10 | Pengirim Misterius

"Entah takdir atau apa? Tapi kita seolah selalu dipertemukan dengan cara kebetulan."

🔹🔹🔹

Pagi ini, Anggi terlambat berangkat ke sekolah dikarenakan Anand—abangnya itu telat bangun gara-gara menonton bola, alhasil ia juga telat untuk mengantarkan Anggi ke sekolah.

Dan di sinilah Anggi berada sekarang, di lapangan belakang sekolah yang notabene-nya banyak pohon-pohon rindang disekitarnya sehingga banyak daun-daun yang berserakan. Ditangannya sudah terdapat sebuah sapu, untuk menyapu daun-daun itu sampai bersih.

Dan lebih sialnya lagi, ia tidak sendirian, tapi ditemani oleh Angga yang entah kenapa bisa sama-sama terlambat juga. Entah jodoh atau apa, yang jelas Anggi bingung dengan takdir mereka yang selalu serba kebetulan.

Temen-temen lain yang juga terlambat, justru malah meledeknya. Lagi-lagi ia dan Angga menjadi sasaran ledekan teman-temannya pagi ini. Tak hanya pagi ini saja, tapi bisa dibilang hampir setiap hari.

Dengan kesal Anggi menyapu sisa-sisa dedaunan yang berguguran. "Hush, jauh-jauh lo sana!" usir Anggi kepada Angga yang menyapu didekatnya.

"Gue kan juga dihukum Nggie, masa disuruh jauh-jauh."

"Isshh, lapangan kan luas. Ngapain nyapunya di sini. Di sono aja tuh."

"Lo pms ya? Dari tadi sensian mulu perasaan."

"Kalau iya emang kenapa?"

"Santai atuh Nggie, galak bener dari tadi, udah kek Kak Ros aja," canda Angga.

"Kak Ros siapa?" geram Anggi makin sebal.

"Itu loh Nggie, film kartun di tv yang tokohnya nggak gede-gede. Dari jaman gue bocah sampe sekarang masih aja kecil, heran gue. Sekalinya besar, eh ternyata cuma mimpi," cerita Angga tentang salah satu kartun di televisi, salah satu kartun kesukaannya.

"Lo curhat?"

Angga memutar bola matanya sebal, lantas ia langsung menjauh dari dekat Anggi menyapu. Sementara Anggi, ia tertawa puas melihat tingkah sebal Angga.

"Lo kesambet Nggie?" tanya Bayu, anak kelas sebelah yang bingung melihat Anggi tertawa seperti orang—ya gitulah.

"Iya," balas Anggi asal, sambil berusaha meredakan tawanya.

Bayu langsung bergidik ngeri, ia lantas langsung berlari menjauh dari Anggi dengan sapu yang sudah terlepas dari tangannya. Anggi geleng-geleng kepala melihat kelakuan tak waras Bayu sekaligus ia menertawakan kepolosan Bayu yang percaya saja pada ucapan ngasalnya itu.

🔹🔹🔹

Kantin sekolah sudah tak terlalu ramai, dikarenakan waktu istirahat sebentar lagi akan selesai. Anggi, Elin dan Fara—tiga orang itu baru saja memasuki kantin, karena sebelumnya mereka masih menyelesaikan tugas dari Bu Metta, guru sejarah. Setidaknya masih ada waktu untuk ketiga orang itu memesan makanan sebelum waktu istirahat berakhir, entah waktunya cukup atau tidak? Yang jelas ketiganya sudah tidak bisa menahan lapar lagi.

Seperti biasa, Seblak Mbak Neneng menjadi pesanan setiap hari mereka, tapi tidak untuk saat ini. Seblak Mbak Neneng sudah habis terjual, dan sekarang mereka pindah ke standnya Mbak Eka—penjual mie ayam.

"Mbak, mie ayam tiga ya, minumnya teh es aja. Gpl Mbak," pesan Fara kepada Mbak Eka.

"Siap Neng," balas Mbak Eka.

Lima menit kemudian, mie ayam sudah bisa mereka nikmati. Baru beberapa suapan, bell tanda masuk sudah berbunyi saja, membuat ketiganya kesal bukan main.

"Njirr, baru juga makan," keluh Anggi.

"Nyebelin tuh bell, bunyi kok disaat yang nggak tepat." Elin menggerutu.

"Habis ini kan pelajarannya Bu Maria, beliau kan nggak galak-galak banget, paling ngomel bentaran lah ya, mending kita abisin aja ni mie ayam," usul Fara dan diangguki oleh Anggi dan Elin.

"Hello what's up guys!"

