28 | Luka yang Nyata

"Patah satu kali, masih bisa diperbaiki. Patah dua kali, mungkinkah bisa kembali lagi?"

- OoO -

"Lo kenapa, Nggie? Dari dateng tadi diem aja, tumben banget."

"Iya nih, apa lo sakit gara-gara kehujanan kemarin?" Fara menimpali ucapan Elin.

Anggi menggeleng, sejak kejadian kemarin ia memang menjadi tak bersemangat lagi, ini saja ia paksakan untuk bisa masuk sekolah.

"Gue gapapa, lagi males aja."

Setelahnya Elin dan Fara kembali berceloteh, Anggi tetap diam tak ikut menimpali, ia hanya mendengarkan kedua sahabatnya itu berbicara.

Tak lama Angga dkk memasuki kelas, Nella juga terlihat berjalan bersama mereka, gadis itu sudah sehat kembali.

Nella segera memisahkan diri dari Angga, Jerry dan Ken, ia memilih untuk menghampiri Anggi, Elin dan Fara.

"Lo udah sembuh, Nel?" sapa Elin.

"Seperti yang kalian lihat. " Nella mengangguk seraya tersenyum cerah.

Lalu percakapan mereka kembali berlanjut, dan harus terhenti saat guru yang mengajar pagi itu memasuki kelas.

- OoO -

Jam istirahat pertama sudah berbunyi dari lima menit yang lalu, Anggi benar-benar tak memiliki semangat untuk melakukan apapun, pergi untuk makan ke kantin pun ia malas.

"Kuy lah kita berangkat, ntar seblaknya ludes lagi, gue pokoknya hari ini lagi ngidam seblaknya Mbak Neneng!" seru Fara lebay.

"Lebay banget lo." Elin mencibir. "Tumben ga gangguin Nando? Orangnya udah ke kantin duluan loh dari tadi, ga mau nyusul lo?" lanjut Elin bertanya.

"Ya gue kan setia sama kalian makanya gue masih di sini, emang Nella tuh yang ngikut-ngikut Angga ke kantin, ga setia banget sama kita."

Elin memutar bola mata malas, padahal sebelumnya Fara juga ngikut-ngikutin Nando mulu. Dan tentang Nella, memang benar selepas guru keluar kelas tadi gadis itu langsung mengikuti Angga dkk pergi ke kantin duluan.

"Kalian ke kantin aja, gue ga ikut." Anggi berucap setelah sekian lama diam membisu.

"Kenapa? Lo sariawan, Nggie?" tanya Elin.

"Enggak, gue masih kenyang, tadi pas sarapan di rumah gue makannya banyak." Anggi berbohong, padahal ia sama sekali tidak sarapan pagi tadi, selera makannya benar-benar hilang.

"Tumben banget, biasanya juga kalo kenyang lo tetep ngikut ke kantin juga?"

"Udah kalian sana cepetan ke kantin, gue di kelas aja gapapa. Far, lo katanya lagi ngidam seblaknya Mbak Neneng, kelamaan beneran abis loh nanti."

"Iya ya, yuk deh Lin kita cusss." Fara menarik lengan Elin.

"Nggie, kita duluan!" Fara berteriak sambil terus menarik Elin agar berjalan dengan cepat.

Selepas kepergian dua sahabatnya, Anggi menghela napas berat, sampai kapan ia harus berpura-pura baik-baik saja seperti ini? Haruskah selamanya?

- OoO -

"Jadi, sekarang lo tinggal sama siapa?'' tanya Ken pada Angga.

"Gue tinggal sama bokap, tapi weekend gue ke rumah nyokap," jelas Angga, ia berusaha berdamai dengan kenyataan bahwa orang tuanya sudah tidak bisa bersama lagi, dan tidak mungkinkan jika ia terus menerus kabur-kaburan dari rumah? Apalagi harus merepotkan Jerry sekeluarga karena ia menginap di sana.

"Kalau lo Nel, masih nginep di rumah Angga?" Ken beralih menanyai Nella yang masih asik mengunyah mie ayamnya Mbak Eka.

Nella mengelap bibirnya setelah selesai mengunyah, lalu ia menggeleng. "Gue udah gak nginep kok, Papa udah pulang ke Indonesia, jadi gue tinggalnya sama Papa."

