13 | Mulai Ada Rasa?
"Jika dari awal tujuanmu hanya ingin bermain-main, kamu salah orang. Aku tidak suka permainan, apalagi yang menyangkut perasaan."
∆∆∆
Angga berlari di tengah teriknya matahari, ia dihukum karena lupa mengerjakan tugas sekolah, hanya tiga putaran, tapi tetap saja ini melelahkan, apalagi ditambah dengan menyengatnya sinar matahari yang membuat keringat bercucuran dipelipisnya.
Angga berhenti tepat saat putaran terakhir selesai ia lakukan, napasnya memburu karena kelelahan, ia langsung duduk di pinggiran lapangan untuk beristirahat.
"Nih."
Nella datang membawa satu botol minuman dingin yang baru saja dibelinya di kantin, kebetulan Pak Aldo, guru yang menghukum Angga sudah keluar dari kelas, jadi ia bisa leluasa untuk menghampiri Angga.
Angga mendongak, kemudian mengambil minuman itu, ia menegaknya sampai habis tak bersisa.
"Capek banget ya?" tanya Nella prihatin.
"Iya, capek banget-banget."
Nella mengulurkan tangannya ke arah pelipis Angga, lalu Angga dengan cepat mencegahnya.
"Ehh, mau ngapain?" Angga mengernyit bingung.
"Gue nggak ada tisu ataupun sapu tangan, jadi pakai tangan aja nggak apa-apa kan?" Nella tersenyum manis menatap Angga.
"Maksudnya?" bingung Angga.
Tanpa ada rasa jijik Nella langsung mengelap buliran keringat di dahi Angga dengan tangannya sendiri.
Angga terkejut dengan perlakuan Nella itu, ia segera menepis cepat tangan Nella dari dahinya.
"Loh, kenapa?" tanya Nella terhadap penolakan Angga itu.
"Gue bisa sendiri, thanks." Angga segera bangkit untuk berdiri, saat berbalik ia tak sengaja melihat Anggi yang melihat ke arah mereka dari kejauhan.
"Mau kemana?" tanya Nella saat Angga berjalan pergi.
Angga berbalik, kemudian menjawab singkat. "Nyamperin Anggi."
Nella diam, kenapa Angga bersikap seperti itu kepadanya? Niatnya kan baik, ia hanya ingin membantu Angga untuk mengelap keringatnya. Tapi Angga justru malah meninggalkannya hanya untuk menghampiri Anggi, sebenarnya apa hubungan mereka berdua?
∆∆∆
Setelah Pak Aldo keluar, beliau menyuruh Anggi dan Ghina untuk mengantarkan buku-buku yang baru saja dikumpulkan semua siswa ke mejanya.
Saat melalui lapangan, tak sengaja Anggi melihat Nella dan Angga, keduanya terlihat akrab bersama-sama.
Dan yang membuat Anggi tercengang adalah saat Nella dengan beraninya mengelap keringat Angga, entah kenapa Anggi merasa tidak suka saat melihat itu.
"Kenapa Nggie?" tanya Ghina saat melihat keterdiaman Anggi, kemudian Ghina mengarahkan pandangannya ke arah pandangan Anggi sedari tadi.
"Ohh," ucap Ghina seolah paham, setelah tahu objek yang dilihat oleh Anggi sedari tadi adalah Angga dan Nella.
"Jangan bilang lo cemburu liat mereka berdua?" tebak Ghina.
Anggi seketika tersadar, kemudian ia tertawa canggung. "Ngaco, ngapain juga gue harus cemburu."
"Kalau gitu kenapa lo liatin mereka terus dari tadi?"
"Nggak kok, gue nggak liatin mereka. Udah deh, ayo cepetan, ntar dimarahin Pak Aldo kalau lama," kilah Anggi cepat.
"Eh Nggie, Angga kesini," ucap Ghina ketika melihat Angga berjalan ke arah mereka.