"Lah, musuhnya Tom? Ngapain ke sini? Bell udah bunyi juga, mau bolos ya lo pada?" cecar Fara yang melihat Jerry, Angga dan Ken baru saja memasuki kantin disaat jam istirahat sudah selesai.

"Kalian sendiri ngapain? Nggak bolos juga namanya," balas Jerry sebal.

"Sorry ya Jer, kita nggak bolos. Tapi kita cuma mau nyeleseiin makan mie ayam, dari pada mubajir kan sayang," sahut Anggi.

"Orang masih banyak gitu mie ayamnya, itu namanya baru mau makan, kalau nyeleseiin itu mie ayamnya tinggal dikit, gimana sih Nggie?" Ken geleng-geleng kepala.

"Suka-suka kita lah, kalian ini ngomong mulu dari tadi, kapan kita makannya coba? Dan lagi, kalian ngapain bolos ke sini?" tanya Elin.

"Dih, kita nggak bolos ya. Orang Bu Maria nggak masuk juga, beliau cuman nitipin tugas. Jadi karena kita laper, ya ke kantin dulu lah," jelas Angga.

"Bilang dong dari tadi, kalau gitu kan kita nggak usah mikirin omelannya Bu Maria," kesal Anggi.

"Ya lo nggak nanya."

"Ngapain kalian masih di sini?"

"Kita laper, mau makan mie ayam Nggie," balas Angga.

"Mbak Eka, mie ayamnya tigaa ya," teriak Jerry yang membuat orang disekitarnya mengusap telinga.

"Njirr, suara lo cempreng banget udah kek cewek aja," ejek Fara dan ditertawakan oleh yang lainnya.

"Biarin," ketus Jerry sebal.

🔹🔹🔹

Anggi sedang menonton televisi bersama Andin—mamanya, beberapa jam yang lalu ia sudah pulang dari sekolah dengan menaiki angkutan umum seperti biasa apabila Anand tidak bisa menjemputnya, padahal Angga sudah menawarkannya tumpangan, tapi hal itu ditolak mentah-mentah oleh Anggi.

Andin, mamanya Anggi itu sedang nangis bombay lantaran melihat televisi yang sedang menampilkan sinetron Azab dengan judul yang menurut Anggi sangat-sangat lebay. Anggi tak akan menangis hanya karena menonton hal seperti itu, tak seperti mamanya yang sangat suka mellow dan berdrama.

"Ma, ganti dong channelnya, males ah nonton yang beginian."

"Apa sih Nggie, jangan ganggu Mama nonton deh, Mama lagi konsentrasi ini," ucap Andin masih fokus terhadap televisi di depannya dan sesekali mengelap ingusnya yang ha.

"Mellow banget sih ceritanya, gak seru tau Ma, endingnya udah ketebak gitu juga."

"Biarin, gitu-gitu Mama suka tau."

Anggi mendesah frustasi menghadapi mamanya yang sangat menyukai sinetron seperti itu, kalau sudah begini, ia tak akan menang melawan mamanya.

Lebih baik Anggi pergi ke kamarnya dan membaca novel yang telah dipinjamkan oleh Elin. Maklum, Elin itu suka sekali mengoleksi banyak novel, tak seperti Anggi yang bisa dibilang ia sangat malas dalam hal membaca, jika novel itu sinopsisnya terlihat menarik, baru Anggi akan membacanya.

Ting!

Suara notifikasi membuat fokus Anggi buyar dalam membaca novel. Penasaran, Anggi lantas mengambil handphone-nya untuk mengecek siapa yang telah mengiriminya pesan.

Ternyata dari nomor tidak dikenal, yang namanya tak tertera sama sekali.

Isi pesan itu adalah sebuah foto. Setelah diamati oleh Anggi, ternyata itu adalah foto Angga dengan seorang cewek? Tapi siapa? Terlihat dari lokasinya, mereka sepertinya berada di bandara.

Anggi terlihat bingung, Angga dengan cewek? Kok bisa? Dan siapa cewek yang ada di foto itu?

Tapi yang membuat Anggi lebih bingung adalah siapa pengirim pesan ini? Dan apa tujuan si pengirim pesan ini sebenarnya? Kenapa ia mengirim foto itu ke Anggi? Seolah-olah Angga sedang berselingkuh darinya, padahal mereka kan tidak pacaran. Si pengirim seolah-olah ingin Anggi menjauhi Angga, tapi kenapa?

Dan pertanyaannya sekarang, siapa pengirim misterius itu?

🔹🔹🔹

Makin aneh ya? Sorry deh.

Ada typo, kasih tau aja.

Lanjut nggak nih?

Salam, sriiwhd
22 April 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top