. Upny Sunrise Fresh beraroma bunga lembut. Saras kenal betul aroma pewangi pakaian yang sering Abay gunakan.
"Ras, bobo?"
"Si-Siapa yang bobo?"
"Kali aja ketiduran. Takutnya kenapa-napa."
Abay jarang sekali membawa motor ke sekolah. Rumahnya dekat. Ressa selalu pergi ke kampus dengan satu-satunya motor di rumah. Dia juga tidak suka mengebut. Ah, hari ini rasanya persis adegan romantis. Andai saja Abay terus peka seperti ini ... dan lamunan Saras buyar seiring dengan pertanyaan Abay.
"Ras, apa mungkin ini ada hubungannya sama Eli?"
"Terus kenapa tiba-tiba nanya kayak gitu?"
"Lu 'kan orangnya suka ikut campur. Apa mungkin dukun santetnya gak suka terus ...."
"Lo pikir ini kayak cerita di film."
"Coba deh dipikir-pikir. Lu selama ini ngerasain kejadian aneh sewaktu nginep di rumah Eli, 'kan? Makanya lu sampe minta tolong sama gue."
Perkataan Abay ada benarnya juga. Pasti ini berhubungan dengan keanehan di rumah Elissa.
"Kita ke rumah Eli lagi. Gue gak bisa biarin lu kayak gini lagi."
Abay memang payah, tapi benar-benar serius jika menyangkut soal teman-temannya. Kadang Abay seperti orang lain di depan mata Saras. Ternyata pemuda itu masih sama. Pemuda payah yang sama dan berhasil mencuri hatinya sejak lama.
NB:
Pintu henderson itu sebenarnya sejenis rolling door, tapi bisa dilipet kayak gini.
Rada ralat dikit sih soal penggambaran rumah Abay. Kalo selama ini ketemu rolling door, maksudnya pintu henderson. Aku baru tahu nama istilahnya pas naskah aslinya kelar.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top