24 | Salah Paham
"Apa yang kamu lihat dan dengar, itu yang kamu percayai. Padahal, ada banyak hal yang membutuhkan penjelasan pasti."
- OoO -
"Makasih udah nganter." Anggi melepaskan helm yang dipakainya lalu mengembalikannya kepada Angga, mereka telah sampai di depan rumah Anggi.
Anggi sudah berniat ingin masuk ke dalam rumah, tapi suara Angga menghentikannya.
"Gue suka lo, Nggie."
Anggi diam, ia berbalik menatap Angga yang juga menatapnya, sesaat mereka berdua terdiam dengan mata yang masih saling bertatapan.
"Gue bener-bener suka sama lo, gue mau lo jadi pacar gue." Angga kembali bersuara.
Tanpa sadar Anggi tersenyum sinis, lucu sekali permainan yang sudah Angga buat, ia muak dengan semuanya.
"Gue gak minta jawaban lo sekarang, lo bisa pikirin baik-baik, tapi please jangan buat gue nunggu terlalu lama."
Anggi hendak membalas ucapan Angga tepat saat mobil Anand datang. Anand, abangnya Anggi itu baru saja pulang kuliah, ia turun dari mobil dan menghampiri Anggi dan Angga.
"Kalian ngapain di luar?" tanya Anand.
"Hai, Bang," sapa Angga.
Anand mengangguk seraya tersenyum, sementara Anggi menjelaskan kalau Angga baru saja mengantarkannya pulang.
"Udahlah Bang, Anggi mau masuk dulu," ucap Anggi setelah selesai menjelaskan.
Anggi masuk tanpa memperdulikan Angga, ia bahkan tidak sempat menjawab pernyataan cinta Angga tadi, tapi entahlah apakah itu benar pernyataan cinta atau hanya bualan Angga semata? Intinya Anggi benci memikirkannya.
"Nggie, gak sopan ada temen main tinggal-tinggal aja!" Anand berteriak memanggil Anggi yang sudah masuk ke dalam rumah.
"Gak papa Bang, ini gue juga udah mau pulang kok," sahut Angga.
"Duluan ya Bang Anand, salam sama Tante Andin."
Anand mengangguk. "Hati-hati di jalan, Ngga."
Setelahnya motor Angga melaju meninggalkan rumah Anggi. Di perjalanan pulang yang Angga pikirkan hanya Anggi, ia merasa bahwa Anggi kembali menjadi sosok yang dingin, padahal sebelumnya mereka terlihat baik-baik saja.
Semoga lo bisa nerima perasaan gue, Nggie.
- OoO -
Angga memilih pulang ke rumahnya setelah beberapa hari menginap di rumah Jerry, lebih tepatnya ke rumah papanya, karena ia belum memutuskan ingin tinggal dengan siapa nantinya, apakah dengan mama atau papanya?
Seperti biasa, rumah Angga selalu sepi seperti tak berpenghuni, hanya ada asisten rumah tangga dan juga satpam yang biasanya menjaga rumahnya, orang tuanya selalu sibuk bekerja.
Dan sekarang asisten rumah tangga di rumahnya ia suruh untuk menemani Nella di rumah sakit, tinggallah Angga sendirian di dalam rumah, sedangkan pak satpam hanya berjaga-jaga di depan rumahnya saja.
Angga memilih untuk membersihkan diri dengan mandi, karena saat menjaga Nella di rumah sakit ia sama sekali belum mandi.
Setelah selesai mandi dan berpakaian, niatnya Angga ingin tidur, karena jujur ia merasa lelah, tapi tiba-tiba saja ponsel Angga berbunyi, ada panggilan masuk dari Anton, papanya.
Dengan malas Angga mengangkat panggilan itu. "Ya, hallo."
"Kamu di mana? Kenapa gak nemenin Nella?" tanya suara di seberang sana.
Angga menghela napas berat sebelum menjawab, "Kan tadi malem udah, aku capek Pa, mau istirahat."
"Kamu ke sini sekarang, istirahatnya di sini sambil nemenin Nella, kamu malah nyuruh Bi Ira yang nemenin Nella, gimana kalau papanya Nella tau kalau anaknya sakit malah diurusin sama orang lain? Nella selama di sini itu kewajiban kita untuk jagain dia, kamu kan tau papanya Nella itu temen bisnis Papa, apa yang salah dengan mencoba bersikap baik sama Nella, Ngga?" ucap Anton panjang lebar.
Angga berdecak kesal, "Asal Papa tau, aku maupun Bi Ira itu sama-sama orang lain buat Nella, aku sama Nella gak punya hubungan apa-apa, kalau Papa keberatan, Papa aja sana yang jagain Nella, aku capek mau tidur!"
Setelahnya, panggilan diputus sepihak oleh Angga, ia memilih untuk tetap tidur dan mematikan ponselnya, kalau-kalau papanya kembali menghubunginya.
- OoO -
Anggi merebahkan dirinya di kasur, sekarang ini ia sedang memikirkan banyak hal, hal-hal yang ia lalui selama hidupnya.
Dulu, dulu sekali hatinya pernah patah hanya karena seorang Arjian Fernando. Kini Anggi tidak ingin hatinya kembali patah untuk yang kedua kalinya lagi, tapi takdir seolah sangat suka bermain-main dalam kisah cintanya, Anggi harus apa?
Tanpa sadar sudut matanya berair, dengan kasar Anggi menyekanya. "Sadar Nggie, lo gak boleh baper sama dia." Anggi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Dia itu cuma lagi main-main, dia gak serius sama lo."
Bagaimanapun Anggi berusaha untuk menahan air matanya, tetap saja air mata itu luruh dengan sendirinya. "Kenapa gue harus sedih sih? Gue gak boleh goyah." Lagi-lagi Anggi menyeka air matanya dengan kasar, ia bertekad ingin segera mengakhiri permainan Angga.
Anggi mengambil ponselnya yang tidak ia sentuh sedari tadi, matanya membulat saat melihat sebuah pesan dari orang itu, padahal sudah lama orang itu tidak lagi menghubunginya.
Orang sok misterius👿
Kamu seharusnya sadar diri dan pergi, dia tidak akan pernah milih kamu, kamu hanya permainan yang menyenangkan.
Anggi menggeram marah saat membacanya, sebenarnya siapa orang sok misterius ini? Tahu apa ia tentang Anggi?
Anggi mencoba menghubungi nomor itu, lagi-lagi ia dibuat terkejut saat tiba-tiba panggilannya diangkat, tidak seperti biasanya yang susah untuk dihubungi.
Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, Anggi segera berbicara. "Sebenernya lo siapa? Ayo kita ketemu, gue gak akan marah sama lo, gue cuma mau tau lo itu siapa?"
Hening, orang itu tidak membalas ucapan Anggi.
"Hal-"
Tuuut...
Panggilan diputus sepihak, Anggi bahkan tidak sempat untuk kembali berbicara, sebenarnya siapa orang sok misterius itu? Dan apa tujuannya mengirimi Anggi pesan yang seolah menyiratkannya untuk menjauhi Angga?
- OoO -
Sedih banget kalau komen kosong, dua part sebelumnya juga kosong, ya itu yang bikin ga ada mood nulis:'
Salam, sriiwhd.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top