Ken mengangguk mengerti.

"Mereka doang? Gue gak ditanyain nih?" tanya Jerry.

"Kapan lo pinter?"

"Nanti, pas ketemu jodoh," jawab Jerry asal. "Eh tapi, hilal jodoh gue aja belum keliatan, keknya bakal lama deh," lanjut Jerry dengan raut sedih yang dibuat-buat.

"Gila!" Ken mencibir.

Dan obrolan mereka pun berlanjut, dengan Jerry dan Ken yang terus-terusan membuat lawakan receh. Semuanya tertawa, kecuali Angga yang hanya diam tak berekspresi apa-apa, suasana hatinya sedang tak memungkinkan untuknya tertawa bahagia.

- OoO -

Setelah istirahat pertama, guru-guru dikabarkan sedang ada rapat dadakan entah untuk apa, alhasil semua kelas free dari segala macam pelajaran yang menurut para siswa sangat memuakkan.

Kelas Anggi saat ini kena giliran jadwal pelajaran olahraga, karena mereka semua sudah memakai pakaian olahraga, jadi mereka yang tidak mager memutuskan untuk ke lapangan, ada juga sebagian yang memilih tetap berdiam diri di kelas atau bahkan yang pergi ke kantin.

Niatnya Anggi juga ingin berdiam di dalam kelas saja, ia sedang tidak mood untuk melakukan apapun, tapi tahu sendirilah Elin dan Fara, kedua sahabatnya itu langsung menariknya menuju lapangan, ditambah Nella yang juga ikut-ikutan menariknya, alhasil Anggi hanya bisa pasrah mengikuti.

Setelah sampai di lapangan, tak sengaja mata Anggi bersitatap dengan Angga yang sedang bermain volly bersama teman sekelasnya yang lain, Angga dengan cepat mengalihkan pandangannya dari Anggi, jika biasanya Angga akan berlama-lama mencuri pandang ke arahnya, kini tidak lagi, laki-laki itu bahkan terlihat acuh saat mereka tak sengaja bertatapan, menimbulkan rasa sesak di hati Anggi.

Fara dan Elin heboh ingin ikut bermain volly, begitu juga Nella yang mereka paksa untuk ikut bermain, Anggi pun mereka paksa, tapi ia menolak ikut dan lebih memilih menepi ke pinggir lapangan untuk menonton mereka bermain saja.

Anggi duduk bersila di pinggir lapangan dengan beberapa orang teman sekelasnya yang juga ikut menyaksikan, ada yang heboh berteriak menyemangati, ada juga yang hanya bergosip saja.

Tak lama kemudian Nando datang dan ikut duduk di samping Anggi, ia menyerahkan satu botol minuman dingin dan satu bungkus roti kepada Anggi.

"Nih makan," suruh Nando.

Anggi menoleh dan menatap heran. "Kenapa?" tanyanya.

"Gue tau tadi lo gak ke kantin, jadi sekarang lo pasti ngerasa laper kan?"

"Sok tahu!"

"Ambil, dimakan, Nggie."

"Gue gak laper, lo bisa makan sendiri," tolak Anggi.

Nando membuka bungkus rotinya, lalu mengarahkan ke Anggi. "Makan sendiri atau gue suapin paksa?"

Anggi menoleh kaget. "Gila!" ucapnya, walau begitu ia tetap menerima roti itu, "Nih gue makan," sewot Anggi.

Dengan tak rela Anggi memakan roti itu, membuat Nando terkekeh saat melihatnya. Tanpa mereka sadari Angga ternyata memperhatikan keduanya.

"Kalau misalpun masih baik-baik aja, udah pasti nggak akan sedeket dulu lagi." Ucapan Anggi saat di UKS waktu itu kembali terngiang di telinga Angga.

"Cih, omong kosong!" decih Angga merasa kesal.

"Kenapa, lo?" tanya Ken yang tak sengaja mendengar Angga berdecih.

Angga menggeleng tak menghiraukan, ia memilih kembali fokus bermain volly.

"Ngga, Anggi noh sama Nando beduaan, ga takut ditikung lo?" Jerry berniat menggoda Angga.

"Biarin aja, bukan urasan gue!"

"Kok lo gitu sih, Ngga?" Fara menyahuti.

