18 | Jangan Baper

"Siapapun tahu, luka hati itu tak berbentuk, tapi rasa sakitnya ada dan nyata."

- OoO -

Saat pelajaran tengah berlangsung, Angga meminta izin kepada guru yang mengajar untuk pergi ke toilet.

"Bu, izin bentar ya, kebelet nih."

"Iya, silahkan Angga."

Angga segera meninggalkan kelas, sebenarnya ia tidak sedang kebelet, ia hanya berbohong soal itu. Niatnya hanya ingin memastikan keadaan Anggi di UKS.

"Bu, saya juga kebelet Bu." Jerry mengacungkan tangan.

"Kamu gak boleh, kamu kalau izin suka gak balik-balik."

"Huuuuu.." Murid-murid kembali menyoraki Jerry.

"Yaelah, kenapa gue dinistain mulu sih?" sebal Jerry.

"Takdir." Ken menyahut santai.

Jerry yang jengkel segera menginjak kaki Ken dengan kencang, kebetulan mereka duduk berdua.

"Aaw!" Ken menjerit kesakitan, sementara Jerry tertawa puas.

"Jerry, Ken! Kalian ini bisa diam tidak? Maju sekarang, kerjakan soal yang ada di papan tulis," perintah Bu guru mutlak.

"Otak gue cuma setengah lagi." Jerry meringis pelan dan ujung-ujungnya keduanya harus maju. Karena tidak bisa menjawab, alhasil mereka ditahan untuk berdiri di depan kelas sampai jam istirahat berbunyi, sekitar lima belas menit lagi.

- OoO -

Angga masuk ke dalam UKS, di sana ada Mawar yang sedang berjaga. "Angginya mana?" tanya Angga pada Mawar.

"Bilik nomor dua tuh," tunjuk Mawar.

Angga mengangguk dan mengucapkan terima kasih kepada Mawar, setelah itu ia segera masuk ke dalam bilik nomor dua.

Anggi yang sedang memainkan handphone-nya menoleh kaget ke arah Angga.

"Angga, ngapain lo di sini?"

"Kata Fara lo pusing, kok malah main handphone?" Bukannya menjawab, Angga justru balik bertanya.

"Iya, tadi emang pusing. Tapi sekarang udah mendingan kok."

"Terus kenapa main handphone?"

"Gue bosen Anggaa, yakali gue diem doang."

"Kenapa gak tidur?"

"Lo kok bawel? Tadi gue udah tidur bentar."

"Gapapa, gue cuma khawatir aja sama lo."

Blushing, pipi Anggi tiba-tiba memerah, jangan bilang dirinya baper lagi dengan perkataan Angga? Tidak boleh, Anggi tidak mau itu terjadi, sebisa mungkin ia kembali menguasai diri.

"Ishh, apaan sih."

"Serius Nggie." Angga mendekat dan duduk di samping ranjang tempat Anggi beristirahat.

"Lo belum jawab pertanyaan gue, ngapain lo di sini?" tanya Anggi untuk yang kedua kalinya.

"Nemenin lo lah, tadi lo bilang lo bosen kan diem doang, makanya gue dateng buat nemenin lo ngobrol."

"Nggak usah, mending balik ke kelas aja sana, jangan bolos," larang Anggi.

"Tanggung, lima belas menit lagi istirahat kok," tolak Angga.

"Dibilangin juga ishh," kesal Anggi.

Setelah itu keduanya sama-sama diam, Anggi yang sibuk dengan handphone ditangannya dan Angga yang sibuk dengan pikirannya.

"Nggie," panggil Angga tiba-tiba.

"Apa?" jawab Anggi, tapi matanya masih fokus pada handphone.

"Gue mau nanya sesuatu sama lo."

"Yaudah tanyain aja."

"Kalau misalnya ada orang dari masa lalu lo yang dateng lagi, terus dia mau balik seperti dulu lagi sama lo, menurut lo gimana? Lo mau gak?"

Anggi menoleh, ia mengernyit bingung. "Kenapa nanyanya gitu?"

"Jawab aja udah."

Anggi terlihat berpikir sebelum akhirnya menjawab. "Hmm, orang itu siapa dulu? Kalau sahabat yang udah lama gak ketemu, terus dia dateng lagi, gue sih fine-fine aja."

"Nggak, bukan gitu. Maksudnya itu orang yang pernah nyakitin lo, dia dateng lagi dan mau hubungan kalian seperti dulu lagi?"

"Ya kalo gitu mah udah pasti gue gak mau lagi, masa udah nyakitin mau hubungan baik-baik aja, ya pasti hubungan itu bakal retak lah. Kalau misalpun masih baik-baik aja, udah pasti nggak akan sedeket dulu lagi."

"Gitu ya?" tanya Angga memastikan.

"Iya, gitu," jawab Anggi mantap.

Diam-diam Angga tersenyum lega sekaligus senang, dan senyumannya berhasil ditangkap oleh netra mata Anggi.

"Kenapa senyum-senyum gitu?" tanya Anggi heran.

"Ya gue seneng lah, berarti lo gak bakal mau balik sama dia lagi kan?"

"Hah?" Anggi mengernyit bingung.

"Udah lupain aja, yaudah gue ke kelas ya." Angga berdiri dari duduknya bersiap untuk kembali ke kelas.

"Lah? Tadi katanya mau nenenin gue?"

"Hah? Nenenin?" Giliran Angga yang mengernyit bingung.

"Ishh typo, maksud gue nemenin," perjelas Anggi.

"Kalau mau dinenenin beneran juga gak papa, tapi nanti tunggu halal ya Nggie," ucap Angga menggoda Anggi.

"Angga mesum! Sialan, kampret lo!" Anggi melemparkan bantal ke muka Angga.

Angga berhasil menangkap bantal itu dan tertawa terbahak-bahak. "Ciee pipinya merah." Lagi-lagi Angga menggoda Anggi.

"Apaan sih, enggak ya! Ini tuh karna gue lagi sakit aja," kilah Anggi.

"Masa?"

"Tau ah, bodo amat. Keluar sana lo!" usir Anggi kesal.

"Tadi katanya mau ditemenin sama gue? Sekarang sok jual mahal nih ceritanya?"

"Enggak ya! Gue gak minta ditemenin sama lo, lo-nya aja yang mau nemenin duluan."

"Ciee pipinya tambah merah."

Anggi segera menutup pipinya dengan kedua telapak tangannya. "Gue lagi sakit Anggaaa!"

Angga kembali terbahak, ia menertawakan kekonyolan Anggi.

Ini kenapa jantung gue detaknya cepet banget lagi? Please Anggi, jangan baper! Anggi berusaha menguatkan diri sekaligus hatinya.

- OoO -

Kalau kalian jadi Anggi baper gak sih digituin?

Jangan lupa vote sama komen: )

Salam, sriiwhd

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top