Anggi menoleh, dan benar saja, Angga sudah berada di depan mereka.
"Hai," sapa Angga.
"Emm hai," balas Anggi canggung.
"Butuh bantuan nggak?" tanya Angga.
Ghina seketika punya ide, ia tersenyum geli saat memikirkannya.
"Eh iya, tiba-tiba gue ngerasa sakit perut. Nih Ngga pegang bukunya, lo temenin Anggi bawa buku-buku ini ke meja Pak Aldo ya." Setelah mengucapkan itu, Ghina buru-buru pergi dari hadapan Anggi dan Angga.
Anggi menghela napas pasrah saat hanya tinggal dirinya dan Angga berdua, ia tahu, itu hanya akal-akalan Ghina saja pura-pura sakit perut.
"Mau aja lo dikadalin sama Ghina, orang tadi dia sehat-sehat aja kok," komentar Anggi seraya berjalan berdampingan dengan Angga, mereka berdua sama-sama membawa buku.
"Emang iya?" tanya Angga sok nggak tahu.
"Iyalah, lo-nya aja yang bodoh."
"Bodoh demi cinta nggak apa-apa kan Nggie?" Angga berhenti berjalan, ia menatap Anggi dalam, refleks Anggi ikut berhenti juga.
"Hah, maksudnya?" bingung Anggi.
"Ya apa salahnya gue bodoh demi orang yang gue cinta, demi orang yang ingin gue perjuangkan."
Anggi seketika melongo, ia tak membalas ucapan ngelantur Angga, entah kenapa ia merasa pipinya memanas.
Dengan salah tingkah, Anggi kembali melanjutkan langkahnya mendahului Angga, tapi tetap saja lelaki itu dapat menyamai langkah Anggi.
"Nggie," panggil Angga.
Anggi hanya menanggapi dengan deheman pelan.
"Lo liatin gue ya tadi?" tanya Angga.
"Liatin lo? Kapan?"
"Di lapangan, pas gue sama Nella."
Anggi diam, apa Angga sadar saat Anggi memperhatikannya waktu itu?
"Enggak kok, gue nggak liatin. Ngapain juga gue liatin kalian, nggak ada kerjaan banget."
"Tapi tadi gue liat sendiri kok kalau lo liatin kita," keukeh Angga.
"Yang liatin kalian itu Ghina, iya Ghina. Ya spontan gue juga ikut liat lah, nggak penting juga sih buat gue," kilah Anggi berbohong.
"Kalau seandainya gue sama Nella deket, respon lo gimana?" tanya Angga, ia hanya ingin mengetes Anggi saja.
Anggi seketika kaget saat mendengar pertanyaan tiba-tiba dari Angga itu, ia bingung harus menjawab apa, tapi memikirkannya membuat Anggi tidak rela.
"Apasih, nggak jelas banget. Nih, bawa semua bukunya. Lo aja yang anter ke meja Pak Aldo, kalau ngomong terus kapan sampainya nih buku," omel Anggi, ia menyerahkan buku yang dibawanya ke Angga, sehingga Angga membawa banyak buku.
Setelah itu, Anggi pergi meninggalkan Angga yang kesusahan membawa banyak buku sendirian.
"Apaan coba nanya-nanya begitu? Nggak jelas banget, sumpah." Anggi mengibas-ngibaskan tangannya ke wajah, entah kenapa ia merasa jengkel dan marah.
Sementara Angga, ia menghela napas berat, ia hanya iseng menanyakan itu, lalu kenapa Anggi malah marah begitu?
∆∆∆
Terimakasih sudah setia membaca cerita ini, padahal update-nya lama banget hmm:(
Aku usahain mulai sekarang mau fokus sama cerita ini dulu, moga aja update-nya bisa cepet, amin.
Eh iya, jangan lupa tinggalkan jejak yaa.
Sampai ketemu di part selanjutnya:)
Salam, sriiwhd
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top