"Iya nih, aneh lo!" timpal Elin.

"Angga cemburu tuh pasti, cieee kasian lo, Ngga." Teman-teman yang lain justru kembali menggoda dan menertawakannya.

Angga mengepalkan kedua telapak tangannya, ia terlihat menahan amarah.

"Stop!" teriak Angga tak bisa menahan amarah lagi, melihat Anggi dan Nando saja ia sudah muak, kini ditambah teman-temannya yang menggodanya habis-habisan.

Seketika hening, semua yang berada di lapangan terdiam kaget, bahkan penonton pun ikut terdiam melihat kemarahan Angga yang meledak tiba-tiba.

"Gue tegasin sama kalian semua," ucap Angga dengan mata yang menatap tajam Anggi yang juga membalas tatapannya. "Gue sama Anggi gak ada hubungan apa-apa, stop ngejodoh-jodohin gue sama dia!"

Lagi-lagi semua orang terlihat kaget, ada apa dengan Angga? Bukankah selama ini ia biasa-biasa saja saat semua orang menjodoh-jodohkannya dengan Anggi? Lalu kenapa sekarang marah?

"Gue gak suka sama Anggi! Anggi juga gak suka sama gue, kita berdua gak akan pernah saling suka." Masih dengan mata yang saling bertatapan dengan Anggi, Angga melanjutkan ucapannya.

Dan puncaknya adalah saat Angga menyatakan perasaannya, tapi bukan kepada Anggi, membuat geger semua orang yang berada di lapangan.

"Gue suka sama Nella." Angga memutus tatapannya dengan Anggi, entah kenapa ia tidak punya keberanian untuk mengatakan itu sambil menatap Anggi.

Pengakuan Angga barusan menggegerkan semua orang, pasalnya yang mereka ketahui selama ini adalah Angga yang menyukai Anggi, bagaimana bisa berubah dalam sekejap?

Nella sendiri bahkan terkejut, ia tak menyangka dengan apa yang barusan ia dengar, ia memang menyukai Angga, tapi Angga? Bagaimana mungkin lelaki itu menyukainya juga?

Anggi tersenyum miris saat mendengar pernyataan Angga, ada apa dengan dirinya? Bukankan ia yang mendukung Angga untuk pacaran dengan Nella? Lalu kenapa sekarang ia merasa sangat sedih dan bahkan meneteskan air mata?

Lekas-lekas Anggi berdiri dan menghapus air matanya dengan kasar, ia memilih untuk meninggalkan lapangan.

Anggi butuh ketenangan untuk hatinya, ia tidak sanggup lagi melihat kelanjutan apa yang akan terjadi pada hubungan Angga dan Nella.

Sama seperti Anggi, seseorang juga merasa sangat sedih saat melihat Angga menyatakan perasaannya kepada Nella, ia juga beranjak dan ikut meninggalkan lapangan.

"Brengsek!" Elin mengumpat Angga karena merasa kesal.

"Lo sama Nando sama-sama brengsek!" Elin menatap Nando dan Angga bergantian, yang ditatap hanya diam tak berusaha untuk membela diri, "Kalian gak ada bedanya, sama-sama nyakitin hati Anggi!" Elin meluapkan kemarahannya dengan memaki-maki Angga, juga Nando yang masih berada di pinggir lapangan.

"Udah Lin, gak usah ngeladenin si brengsek ini lagi, kita nyusul Anggi aja yuk." Dengan susah payah Fara menarik Elin agar mau pergi.

"Gue yakin lo suka Nella, kalian cocok kok sama-sama, lo harus pacarin dia." Suara Anggi saat di halte dekat sekolah waktu itu kembali berputar dikepala Angga.

"Dari awal gue cuma nurutin ucapan lo, Nggie. Lo sendiri kan yang bilang gue cocok sama Nella? Dan saat ini gue sedang membuktikan ucapan lo itu." Angga membatin, sama dengan Anggi, ia juga merasa terluka, mereka berdua sama-sama terluka oleh luka yang tanpa sadar mereka sendiri yang menciptakannya.

- OoO -

1500+ word loh ini, biasanya aku nulis cuman sampe 1000+ word atau bahkan gak nyampe.

Jangan hujat Angga guys, dia juga sedih😭

See you next part!

Salam, sriiwhd.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top